DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran ) - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran )

Description:

DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran ) Oleh: Prof. Dr. Dr. Soetomo, WE 1. RANAH KOGNITIF Bloom dalam mendalami ranah ini, membagi ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:3569
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 116
Provided by: Hewl49
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran )


1
DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan
Pengembangan Sistem Pembelajaran )
  • Oleh
  • Prof. Dr. Dr. Soetomo, WE

2
BAB 1
  • Pengantar
  • 1. Pada masa lampau, perancangan dan pengembangan
    sistem pembelajaran berdasarkan
  • a. Pengalaman
  • b. Intuisi

3
  • 2. Sekarang ada
  • a. Informasi kebutuhan siswa dan masyarakat
  • b. Kemajuan IPTEK
  • Perancangan dan pengembangan sistem pembelajaran
    yang sederhana mulai
  • ditinggalkan
  • Perlu perancangan/design yang sistematis dan
    profesional

4
  • Pokok bahasan untuk menuju
  • Design Instructional yang profesional perlu
    memahami

a. Model-model design b. Belajar teori belajar c.
Belajar media instructional d. Memiliki kriteria
media sesuai kebutuhan e. Berpikir rasional
5
B. Kondisi Dunia Pendidikan Kita
  • Keluhan yang ada
  • Hasil pendidikan tidak sesuai harapan
  • Program pembelajaran yang ada masih belum memadai
  • Kualitas pendidikan turun
  • 2. Langkah Awal
  • Perlu ada perhatian dari penentu kebijakan
  • Menyadari perkembangan IPTEK sangat pesat
  • Muncul tantangan baru di masyarakat
  • Kegiatan pembelajaran siswa mengikuti kemajuan
    jaman

6
3. Hal yang perlu dilakukan
  1. Guru sekarang perlu tahu hakikat perancangan dan
    pengembangan sistem pembelajaran
  2. Merupakan kebutuhan intelektual
  3. Siswa tersebut pentingnya pendidikan
  4. Guru lebih efektif dalam pembelajaran
  5. Membantu siswa menyesuaikan perkembangan sosial,
    psikologikal, dan emosional
  6. Guru memperhatikan perkembangan siswa sebagai
    individu yang utuh
  7. Guru perlu dibekali perancangan dan pengembangan
    sistem pembelajaran yang efektif, efisien, dan
    menarik

7
  • 4. Pengertian Design Instructional, menurut AECT
    (The Association for Education Communication and
    Technology)
  • Dr. Kenneth Gilbert - 1981

8
5. Design Instructional
  • A systematic approach to design production,
    evaluation, and utilization of complete system of
    instruction
  • Complete system ? including all appropiate
    components and a management pattern
  • Instructional development is target than
    instructional product and development
  • Instructional development is concerned with only
    isolate product
  • Instructional development is forget than
    instructional design, which is only one phase of
    instructional development (Gustafson, 1981)

9
  • 6. Jadi pengembangan pembelajaran (instructional)
    kawasannya lebih luas daripada perancangan yang
    merupakan bagian dari pengembangan (Rickey, 1986)
  • 7. Lebih lanjut Rickey mengatakan bahwa
    perancangan instructional adalah

The science of creating detailed specifications
for the development, evaluation, and maintenance
of situational which facilitate the learning of
both large and small unit of subject matter
10
  • Jadi
  • 1). Perancangan Instructional
  • Aktifitas profesional
  • Dilakukan guru, pengembangan instructional
  • Perancangan instructional
  • Proses menentukan metode
  • Untuk perubahan siswa

11
Perancangan Instructional
  • Membahas
  • Pengetahuan pola instruksional yang optimal
  • Metode
  • Kombinasi metode atau model
  • Situasi dimana model berfungsi optimal

12
2. Pengembangan Instruksional
  • Mencakup
  • Peningkatan metode
  • Menciptakan sistem/program
  • Proses pre skripsi (memaknai prosedur)
  • Menciptakan program sesuai situasi

13
Pengembangan instruksional sebagai ilmu meliputi
  • Bermacam prosedur
  • Kombinasi prosedur
  • Situasi prosedur berfungsi

14
8. Tegasnya
  • Perancangan mencakup peningkatan proses
    pengajaran seoptimal mungkin
  • Pengembangan meningkatkan proses instruksional
    secara optimal

15
9. Hubungan perancangan dan pengembangan
instruksional
  1. Hubungannya sangat erat, sebab perancangan adalah
    bagian dari proses pengembangan
  2. Perancangan merupakan salah satu input (masukan)
    yang berharga dalam proses implementasi karena
    dalam implementasi program instruksional,
    bermacam-macam rancangan ada dan prosedurnya
    berbeda-beda
  3. Rancangan juga merupakan masukan untuk evaluasi
    bagi kegiatan uji empirik rancangan itu, ada
    dapat dijadikan landasan kuat untuk
    mengidentifikasi dan menanggulangi berbagai
    kelemahan dalam program sistem instruksional

16
Contoh Kegiatan Rancangan Instruksional
  • Memberikan pre skripsi tentang metode sebagai
    bagian dari
  • Mendiskripsikan prosedur-prosedur untuk
  • Mendiskripsikan pre skripsi prosedur untuk
  • Mengidentifikasikan dan memperbaiki kelemahan
    sebagai bagian dari

Pengembangan Instruksional Implementasi Instruksi
onal Pengelolaan Instruksional Birokrasi Instruk
sional
Rancangan instruksional
Sumber C.M. Reigelash. Instructional Design.
(Instructional Design Theories and models An
Overview of Their carier states) New Jersey
Laurence Erbam Ass. Publisher, 1983.
17
  • 10. Implementasi sistem instruksional selalu
    mempunyai dampak penting dalam rancangan
    instruksional. Oleh sebab itu, rancangan harus
    selalu memperhatikan kelebihan implementasi
    karena programnya bersifat inovatif tidak
    diimplementasikan dengan baik dalam institusi.

