Title: KONSEP BUDAYA DALAM ANTROPOLOGI
1KONSEP BUDAYA DALAM ANTROPOLOGI
- Tim Dosen MK. Antropologi Sosial
2Konsep Budaya
- Dalam antropologi masa kini terdapat dua aliran
besar dalam mendefinisikan budaya - Aliran behavioral melihat budaya sebagai
- a total way of life. Tujuh unsur universal.
- Aliran ideational melihat budaya sebagai sesuatu
yang abstrak yang bersifat gagasan atau
pemikiran, yang berfungsi membentuk pola perilaku
yang khas suatu kelompok ma-syarakat. Dapat
berbentuk sistem pengetahu-an, the state of
mind, spirit, belief, meaning, ethos, value, the
capability of mind dsb.
3Aliran Behavioral
- Pada masa kini konsep ini masih digunakan oleh
para antropolog yang menekuni bidang studi
evolusi kebudayaan dan ekologi manusia. - Pemilahan konsep ini ke dalam tujuh unsur
univer-sal tidak banyak lagi dibicarakan orang
sebagai se-suatu yang sangat berguna sebagai
pisau analisis. - Merupakan metode pemilahan pada masa awal
perkembangan antropologi. Pemilahan ini hanya
berguna dalam rangka kerja etnografi (kerja
me-ngumpulkan data tentang sistem sosial-budaya
dari suatu suku bangsa selengkap-lengkapnya.
4 Budaya Menurut Antropologi
- Terdapat ratusan definisi tentang kebudaya-an,
tetapi umumnya para antropolog generasi baru
sepakat untuk memahami kebudayaan sebagai suatu
sistem pengetahuan, gagasan, dan ide yang
dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi
masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku
dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka
berada.
5Lanjutan
- Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan,
kebu-dayaan yang dimiliki suatu masyarakat
merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisible
power), yang mampu menggiring dan mengarahkan
manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap
dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan
gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut,
baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian
dsb. - Kebudayaan bukan hanya terbatas pada kegiatan
kesenian, peninggalan sejarah atau
upacara-upacara tradisional seperti yang dipahami
oleh banyak kalangan selama ini.
6Lanjutan
- Sebagai pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku, maka pada dasarnya kebudayaan
mempunyai kekuatan untuk memaksa manusia
pendukung kebudayaan itu untuk mematuhi segala
pola aturan yang telah digariskan kebudayaan.
7Kebudayaan VS Bukan Kebudayaan
- Manusia sebenarnya memiliki pelbagai sistem
pengetahuan dan gagasan, namun demikian perlu
dibedakan dengan tegas bahwa sistem pengetahuan
dan gagasan yang tidak mampu menjadi pengarah dan
pedoman bagi sikap dan tingkah laku manusia,
tidak dapat disebut sebagai kebudayaan. Hal ini
hanya dapat dikategorikan sebagai pengetahuan
saja.
8Lanjutan
- Mereka yang memiliki pengetahuan dan gagas-an
tentang disiplin dan keadaan sosial misalnya,
tetapi tidak menjadikan pengetahuan dan gagas-an
itu sebagai landasan dari sikap dan perilaku
mereka, maka pengetahuan dan gagasan tsb tidak
dapat dikatakan sebagai kebudayaan. Itu hanya
terbatas pada pengetahuan dalam arti khusus
saja. - Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah sesuatu
pengetahuan atau gagasan sudah menjadi kebudayaan
suatu masyarakat, dapat dilihat dari sikap dan
perilaku masyarakat itu sendiri dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
9Dua Tinjauan Berbeda
- Goodenough (1961), ada perbedaan penting antara
pola untuk perilaku dengan pola dari perilaku - Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada
pola kehidupan suatu masyarakat kegiatan dan
pengaturan material dan sosial yang berulang
secara teratur yang merupakan kekhususan suatu
kelompok manusia tertentu. Dalam pengertian ini,
istilah budaya telah mengacu pada kedalaman
fenomena benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
bisa diamati di sana di dunia. - Kedua, istilah budaya dipakai untuk mengacu pada
sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun
sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman
dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan
memilih diantara alternatif yang ada. Pengertian
budaya yang demikian ini mengacu pada dunia
gagasan.