18
  • 11. Rancangan juga tergantung pada pengembangan
    instruksional sebagai sumber informasi tentang
    biaya dan efektivitasnya.
  • Banyak rancangan membutuhkan biaya mahal pada
    tahap pengembangan, sehingga seringkali
    ditiadakan.
  • Pengembangan dan pengelolaan dapat memberi
    informasi yang berguna dalam menentukan biaya.

19
Skema
  • Pengembangan

Memberi informasi efektivitas biaya
Memberi informasi kendala efektivitas biaya
Implementasi
Rancangan Instruksional
Pengelolaan
Memberi informasi efektivitas biaya
Sumber C.M. Reigelash, (ibid)
20
BAB 2
  • Curriculum
  • and
  • Instructional

21
1. Pengantar
  • Marcus Tullius Cicero dan teman-temannya tidak
    menduga bahwa karyanya tentang penyelidikan
    perjalanan sejarah Romawi pada abad pertama
    Masehi mewariskan sesuatu yang selalu digunakan
    oleh pendidik pada saat ini. Warisan itu adalah
    kata CURRICULUM yang menjadi salah satu
    kesepakatan kunci di sekolah pada saat ini yang
    berarti telah berkembang dari tempat perlombaan
    ke konsep yang abstrak.

22
  • Di dunia ahli-ahli pendidikan, kata CURRICULUM
    telah diambil dalam pemahaman lonjong dan selalu
    terbatas pengertiannya. Dalam bahasa puisinya
    seperti memandang sinar dalam misterinya. Dengan
    perbedaan pandangan para ahli pendidikan itu,
    sering membuat rancu pemahaman arti administrasi,
    pembelajaran, evaluasi, dan supervisi karena
    fokus orientasi kegiatan kata-kata itu.
  • Padahal administrasi adalah seni mengatur
    keadministrasian, pembelajaran adalah seni
    memberikan pelajaran, evaluasi adalah seni
    memberikan evaluasi, dan supervisi adalah seni
    melakukan supervisi. Tiap pendidik seharusnya
    memahami keduanya dari luar dan dari dalam,
  • apakah itu administrasi, pembelajaran, dsb.

23
  • Banyak para ahli yang memahami dan mengartikan
    kurikulum berbeda, maka tidak heran kalau Dwayne
    Huebner mengatakan seperti orang buta menjawab
    pertanyaan apakah gajah itu ?
  • Dari jawabannya jelas bahwa tiap orang buta
    berbeda, ada yang menjawab gajah seperti kakinya,
    seperti belalainya, seperti badannya, dsb.
    Tegasnya tidak ada orang yang dapat menjawab
    denga tepat kurikulum dengan pemahaman yang
    lengkap. Akibatnya banyak peneliti pendidikan
    yang mengartikan berbeda-beda tentang apa yang
    dimaksud dengan kurikulum. Oleh karenanya kadang
    kala kurikulum malah dilihat seperti monster.

24
Interpretasi Kurikulum
  • Oleh karena banyaknya para ahli pendidik
    mengartikan kurikulum, sementara pemahaman itu
    bukan membuat kejelasan melainkan malah membuat
    kebingungan, maka para ahli akhirnya hanya
    memberikan interpretasi sebagai berikut

25
  1. Kurikulum adalah apa yang diajarkan di sekolah
  2. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran
  3. Kurikulum adalah isi pelajaran
  4. Kurikulum adalah program studi
  5. Kurikulum adalah urutan kursus
  6. Kurikulum adalah serangkaian penampilan tujuan
  7. Kurikulum adalah bahan studi
  8. Kurikulum adalah segala sesuatu yang digunakan di
    sekolah (bimbingan, aktivitas kelas, hubungan
    antar komponen sekolah)
  9. Kurikulum adalah pembicaraan dua hal di dalam dan
    di luar sekolah yang langsung dengan sekolah
  10. Kurikulum adalah segala hal yang direncanakan
    sekolah
  11. Kurikulum adalah belajar pengalaman yang
    dihasilkan oleh sekolah

26
2. Beberapa Definisi
  • Dari batasan itu, maka pada dasarnya kurikulum
    itu adalah
  • a. Sebuah garis (arah) subjek yang akan
    dibicarakan.
  • b. Sebuah jalan sebagai usaha mewujudkan
    pengalaman.
  • c. Sebagai proses belajar dari dalam dan dari
    luar sekolah secara langsung.
  • Konsep-konsep dasar di atas, menunjukkan bahwa
    kurikulum adalah wujud tanggungjawab dari
    pengalaman belajar yang ada di dalam dan di luar
    sekolah secara langsung.

27
Adapun beberapa definisi tentang kurikulum,
antara lain
  • Carter V. Goods Dictionary of Education
  • Kurikulum adalah sekelompok kegiatan belajar
    atau lingkungan subjek belajar yang diukur dari
    tingkatan atau sertifikasi di dalam lapangan
    umumnya dari suatu hasil studi.
  • b. Hollis L. Caswell and Doak S. Campbell
  • Kebanyakan kurikulum itu bukan saja sebuah
    kelompok pembelajaran, tetapi semua pengalaman
    anak di bawah bimbingan guru.

28
  • c. Saylor and Alexander
  • Kurikulum adalah sebuah rencana untuk memahami
    sekelompok penekanan pembelajaran untuk mencapai
    tujuan. Tujuan dan hubungannya dengan tujuan
    khusus adalah guna mengidentifikasikan pelayanan
    populasi dengan sekolah sebagai pusatnya.
  • d. Ronald C. Doll
  • Lebih lanjut mengatakan, bahwa kurikulum berisi
    bahan-bahan formal dan non formal yang prosesnya
    dilakukan dalam pembelajaran untuk memahami
    pengetahuan, pengembangan, ketrampilan, dan
    perubahan sikap serta apresiasi dan nilai di
    bawah wibawa sekolah.

29
  • e. Daniel Tanner and Laurel N. Tanner
  • Menegaskan bahwa kurikulum adalah rekonstruksi
    pengetahuan dan pengalaman pengembangan yang
    sistematik di bawah wibawa sekolah (universitas)
    untuk menjadi anak yang mampu meningkatkan
    pengendalian pengetahuan dan pengalamannya.
  • f. Albert I. Oliver (tokoh pendidikan)
  • Memandang bahwa kurikulum sebagai program
    pendidikan. Oleh sebab itu ia membagi kurikulum
    dalam 4 (empat) elemen dasar, yaitu
  • 1. Program Studi
  • 2. Program Pengalaman
  • 3. Program Pelayanan
  • 4. Apa yang tersembunyi dalam kurikulum

30
  • Tiga hal di atas adalah hal-hal yang terbukti
    sehari-hari. Sementara hal yang keempat, Oliver
    mencoba membuka konsep yang tersembunyi pada
    kurikulum yang dapat mengantar nilai guna
    meningkatkan sekolah.
  • Ahli pendidikan lain, misalnya Arthur W. Foshay,
    dalam mengidentifikasikan kurikulum, bukan satu
    tetapi tiga sisi, yaitu
  • 1. Mata Pelajaran (Academic Discipline)
  • 2. Kegiatan ekstra kelas untuk mengenal
    perhatian pada problem-problem partisipasinya dan
    keputusan masyarakat
  • 3. Adalah hubungan antar aktivitas itu sendiri.

31
  • Robert M. Gagne yang memandang dengan pendekatan
    yang berbeda, memandang kurikulum adalah gerakan
    bersama antara subject matter (content), the
    statement of ends (terminal objectives),
    lingkaran isi, dan penekanan kemampuan
    ketrampilan sebagai ukuran bagi pelajaran ketika
    mengawali belajar isi kurikulum.
  • Sementara itu Mauritz Johnson Jr., sependapat
    dengan pemikiran Gagne, ia menegaskan bahwa
    kurikulum sebagai input instructional system.

32
3. Purpose, Context and Strategy
  • Dari pemahaman di atas, maka sebenarnya perbedaan
    yang substansial dalam memandang kurikulum,
    adalah tidak begitu besar dan bersifat umum.
    Perbedaan umum terjadi, karena secara teoretis
    ada perbedaan yang nyata. Cara elaborasi teori
    satu dengan yang lain banyak yang
    mengkompibasikan antara keduanya, yaitu
    curriculum dan instructional.
  • Pendapat lain juga ditemukan bahwa definisi
    curriculum adalah
  • Goal (maksud dan tujuan) kurikulum
  • Konteksnya dengan kurikulum yang ditemukan
  • Strateginya digunakan melalui kurikulum

33
  • Purpose, menekankan pada respons teoretical,
    yaitu what is does atau should do
  • Konteks definisi kurikulum seringkali dimulai
    dari serangkaian dengan mengambil bentuk. Ketika
    bicara esensi teori kurikulum, sentral
    pengembangan anak, rekonstruksi kurikulum, kedua
    memberi signal dua karateristik kurikulum yang
    sama waktunya, yaitu purpose and context.
  • Contoh
  • Esensi kurikulum mengajarkan peninggalan
    sejarah, anak-anak dipersiapkan pada disiplin dan
    dipersiapkan untuk melihat ke depan (future).

34
  • b. Strategies, purpose dan context seringkali
    melampaui pemahaman terhadap kurikulum itu
    sendiri. Tambah lagi terjadi kompleksitas lahir
    karena penyusunan teori dan strategi
    pembelajaran. Hal ini terjadi, sebab pemecahan
    masalah dan proses ilustrasi berusaha menetapkan
    term proses pembelajarannya, yaitu teknik
    pemecahan masalah, metode ilmiahnya, atau
    refleksi pemikirannya.
  • Kurikulum sebagai group living diusahakan
    dibangun untuk melingkari instructional technique
    yang harus digunakan untuk opportunities for
    group living.
  • Kurikulum sebagai individual learning dan
    kurikulum sebagai programmed instruction, dalam
    kenyataannya spesifikasi sistem harus menghadapi
    bahaya isi kurikuler melalui proses pembelajaran.

35
Kurikulum Sebagai Rencana Menanamkan Pengalaman
  • Pada awalnya dicoba didefinisikan kurikulum untuk
    sekolah dasar dan sekolah menengah sebagai
    kurikulum untuk menanamkan pengalaman anak muda
    untuk menjawab semua perintah langsung dari
    sekolah.
  • Untuk mengangkat konsep kurikulum sebagai rencana
    dan termasuk untuk pembelajaran anak-anak dewasa,
    definisi ini akan dimodifikasi untuk memandang
    kurikulum sebagai rencana atau sebagai sebuah
    program, untuk semua pengalaman yang harus
    dipelajari menghadapi perintah di bawah sekolah.
  • Modifikasi ini dimasukkan dalam pengertian
    kurikulum sebagai a plan dan banyak realitas
    perencanaan yang menunjukkan berapa tentativenya
    dalam menulis bentuk dan tidak sesederhana
    pikiran para planner. Walaupun kurikulum
    menghadapi sejumlah perencanaan seringkali
    skopenya menekankan pada pencapaian tujuan.

36
a. Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
  • Dalam penelitian untuk mengklasifikasikan
    pengertian kurikulum telah didapatkan
    ketidakpastian tentang perbedaan antara kurikulum
    dan pembelajaran.
  • Disimpulkan pandangan para ahli, bahwa kurikulum
    as that which is tought, sementara instruction
    as the means used to teach. Jadi kurikulum
    adalah What, dan pembelajaran adalah How.
  • Juga para ahli memahami bahwa kurikulum sebagai
    program, rencana, isi, dan pengalaman belajar,
    sedangkan instruction sebagai metodologi, seni
    mengajar, pelaksanaan, dan presentasinya.

37
  • Johson lebih menegaskan bahwa hubungan kurikulum
    dengan pembelajaran adalah sebagai interaksi
    antara pengajaran sebagai agen dan seorang atau
    banyak individu memperhatikan untuk belajar.
  • James B. Mac Donald memandang kurikulum sebagai
    aktivitas produk rencana untuk kegiatan lebih
    lanjut dan instruction sebagai pengambil produk
    untuk dioperasionalkan. Menyimpulkan pendapat
    itu, maka sarjana ini menegaskan bahwa rencana
    kurikulum mendahului instruction.