10Alat Ukur Budaya??
- Budaya tidak terdiri dari benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang dapat kita amati,
dihitung dan diukur. Budaya terdiri dari
gagasan-gagasan dan makna-makna yang dimiliki
bersama.
11Lanjutan
- Clifford Geertz, meminjam dari pakar filsafat
Gilbert Ryle, memberikan contoh yang menarik
kejapan mata (tidak disengaja) dengan kedipan
mata yang disengaja. Sebagai peristiwa lahiriah,
keduanya mungkin serupa pengukuran keduanya
tidak akan menemukan perbedaan. Yang satu adalah
tanda, kode yang mengandung makna yang sama bagi
orang Amerika (tetapi yang mungkin tdak akan bisa
dimengerti oleh orang Eskimo atau Aborigin
Australia.
12Lanjutan
- Hanya dalam kesemestaan makna yang dimiliki
bersama bunyi-bunyi dan peristiwa-peristiwa fisik
bisa dipahami dan meneruskan informasi. Kita
dapat mengukur sepuas hati tanpa bisa menangkap
makna kejapan mata dan membedakannya dari
kedipan.
13Manusia Dan Kebudayaan
- Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang
tidak terpisahkan, sementara itu pendukung
kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri.
Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi
kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada
keturunannya, demikian seterusnya.
14Budaya Yang Berubah
- Selain kebudayaan harus melalui proses belajar
mengajar yang terus menerus tanpa henti-hentinya,
dalam membicarakan kebudayaan, kita juga tidak
dapat lepas dari sifat utama lainnya dari
kebudayaan, yaitu sifat kebudayaan yang selalu
berubah.
15Proses Internalisasi Kebudayan
- Pada dasarnya ada dua cara proses belajar yang
dilalui manusia dalam rangka internalisasi
kebudayaan. - Melalui pewarisan (transmission). Pewarisan
nilai itu dilakukan dengan mengajarkan pelbagai
gagasan untuk dijadikan pedoman dalam praktik
kehidupan. - Manusia juga mengalami pelbagai proses interaksi
dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alamnya. Dari interaksi
dengan lingkungannya itu manusia juga berupaya
untuk menginternalisasikan bermacam-macam makna
yang ditangkapnya.
16 Pewarisan Kebudayaan
- Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh
manusia begitu saja secara ascribed, tetapi
melalui proses belajar yang berlangsung tanpa
henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai
dengan ajal menjemputnya. - Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan
hanya dalam bentuk proses internalisasi dari
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia
melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga,
lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau
lembaga pendidikian formal lainnya, tetapi juga
diperoleh melalui proses balajar dari
berinteraksi dengan lingkungan alam dan
sosialnya.
17Lanjutan
- Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak
selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak
cucu mereka, melainkan dapat pula secara
horizontal yaitu manusia yang satu dapat belajar
kebudayaan dari manusia lainnya.
18Lanjutan
- Dalam proses kebudayaan, sistem pewarisan dan
interaksi manusia dengan lingkungan itu selalu
saling berhadapan. Keduanya bertemu dalam proses
dialektika secara terus menerus. Proses seperti
itu tidak pernah berhenti dan berlangsung terus
dlm kehidupan masyarakat. -
- Gagasan-gagasan baru yang muncul sebagai hasil
dialektika itulah yang kemudian menjadi milik
masyarakat, dan hal inilah yang kemudian menjadi
pengarah dan pedoman bagi sikap dan perilaku
warga masyarakat pendukung kebuda-yaan itu. Oleh
karena itu, berubah adalah sifat utama dari
kebudayaan.