38
b. Model Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
  • Pemahaman terdapat kurikulum dan pembelajaran
    sebagai dua term seringkali mengkaburkan
    hubungannya pada dua sistem itu sendiri. Para
    ahli memang mengenali keduanya sama, salah satu
    mungkin tidak berfungsi pada satu dengan yang
    lain.
  • Hubungan antara What dan How pada pendidikan
    tidaklah semudah dipahami sehingga dapat terlihat
    beberapa perbedaan modelnya dan hubungannya.
    Untuk mencari terminologi yang hilang itu, di
    bawah ini
  • 1. dualisme model
  • 2. interlocking model
  • 3. concentric theses model
  • 4. cyclical model.

39
1. Dualistic Model
  • Model ini menunjukkan bahwa antara kurikulum dan
    pembelajaran terpisah satu dengan yang lain.
  • Lihat gambar
  • Kurikulum Pembelajaran
  • Kedua entitas itu terletak pada kesalahan yang
    besar.
  • What mengambil tempat di kelas di bawah perintah
    guru, sama mempunyai hubungan yang kecil untuk
    what master plan mengatakan akan pergi ke dalam
    kelas. Perencanaan mengabaikan instruktur dan
    dalam kendali diabaikan oleh mereka.

40
2. Interlocking Model
  • Jika kurikulum dan pembelajaran menunjukkan
    sebagai sistem hubungannya saling keterkaitan dan
    saling mendekat.
  • Lihat gambar
  • Cur Inst Inst Cur
  • Kita dapat menggambarkan model ini dengan dua
    jalan sebagai yang diindikasikan dengan sketsa A
    dan B.
  • Visi dari model ini hanya menunjukkan dan
    mendemonstrasikan hubungan integral antara dua
    entitas. Keterpisahan keduanya satu dengan yang
    lain, secara serius dicoba untuk didekatkan.

41
3. Concentric Model
  • Model ini menunjukkan bahwa hubungan kurikulum
    dan pembelajaran memperlihatkan telah mengubah
    kebebasannya dan pemisahannya, dan terjadi
    hubungan yang saling mengkait saling tergantung.
    Ini merupakan kunci dari model concentric.
  • Lihat gambar

42
4. Cyclical Model
  • Rangkaian konsep dari kurikulm dan pembelajaran
    hubungannya disederhanakan dalam suatu sistem
    model yang penekanannya serta esensialnya pada
    elemen feedback. Artinya kurikulum dan
    pembelajaran yang semua terpisah sebagai entitas
    dicoba dihubungkan dalam rangkaian yang saling
    mengkait.

43
  • Dari pemahaman di atas, maka para ahli percaya
    secara umum bahwa hubungan kurikulum dengan
    pembelajaran secara teoretikal dipercaya sebagai
  • Kurikulum dan pembelajaran berhubungan tetapi
    berbeda
  • Kurikulum dan pembelajaran mengkait dan saling
    berhubungan
  • Kurikulum dan pembelajaran mungkin dipelajari dan
    dianalisis secara terpisah tetapi fungsinya tidak
    akan saling mengkait.

44
c. Kurikulum sebagai sebuah disiplin
  • Meskipun kurikulum sulit dimengerti, kurikulum
    dipandang sebagai sebuah disiplin. Subjek studi,
    peristiwa pada tingkatan pendidikan, dan guru di
    lapangan, merupakan suatu disiplin.
  • Kurikulum dan keduanya di lapangan, seperti orang
    yang bekerja dan apa yang dibicarakan, merupakan
    disiplin yang mengantar pemahaman.

45
  • Banyak ahli pendidikan mendiskusikan bahwa
    kurikulum sebagai disiplin karena mengandung tiga
    hal
  • Prinsiples
  • Sebagai disiplin, kurikulum diorganisasikan
    sebagai rangkaian teoritical yang dibentuk atau
    prinsip-prinsip yang diperintahkan.
  • 2. Knowledge and skill
  • Kurikulum secara langsung merupakan a body of
    knowledge and skill, yang terpusat pada
    disiplinnya.
  • 3. Teoretic dan Praktik
  • Sebagai disiplin, kurikulum mempunyai teori dan
    praktik yang mengantar menghasilkan pekerjaan
    yang jelas.

46
5. Menuju Desain Instruksional
  • Untuk menyusun desain instruksional yang baik,
    maka langkah awal yang harus dilakukan selain
    memahami visi, misi, dan tujuan pendidikan, kita
    tidak bisa melupakan kurikulum.
  • b. Kurikulum memang seringkali menjadi polemik,
    dan dalam suatu periode, kurikulum seringkali
    ditinjau kembali. Di Indonesia telah terjadi
    beberapa kali peninjauan kurikulum, dari
    kurikulum 1968, 1975, 1986, 1994, dsb.
  • c. Akibat kebijakan perubahan kurikulum, maka
    lahir pola kebijakan prodi atau jurusan

47
  • d. Dengan kebijakan perubahan kurikulum, maka
    perubahan berikutnya adalah perubahan silabi,
    yang berarti juga akan mengubah desain
    pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru.
    Perubahan kurikulum biasanya bertalian dengan
    perubahan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
  • e. Persoalan kurikulum menyangkut apa yang
    seharusnya dilakukan termasuk pemilihan tujuan
    instruksional yang bersifat subjektif. Di sini
    keputusan guru harus dipertanggungjawabkan, sebab
    sebagai ujung tombak, guru adalah menjabar dan
    pelaksana kurikulum yang dalam penyampaiannya
    berbentuk desain pembelajaran.
  • f. Untuk mampu mendesain yang baik, guru dituntut
    untuk memahami dua hal, yaitu

48
Gb. 1 Instructional Technology Relationship Among
Selected Instructional Technology Theory Bases
and the Domains of the Field
  • DEVELOPMENT
  • Communication
  • Visual Thinking
  • Visual Communication
  • Aesthetics

UTILIZATION Knowledge Utilization Change Or
ganization Development
DESIGN General Systems Learning Motivatio
n Perception Instruction Curriculum
MANAGEMENT General Management Communication Mot
ivation Economic Information
EVALUATION Behavioral Leraning Cognitive
Learning Measurement General
49
Gb. 2 The Domains of Instructional Technology
  • DEVELOPMENT
  • Print Technology
  • Audiovisual Technologies
  • Computer based Technology
  • Integrated Technology

UTILIZATION Media Utilization Diffusion of
Innovations Implementations and Institutionalizati
on Policies and Regulations
DESIGN Instructional Systems
Design Message Design Instructional Strategies Lea
rner Characteristics
MANAGEMENT Project Management Resources
Management Delivery System Management Information
Management
EVALUATION Problem Analysis Criterion
Referenced Measurement Formative
Evaluation Summative Evaluation
50
Gb. 3 Instructional Technology Relationship Among
Selected Instructional Technology Research and
the Domains of the Field
DEVELOPMENT Media Text Design Visual Learning
UTILIZATION Adoption of Innovation Contextual
Impact Marketing
DESIGN Individual Differences Learner
Characteristic Instructional Strategies and
Tactics Aptitude Treatment Interaction Message
Design
MANAGEMENT Forecasting trend Cost
Effectiveness Productivity
EVALUATION Cost/Benefit Analysis Need
Assessment Product Evaluation
51
  • Ciri dari rancangan pembelajaran ada dugaan bahwa
    prinsip dan prosedurnya didorong oleh riset.
    Berbagai riset alami, dari kontrol eksperimen
    tradisional sampai ke pengembangan riset itu
    sendiri analisisnya sebagai studi kasus.
  • 2. Sistem teori umum adalah yang diaplikasikan
    pada lapangan dengan menggunakan model itu begitu
    luas, bahwa pendekatan pelayanan adalah paradigma
    yang harus terjadi pada desain pembelajaran.
  • 3. Desain pembelajaran adalah jalan utama di
    dalam teori belajar. Pada umumnya, penekanan
    tingkah laku adalah domain aplikasi desain
    pembelajaran. Sekarang penekanan pada pelaksanaan
    di lapangan dari kognitif psikologis, dan masih
    banyak lagi, adalah bentuk-bentuk prinsip untuk
    bimbingan lebih lanjut.

52
  • 4. Tingkah laku adalah konsern (sepaham) dengan
    penampilan sebagai fakta bahwa belajar adalah
    mengambil tempatnya untuk mengukur apakah tujuan
    sudah tercapai. Artinya pada masa lampau atau
    sesudah memperoleh pembelajaran. Misal anak baru
    dapat membaca dengan baik, kalau ia menguasasi
    kosakata yang cukup.
  • 5. Gagne berpendapat, bahwa perilaku kognitif
    sangat kompleks. Oleh sebab itu dalam memberikan
    tugas dari yang sederhana ke yang makin kompleks.
  • Hipotesisnya menurut Gagne, seorang dalam
    mempelajari suatu tugas harus ada strukturnya,
    yaitu dari tugas-tugas yang sederhana, makin
    penting, untuk mencapai prestasi (artinya
    mencapai tujuan instruksional), agar kegagalan
    dapat dihindari. Jadi tahapnya disusun makin
    tinggi dan bersifat hirarki

53
  • 6. Untuk menguasai tahap-tahapan, seseorang harus
    berurutan, sbb
  • a. Diferensiasi respons, artinya seorang atau
    siswa dihadapkan pada stimulus. Siswa akan
    merespons berupa salinan stimulus tersebut, dan
    biasanya siswa mengulangi apa yang diucapkan
    guru.
  • b. Asosiasi, artinya siswa dihadapkan stimulus
    tertentu dan tidak diserta stimulus lainnya.
    Responsnya siswa akan mengenal, menyebutkan, dan
    menandai terhadap stimulus.
  • c. Diskriminasi ganda, artinya siswa dihadapkan
    pada dua atau lebih stimulus yang dapat
    membingungkan. Responsnya ternyata sesuai jenis
    stimulus, misalnya siswa mengerjakan apa yang
    diperintahkan guru.

54
6. Perubahan Dunia Pendidikan
  • a. Akibat lahir kurikulum 2004, maka kurikulum
    1994 tidak dipakai. Pada kenyataannya ketika saat
    uji coba, 2001 2003, di lapangan terjadi
    pemakaian kurikulum ganda, yaitu kurikulum 1994
    dan kurikulum 2004, bahkan sampai 2005 kondisi
    itu masih berlaku dan berlangsung, baru tahun
    2006 digunakan KBK hasil revisi kurikulum 2004,
    yang namanya kurikulum 2004.

55
  • b.Perbedaan antara kurikulum 1994 dengan 2004,
    terletak pada penugasan, yang berupa penugasan
    gabungan, yaitu
  • Pengetahuan
  • Ketrampilan
  • Sikap
  • Nilai

Yang diwujudkan dalam kebiasaan (apabila telah
lulus), untuk berpikir, bertindak secara
konsisten
56
Sementara itu pada kurikulum 1994 penggabungan
  • Pengetahuan
  • Ketrampilan
  • Sikap
  • Nilai

Dianggap belum tampak
c. Oleh sebab itu, perbedaan utama dianggap
terletak pada kompetensi dan latihan kompetensi
yang dilakukan secara terus-menerus.
57
Perbedaan dan Kesamaan Antara Kurikulum Tahun
1994 dan 2004
A. Yang Sama A. Yang Sama
KBK (Kurikulum 2004) KBK (Kurikulum 1994)
Pendidikan dasar 9 tahun. Penekanan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada mata pelajaran untuk mencapai kompetensi. Ada muatan lokal. Alokasi waktu setiap jam pelajaran 45 menit (SMP SLTA). Sama Sama Sama Sama Sama
58
B. Yang Tidak Sama B. Yang Tidak Sama
KBK (Kurikulum 2004) KBK (Kurikulum 1994)
Pembelajaran bertitik sekolah dan daerah. Memuat standar kompetensi. Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram. Pengenalan mata pelajaran teknologi dan informasi. Penilaian berbasis kelas. Pendekatan tematik kelas I, II SD (kelompok usia). Kesinambungan peningkatan kompetensi kelas I XII. Diversitas kurikulum. Silabus disusun daerah atau sekolah (KTSP). Bersifat sentralistik. Tidak memuat. Tidak ada kegiatan pembiasaan perilaku. Belum ada mata pelajaran teknologi dan informasi. Tidak berbasis kelas. Pendekatan tematik tidak disarankan. Tidak berkesinambungan. Tidak diversitas sebab sentralistik. Memberi peluang pada guru mengembangkan program.
59
  • 7. Dampak Perubahan Kurikulum
  • Setiap perubahan tentu berdampak, demikian juga
    dunia pendidikan dengan perubahan atau pergantian
    kurikulum maka yang lahir adalah perubahan,
    antara lain
  • a. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bersifat
    individu, berubah menjadi kompetensi. Para siswa
    mendapat hak sama, fokus KBM agar siswa aktif,
    bersama, atau kelompok KBM berpusat pada siswa.
  • b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
    menghendaki perubahan kegiatan KBM di kelas,
    disesuaikan dengan ciri (kekhasan) yang dimiliki
    kelas, bahan belajar beragam, dan ada pengenalan
    media cetak serta elektronik, sehingga siswa
    harus aktif dan kreatif.