19Karakteristik Kebudayaan
- Kebudayaan adalah milik bersama Tidak mungkin
ada kebudayaan tanpa masyarakat - Kebudayaan adalah hasil belajar (bukan sebagai
warisan biologis) kebudayaan sebagai warisan
sosial (Ralph Linton) ? melalui proses
enkulturasi. - Kebudayaan didasarkan pada lambang. kebudayaan
diteruskan melalui komunikasi gagasan, emosi, dan
keinginan yang diekspresikan dalam bahasa. - Kebudayaan adalah terpadu (integrasi
kebu-dayaan) semua aspek kebudayaan berfung-si
sebagai kesatuan yang integral. -
20Orientasi Nilai Budaya
- Konsep orientasi nilai budaya (value
orientation) digunakankan oleh Florence Kluckhohn
dan Fred Strodbeck dalam buku mereka Variations
in Value Orientation (1961). Di Indonesia konsep
ini dikembangkan oleh Koentjaraningrat pada
akhir dasawarsa 1960-an. - Berasal dari konsep value yang dikem-bangkan
oleh Clyde Kluckhohn, suami dari Florence
Kluckhohn, di Universitas Harvard USA.
21Konsep Value (nilai)
- Konsep value dijelaskan sbb Sebuah nilai
adalah sebuah konsepsi, eksplisit atau inplisit,
yang khas milik seseorang individu atau suatu
kelompok, tentang yang seharusnya diingin-kan
yang mempengaruhi pilihan yang tersedia dari
bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan
tindakan - Di sini perlu diingat bahwa hal yang seharus-nya
diinginkan (the desirable)adalah berbeda dari
hal yang diinginkan (the desired).
22Lanjutan
- Nilai merupakan kriteria dalam menentukan tentang
apa yang seharusnya diinginkan seseorang sebagai
anggota suatu masyara-kat, bukan tentang apa
yang diinginkannya. Contohnya, ada banyak
keluarga dalam masyarakat Batak yang ingin
memiliki anak laki-laki. Ini bukan nilai, bukan
the desirable . Ini hanya suatu keinginan, tapi
kalau masya-rakat Batak mengatakan bahwa setiap
keluarga seharusnya ingin punya anak laki-laki,
maka ini barulah nilai. Ini adalah the
desirable..
23Lanjutan
- Sebagai konsepsi, nilai adalah abstrak, sesuatu
yang dibangun dan berada di dalam pikiran atau
budi, tidak dapat diraba dan dilihat secara
langsung dengan pancaindra. - Nilai yang dianut seseorang atau suatu
masyara-kat, biasanya berbentuk samar-samar,
Nilai tsb tidak diungkapkan dalam bentuk verbal
secara komplit dan tepat oleh pemiliknya. Dia
lebih implisit dari pada eksplisit. Dia berbentuk
ide, atau pemikir-an yang abstrak dan sangat umum
(intangible). - Nilai hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan
dari ucapan, perbuatan, dan materi yang dibuat
manusia. Ucapan, perbuatan, dan materi adalah
manifestasi dari nilai.
24Lanjutan
- Namun demikiann, setelah melakukan penilaian yang
mendalam, satu nilai dari suatu masyarakat dapat
dirumuskan dalam bentuk kata-kata oleh sang
peneliti. Kemudian makna yang diperoleh sang
peneliti ini diajukan kepada anggota masyarakat
tersebut untuk diuji kebenarannya. Apakah
kesimpulan peneliti tentang nilai yang
diungkapkan dalam bentuk kata-kata tersebut benar
atau tidak. Sang pemiliknya (anggota masyarakat)
dapat memberikan persetujuan atau penolakan. - Metode ini disebut verbalizability (suatu cara
untuk menguji kebenaran dari kesimpulan tentang
suatu nilai yang diperoleh seorang peneliti dari
suatu masyarakat)
25Lanjutan
- Untuk memperoleh nilai yang terkandung dalam
suatu ucapan atau suatu perbuatan, seseorang
harus melakukan penafsiran (interpretasi) dan
penarikan kesimpulan (inferensi). Misalnya,
ucapan orang harus menghormati orang tua
bukanlah sebuah nilai, tapi manifestasi dari
suatu nilai yang diungkapkan dalam kata-kata.
26Lanjutan
- Contoh lain
- Perbuatan membungkuk ketika berjalan di depan
orang tua bukanlah sebuah nilai,tapi manifestasi
dari suatu nilai yang diungkapkan dalam bentuk
perilaku. - Sebuah keris yang indah dan bertuah bukanlah
nilai kultural, tapi manifestasi dari suatu nilai
yang diwujudkan dalam bentuk materi. - Tugas dari seorang peneliti antropologi adalah
mengorek atau mencari nilai-nilai yang dihargai
oleh suatu masyarakat melalui ucapan, perilaku,
dan hasil kelakuan anggota masyarakat tersebut.
27Peneliti VS Nilai
- Jadi untuk menangkap nilai yang hidup dalam
suatu masyarakat, seorang peneliti tidak cukup
hanya mengamati dan mencatat ucapan, perbuatan,
atau materi yang dihasilkan oleh anggota
masyarakat tersebut, tapi dia harus pandai
pengorek dan menemukan konsepsi yang tersembunyi
di bawah permukaan ucapan, perbuatan, dan materi
tersebut.
28Lanjutan
- Robert Bellah, dalam bukunya Tokugawa Religion
(1957/1970), mengupamakan ucapan, perbuatan dan
materi tersebut sebagai the husk (kulit luar),
atau sesuatu yang nyata, yang terlihat
(tangible), dan yang ada di permukaan. Sedangkan
nilai yang tersembunyi di bawah kulit tersebut
disebutnya sebagai the kernel (inti). Nilai ini
tidak terlihat dan tidak teraba (intangible).
29Lanjutan
- Metode penafsiran dan penyimpulan dalam kajian
tentang nilai disebut sebagai metode
verstehen,lawannya adalah metode erklaren. - Dengan demikian, kajian tentang nilai memerlukan
tenaga peneliti yang benar-benar mempunyai
kemampuan, baik dalam penguasaan konsep maupun
dalam keterampilan metodologis.
30Pengunaan konsep nilai yg salah
- Banyak para akhli limu sosial sering meng-gunakan
konsep nilai secara kasar atau kurang tajam,
bahkan membingungkan - Linton dalam bukunya Study of Man (1936)
menyamakan konsep nilai dengan sikap atau sikap
mental. - Sebagian sarjana lain menyamakan konsep nilai
tersebut dengan kode moral, kepercaya-an yang
dipegang teguh, aspirasi kebudaya-an, bahkan
sampai kepada sangsi.
31Lanjutan
- Satu kecenderungan umum yang lain adalah
menyamakan konsep nilai dengan konsep budaya
(culture). Ini jelas tidak betul. Budaya adalah
sesuatu yang lebih luas dari pada nilai. - Jika kita menerima pandangan bahwa buda-ya adalah
suatu sistem ideasional, maka nilai, bersama
dengan konsep-konsep sejenis seperti ethos,
kepercayaanm worldview adalah unsur dari budaya.
32Lanjutan
- Yang membedakan nilai (value) dari kepercayaan
(belief) Nilai mengacu kepada kategori good
dan bad, dan right dan wrong sedangkan
keperca-yaan mengacu kepada kategori true dan
false, dan correct dan incorrect. - Kepercayaan dalam pengertian populer sering juga
diartikan sebaga the desirable yang disetujui dan
diperintahkan oleh Tuhan. Jadi bagaimanapun,
dalam hal tertentu nilai dan kepercayaan
mem-punyai suatu titik persamaan. Dua-duanya
mengandung pemikiran tentang standar dan alat
pengukuran.
33Konsep Orientasi Nilai (Value Orientation)
- Value Orientation sebagai sebuah konsep, di satu
pihak tampak lebih khusus dari pada konsep
value (nilai), karena ditujukan kepada hal-hal
yang sudah tertentu. Namun di pihak lain konsep
ini tampak lebih luas, karena di samping
menyangkut hal-hal yang seharusnya diinginkan
juga menyangkut hal-hal yang seharusnya tidak
diinginkan.
34Lanjutan
- Dikatakan oleh C. Kluckhohn bahwa orientasi nilai
adalah suatu konsepsi yang umum dan terorganisasi
tentang alam, tentang tempat manusia dalam alam,
tentang hubungan manusua dengan manusia, dan
tentang the desirable dan non disarable.Di sini
konsepsi tersebut ditempatkan dalam konteks
hubungan manusia dengan ling-kungannya dan
hubungan manusia antar manusia. - Orientasi nilai, sebagai sebuah konsepsi
mem-pengaruhi perilaku mjanusia dalam berhubungan
dengan alam dan dengan manusia yang lain.