60
  • c. Penilaian sesuai kekhasan kompetensi. Adapun
    yang dinilai adalah proses dan hasil. Kemudian
    guru melakukan diagnosa, apabila output-nya tidak
    sesuai kompetnsi yang ditetapkan.
  • d. Kurikulum bersifat diversitas (tidak sama)
    karena adanya KTSP, jadi roh kekhasan harus
    diutamakan karena melayani pendidikan sesuai
    kondisi dan situasi yang ada (daerah terpencil,
    adanya gempa, adanya bencana alam, dsb).
  • Dari pemikiran di atas, jelas bahwa sebenarnya
    kewenangan menyusun silabus apa pada sekolah
    secara mutlak, bukan pada kelompok sekolah, atau
    satu daerah kabupaten/kota. Sayang kebijakan
    kurikulum diversitas ini masih diganggu adanya
    Ujian Negara, yang memaksa guru bersifat sama
    (sentralistik) lagi, karena takut muridnya tidak
    lulus.
  • Lebih celaka lagi, yang tidak lulus dianjurkan
    ujian Paket A, B, atau C dari Paket Kejar
    (Kelompok Belajar). Padahal Kejar adalah
    pendidikan non-formal. Inilah fenomena pendidikan
    kita sekarang, akibat kebijakan yang tidak jelas
    dan tidak konsisten, dan tanggungjawab, jangan
    tangung menjawab.

61
8. Apakah Penilaian Berbasis Kelas itu?
  • Sebenarnya kurikulum 1994 juga menetapkan
    penilaian individu berdasarkan kelas, bahkan ada
    yang berdasarkan sekolah. Oleh sebab itu sering
    ada istilah rangking I kelas, atau juara kelas,
    atau juara sekolah, dsb.
  • Pada kurikulum 2004, ada petunjuk penilaian
    berbasis kelas, hal ini terjadi karena
  • Pelaksanaan KBK, memaksa guru melakukan perubahan
    kegiatan KBK di kelas dalam bentuk pembelajaran
    baik dalam
  • a). Cara mengajar guru
  • b). Cara proses penilaian dan
  • c). Cara melihat hasil belajar siswa.

62
  • 2.Penekanannya a). Siswa harus menunjukkan
    penguasaan kompetensi yang dicapai b). Jenis
    penilaian ada test, ada lisan, ada tugas, dll
    c). Penilaiannya harus disesuaikan dengan
    kekhasan kompetensi, bukan seluruh kompetensi d)
    bentuk tes pilihan ganda untuk penilaian KBM yang
    KBK tidak dapat digunakan, sebab kompetensinya
    beragam (baik individu maupun kelas).
  • 3. Tujuan penilaian untuk mengetahui berbagai hal
    antara lain untuk mengetahui
  • a. Grading (membedakan kedudukan hasil kerja)
    siswa dengan siswa lain dalam satu kelas.
  • b. Menggunakan alat seleksi, artinya untuk
    memisahkan dan menentukan kategori seseorang
    siswa yang dipertimbangkan akan masuk sekolah
    tertentu atau diarahkan ke lain sekolah.

63
  • c. Menguasai kompetensi, artinya apakah siswa
    telah menguasai kompetensi atau belum.
  • d. Bimbingan (lakukan evaluasi hasil belajar)
    siswa dalam rangka membantu siswa memahami
    dirinya untuk menentukan pilihannya.
  • e. Alat prediksi, artinya mendapat informasi
    tentang kondisi siswa yang akan digunakan untuk
    memprediksi kinerja siswa itu pada pendidikan
    berikutnya.
  • f. Alat diagnosis, artinya untuk melihat seberapa
    jauh kesulitan siswa dalam belajar, seberapa jauh
    siswa memiliki prestasi untuk menentukan perlu
    tidaknya mediasi untuk pengayaan.

64
  • 4. Suatu catatan bagi guru, bahwa kaitannya
    penilaian berbasis kelas yang terdiri dari
    penilaian, diagnosis, bimbingan, dan pencapaian
    penguasaan kompetensi, harus menjadi perhatian
    utama sang guru pada setiap ia memberikan
    pengajaran dalam proses KBM.
  • Sang guru dituntut untuk mampu melaksanakan
    penilaian sejak awal sampai akhir proses, yang
    kesemuanya memerlukan keseriusan sang guru.

65
Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai
bahan dan beragam kompetensi, penilaiannya
mencakup
Unjuk kerja (performance) Penugasan
(proyek) Hasil kerja (produk) Kumpulan
kerja siswa (portofolio) Penilaian tertulis
(paper, tes, dsb.)
66
  • 5. Agar persiapan penilaian objektif, maka sang
    guru wajib
  • a. Menyusun rencana melalui langkah-langkah di
    atas.
  • b. Melakukan pengumpulan bukti hasil siswa.
  • c. Pelaporan yang berhasil dihimpun oleh guru.
  • d. Sumbernya dapat melalui informasi.
  • Peran penilaian memberi masukan/informasi secara
    komprehensif hasil belajar.