35Definisi Orientasi Nilai
- Secara formal orientasi nilai dapat didefinisikan
sebagai - .......... satu konsepsi yang umum dan
bersistem (mempengaruhi perilaku) tentang alam,
tentang tempat manusia dalam alam, tentang
hubungan manusia dengan manusia, dan tentang yang
seharusnya diinginkan dan tidak seharusnya
diinginkan, sebagaimana mereka itu dapat
dikaitkan dengan hubungan manusia-lingkungan dan
antar manusia - Selanjutnya di Indonesia Koentjaraningrat
mengembangkan konsep ini dengan nama orientasi
nilai budaya.
36KERANGKA ORIENTASI NILAI BUDAYA
MASALAH HIDUP ORIENTASI NILAI BUDAYA ORIENTASI NILAI BUDAYA ORIENTASI NILAI BUDAYA
Hakikat dan sifat hidup Hidup adalah buruk Hidup adalah baik Hidup adalah buruk tapi hrs diperbaiki
Hakikat kerja Kerja adalah untuk hidup Kerja adalah untuk mencari kedudukan Kerja adalah untuk menambah mutu karya
Hakikat kedudukan manusia dlm ruang waktu Masa lalu Masa kini Masa depan
Hakikat hubungan manusia dgn alam Tunduk kpd alam Mencari keselaras an hidup dengan alam Menguasai alam
Hakikat hubungan manusia dgn manu-sia Memandang kpd tokoh-tokoh atas-an Mementingkan ra-sa ketergantung-an pd sesama Mementingkan ra-sa tdk tergantung pada sesama
37Lanjutan
- Kerangka di atas dibuat berdasar pada asumsi yang
dipakai dalam penelitian komparatif tentang
orientasi nilai yang dilakukan oleh Kluckhohn
dan Strodtbeck - Semua masyarakat dalam semua kurun waktu
menghadapi sejumlah masalah tertentu yang harus
mereka selesaikan. Ada lima masalah pokok yang
secara universal dihadapi manusia yaitu - Persoalan mengenai sifat dasar manusia
- Persoalan manusia dengan alam
- Persoalan titik masa yang menjadi perhatian
kehidupan manusia - Persoalan mengenai kegiatan manusia.
- Persoalan hubungan antara manusia dengan
sesamanya.
38Lanjutan
- Meskipun terdapat berbagai macam variasi jalan
penyelesaian terhadap setiap masalah di atas,
namun jalan penyelesaian yang sangat mungkin
tidaklah bersifat random maupun terbatas, tapi
mempunyai variasi yang jelas. - Semua alternatif dalam penyelesaian masalah
terdapat dalam semua masyarakat dalam semua
waktu. Yang berbeda hanya preferensinya. Setiap
masyarakat mempunyai sejumlah variasi pilihan
atau pilihan pengganti, di samping pilihan
dominan atas orientasi-nilai.
39Kebudayaan Ind Masa Kini
- Masyarakat Indonesia sekarang sedang bergerak
dari masyarakat agraris tradisional yang penuh
dengan nuansa spiritualistik menuju masyarakat
industrial modern yang materialistik. - Warna kehidupan masyarakat industrial sudah
terasa dalam denyut jantung kehidupan masyarakat,
walaupun corak kehidupan agraris tradisional
tidak lenyap sama sekali. Dalam terminologi
Durkheim keadaan bangsa Indonesia ini dapat
dikategorikan sebagai masyarakat yang sedang
bergerak dari bentuk masyarakat yang penuh
solidaritas organik.
40Lanjutan
- Dalam masyarakat seperti itu kemungkinan akan
muncul fenomena kegalauan budaya (pada tingkat
individual) yang disebut oleh Durkheim (1951)
dengan istilah anomie. Pada tingkat sosial Victor
Turner (1976) menyebutnya sebagai fenomena
liminality.