67
  • 6. Diversitas Kurikulum
  • Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
    pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan
    pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
    pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
    (KBM) untuk mencapai tujuan pendidikan.
  • Kurikulum 2004 berisi seperangkat rencana dan
    pengaturan yang dibakukan untuk mencapai tujuan
    pendidikan nasional dan cara-cara mencapainya.
  • Diversitas (keragaman) diperlukan mengingat
    adanya keragaman kemampuan siswa, kondisi daerah
    dan kondisi sekolah, sehingga cara penyampaiannya
    disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan daerah
    serta sekolah.

68
  • Dari pokok dan pikiran di atas, jelas bahwa uji
    petik yang bersifat nasional perlu ditinjau
    kembali, sebab bertentangan dengan azas KTSP,
    otonomi, dan diversitas sendiri.
  • Kalau uji petiknya bersifat lokal dan kausal,
    barangkali masih dapat dipertimbangkan.
  • Inilah kembali fenomena yang ada pada dunia
    pendidikan kita. Apalagi sekarang ada istilah
    sekolah berstandar Internasional, yang standarnya
    juga belum jelas mengacu kemana, Eropa atau
    Amerika, sebagai negara-negara yang dianggap
    maju.
  • Dari pemikiran ini, maka kebijakan Diknas
  • perlu ditinjau kembali, khususnya
  • Ujian Negara, karena bertentangan dengan
  • roh kurikulum 2004.

69
BAB 3
  • Standar Isi Pendidikan
  • Komponen Standar Isi
  • Kerangka Dasar Kurikulum
  • Struktur Kurikulum
  • Beban Belajar
  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  • Kalender Pendidikan
  • PP pasal 52

70
  • Kerangka Dasar
  • Kerangka Dasar Kurikulum adalah rambu-rambu
    untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan
    kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
    silabusnya pada setiap satuan pendidikan
  • PP pasal 114
  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  • Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
    kurikulum operasional yang disusun oleh dan
    dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
  • PP pasal 115

71
  • Satuan Pendidikan
  • Satuan pendidikan formal meliputi
  • SD/MI/SDLB
  • SMP/MTs/SMPLB
  • SMA/MA/SMALB
  • SMK/MAK
  • UU 20/2003 pasal 17,18
  • Substansi Pokok Kurikulum
  • Kelompok Mata Pelajaran
  • Agama dan akhlak mulia
  • Kewarganegaraan dan kepribadian
  • Ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Estetika
  • Jasmani, olahraga dan kesehatan
  • PP pasal 61

72
  • Substansi Wajib Kurikulum
  • Pendidikan Agama
  • Pendidikan Kewarganegaraan
  • Bahasa
  • Matematika
  • Ilmu Pengetahuan Alam
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Seni dan Budaya
  • Pendidikan Jasmani dan Olahraga
  • Ketrampilan/Kejuruan
  • Muatan Lokal
  • UU 20/2003 pasal 371

73
  • Struktur Kurikulum
  • Umum
  • Kesepuluh substansi pokok/wajib kurikulum menjadi
    mata pelajaran
  • Jumlah mata pelajaran tidak terlalu banyak
  • Komponen kurikulum
  • Mata pelajaran
  • Muatan lokal
  • Pengembangan diri
  • 4. Spesifikasi mata pelajaran dengan
  • Standar kompetensi
  • Kompetensi dasar

74
  • 5.Waktu belajar per jam pelajaran
  • 6.Alokasi jam pelajaran per minggu
  • 7.Minggu belajar efektif per tahun ajaran
  • 8.Kekhususan jenis/jenjang per tahun ajaran
  • 9.Jam nyata per tahun sekitar 1000 jam
  • (_at_ 60 menit)

75
  • Sekolah Dasar dan Sederajat
  • Substansi pokok/wajib kurikulum yang berdiri
    sendiri dan digabung sebagai mata pelajaran
  • IPS Terpadu dan IPA Terpadu
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Kelas I - III Tematik
  • Kelas IV VI Mapel
  • Satu jam pelajaran 35 menit
  • Satu minggu
  • Kelas I III 29 32 jam
  • Kelas IV VI 34 jam
  • Satu tahun 34 38 minggu

76
  • SMP dan Sederajat
  • Substansi pokok/wajib kurikulum semuanya berdiri
    sebagai mata pelajaran berdiri sendiri
  • IPS Terpadu dan IPA Terpadu
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Kelas VII - IX Mapel
  • Satu jam pelajaran 40 menit
  • Satu minggu 34 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

77
  • SMA dan Sederajat
  • Substansi pokok/wajib kurikulum semuanya sebagai
    mata pelajaran berdiri sendiri
  • Unsur-unsur IPS dan IPA menjadi mata pelajaran
  • Umum diikuti semua kelas X
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Satu jam pelajaran 45 menit
  • Satu minggu 38 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

78
  • Kelas XII- XII, diarahkan ke tiga jurusan
  • Program Studi IPS
  • Program Studi IPA
  • Program Studi Bahasa
  • Program Studi Keagamaan
  • Kelas XI XII, Program Studi IPS
  • Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
    pelajaran berdiri sendiri
  • Bidang kajian khusus IPS 12 jam pelajaran untuk
    4 mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan
    Sosiologi
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Satu jam pelajaran 45 menit
  • Satu minggu 38 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

79
  • Kelas XI XII, Program Studi IPA
  • Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
    pelajaran berdiri sendiri
  • Bidang kajian khusus IPA 12 jam pelajaran untuk
    3 mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Satu jam pelajaran 45 menit
  • Satu minggu 39 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

80
  • Kelas XI XII, Program Studi Bahasa
  • Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
    pelajaran berdiri sendiri
  • Bidang kajian khusus Bahasa 12 jam pelajaran
    untuk 3 mata pelajaran Sastra Indonesia, Bahasa
    Asing, dan Antropologi
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Satu jam pelajaran 45 menit
  • Satu minggu 39 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

81
  • Kelas XI XII, Program Studi Keagamaan
  • Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
    pelajaran berdiri sendiri
  • Bidang kajian khusus Bahasa 12 jam pelajaran
    untuk 4 mata pelajaran yang nama-nama dan
    substansinya ditentukan oleh Departemen Agama.
  • Muatan lokal
  • Kegiatan pengembangan diri
  • Satu jam pelajaran 45 menit
  • Satu minggu 38 jam pelajaran
  • Satu tahun 34 38 minggu

82
  • Satuan Pendidikan Khas Keagamaan
  • Satuan pendidikan khas keagamaan seperti
    MI/MTs/MA atau bentuk lain yang sederajat, di
    luar Program Studi Keagamaan di SMA dan MA, dapat
    menambah beban belajar untuk kelompok mata
    pelajaran Agama dan Akhlak Mulia serta kelompok
    mata pelajaran Kewargenegaraan dan Kepribadian
    sesuai dengan kebutuhan dan ciri khasnya,
    sebanyak-banyaknya 8 jam pelajaran per minggu.