41Lanjutan
- Masyarakat yang mengalami fenomena anomie seperti
itu akan tidak berada di sini dan tidak pula
berada di sana , tidak dalam budaya tradisional
yang sudah mulai ditinggalkannya, dan tidak pula
dalam budaya modern yang sedang dicicipinya. -
- Untuk tetap bertahan dan berpegang teguh pada
kehidupan tradisional tidak mungkin lagi karena
dianggap tidak cocok dan ketinggalan zaman,
tetapi untuk meninggalkannya secara keseluruhan
jugfa tidak mungkin, karena model kehidupan unia
baru pun belum jelas dalam sistem gagasan mereka.
Akibat perilaku masyarakat menjadi sangat ambigu
atau mendua.
42Lanjutan
- Konsep pewarisan nilai luhur yang selama menjadi
slogan politik kebudayaan kita harus dikaji
ulang. Pewarisan nilai budaya harus dipahami
sebagai suatu proses yang rumit dan tidak
sederhana, karena menyangkut semua dimensi
dinamika kehidupan masyarakat. Terdapat
kendala-kendala yang membutuhkan kecermatan yang
mendalam dalam proses pewarisan nilai budaya itu.
43Lanjutan
- Kendala pertama menyangkut penentuan nilai-nilai
yang perlu diwariskan, yang sesuai dengan
tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa
depan. Bangsa Indonesia yang mempunyai ratusan
ke-lompok etnik dengan beragam kebudaya-annya
mempunyai sistem nilai budayanya sendiri-sendiri.
Bukan hal yang mudah untuk menentukan nilai mana
yang akan diwariskan.
44Lanjutan
- Kendala kedua adalah menyangklut agen yang
bertugas untuk mewariskan nilai-nilai luhur itu.
Apakah agen yang akan mewariskan nilai itu
sendiri memahami benar keunggulan nilai budaya,
dan meyakininya sebagai suatu yang patut untuk
diwariskan. Hal itu hanya dapat dibuktikan dari
sikap dan perilaku para agen itu sendiri. - Pewarisan akan lebih mudah dilakukan jika
diiringi dengan praktik kehidupan. Di sinilah
pentingnya pelaksanaan hukum (law enforcement
order) dalam praktik kehidupan masyarakat.
45Lanjutan
- Kendala ketiga, proses globalisasi yang telah
kita rasakan denyutnya dalam arah kehidupan
bangsa itu, selain telah membentuk corak budaya
masyarakat yang mengarah pada gagasan yang
relatif sama (borderless), tetapi juga telah
menumbuhkan gelombang perlawanan pada sebagian
masyarakat (Feathrstonhe, 1995 dalam Sairin
2002). - Munculnya kelompok-kelompok sosial baru dengan
sistem nilainya sendiri, menjadi kenyataan yang
tidak bisa dihindari. Hal ini menyebabkan nilai
budaya yang ingin diwariskan akan mendapatkan
respon yang beragam pula, dan bahkan kemung-kinan
akan berbeda antara satu kelompok masya-rakat
kepada kelompok lainnya, dan mungkin saja hal ini
dapat mengganggu keutuhan bangsa.
46Lanjutan
- Dalam keadaan seperti itu masyarakat cnderung
untuk memungut simbol-simbol budaya dunia baru
yang diambil secara sepotong-sepotong, sementara
memilih sebagian simbol-simbol tradisional untuk
tetap dipertahankan. Masyarakat cende-rung
mengadopsi kedua sistem budaya itu secara
bersamaan, walaupun yang diambil umumnya hanya
unsur-unsur yang dipandang bermanfaat guna
kepentingan tertentu saja.
47Budaya Dan Globalisasi
- Akibat Globalisasi
- Mentalitas nerabas menghindari kerja keras,
tidak disiplin, tidak bertanggungjawab. - Dengan mentalitas nerabas itu secara perla-han
membawa masyarakat kepada menipis- nya bahkan
hilangnya rasa malu (shameless). - Perilaku konsumtif dan luarnegri minded.
- Krisis nilai dan orientasi nilai, identitas
reidentifikasi dan revitalisasi unsur budaya
et-nik muncul di berbagai belahan dunia Bosnia.