83
Kompetensi
  • Kedalaman Muatan Kurikulum
  • Dituangkan dalam kompetensi pada tiap
    tingkat/semester
  • Kompetensi tersebut terdiri dari
  • standar kompetensi
  • kompetensi dasar

Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
84
  • Kegiatan Pengembangan Diri
  • Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan
    peserta didik untuk mengembangkan dan
    mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
    kemampuan, bakat, minat, dan kondisinya yang
    tidak diperoleh melalui kegiatan mata pelajaran
    dan muatan lokal.
  • Materi Yang Dibahas
  • Struktur Kurikulum, Standar Kompetensi, dan
    Kompetensi Dasar Satuan Pendidikan
  • SD/MI/SDLB
  • SMP/MTs/SMPLB
  • SMA/MA/SMALB
  • SMK/MAK
  • Per mata pelajaran

85
  • Beban Belajar
  • Beban belajar adalah waktu yang dibutuhkan oleh
    peserta didik untuk mengikuti kegiatan
    pembelajaran melalui kegiatan tatap muka,
    penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk
    mencapai standar kompetensi lulusan serta
    kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat
    perkembangan peserta didik.

86
Beban Belajar Per Satuan Pendidikan
Satuan Pendidikan Kelas Satu Jam Pelajaran Tatap Muka Dalam Menit Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu Minggu Efektif Per Tahun Ajaran Jumlah Jam Per Tahun (_at_ 60 menit)
SD/MI I III 35 29 32 34 39 575 709
SD/MI IV VI 35 34 34 39 675 754
SMP/MTs VII IX 40 34 34 39 771 861
SMA/MA X - XII 45 38 - 39 34 - 39 969 - 1125
87
Beban Belajar Peserta Didik
88
Kalender Pendidikan
  • Kalender pendidikan adalah pengaturan untuk
    kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
    tahun pelajaran
  • Kalender Pendidikan

No. Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1. Minggu efektif belajar Maks. 38 minggu Utk. pembelajaran efektif
2. Jeda tengah semester Maks. 2 minggu Unt. Smt 1 dan Smt. 2
3. Jeda antar semester Maks. 2 minggu Antara smt 1 dan smt 2
4. Libur akhir semester Maks. 3 minggu Unt. Adm akhir / awal TA
5. Libur keagamaan 2 4 minggu Khusus atur sendiri
6. Libur umum/nasional Maks. 2 minggu Sesuai PP
7. Libur khusus Maks. 1 minggu Sesuai ciri lembaga
8. Kegiatan khusus Maks. 3 minggu Program khusus sek / madra
89
BAB 4BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK
90
  • A. PENGANTAR
  • 1. Tata krama guru atau etika guru secara
    resmi tidak ada. Tata krama guru yang ada hanya
    GURU, Jarwa Dhosoknya DIGUGU LAN DITIRU
  • 2. Kalau ada tata krama atau etika guru, harus
    ada sanksinya
  • 3. Di masyarakat, tidak ada sanksi resmi yang
    ada sanksi moral
  • 4. Sanksi moral kadangkala lebih berat
  • Contoh Seseorang guru berbuat asusila pada
    murid X, tetapi berita di koran Guru
    berbuat asusila pada muridnya
  • 5. Atas dasar pemahaman ini, maka topik
    bahasan ini menjadi
  • BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK

91
  • B. KONDISI GURU
  • 1. Guru Zaman Dulu
  • a. Guru Yang Baik Itu
  • 1) Mempunyai Prabawa
  • 2) Mempunyai Wibawa
  • 3) Mempunyai Pendirian yang
    tegas dan lugas
  • 4) Guru mencari murid, dan
    Guru yang tidak komersial,
    murid tidak membayar. Contoh Percakapan guru
    Wisma Mitra
    dengan Prabu Dasarata dalam Ramayana
  • 5) Murid taat, contoh Paguron,
    bersifat familier, Guru
    adalah Dewa
  • 6) Sifat paguron ada yang baik /
    tidak baik
  • 7) Keberhasilan Murid, yang ditanya
    Gurunya siapa
  • 8) Guru adalah sentral, mutlak,
    otoriter wakil orang tua, Dewa yang turun dari
    surga
  • 9) Guru adalah segala - galanya

92
  • 2. Semboyan Guru waktu Itu
  • a. Nglurug tanpa Bala
  • b. Menang Tanpa Ngasorake
  • c. Ing Ngarsa Sung Tuladha
  • d. Ing Madya Mangun Karsa
  • ( Baca RM. Sosrokartono Kakak R.A Kartini )
  • 3. Guru Masa Kini
  • a. Pada awal kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara
    (1889-1959), yang terkenal Bapak Pendidikan
    Nasional, mengatakan jangan kamu mengucapkan
    kemerdekaan diri, kalau tidak diikuti tertib
    damai. (Tauchid, 1963 34)
  • b. Dengan ucapan ini lahir Pendidikan Sistem
    Pamong, dan semboyannya Tut Wuri Handayani
  • c. Filosofinya Dasar lebih kuat dari ajar
  • d. Filosofi ini bertentangan dengan pendirian
    teori Tabularasa atau kertas putih. (Baca John
    Dewey, 1982)

93
  • Guru masa kini harus mengetahui perkembangan
    filosofi pendidikan. Dalam teori modern
    Longstreet dan Shane (1993) filosofinya
    mengelompokkan pendidikan pada empat hal, yaitu
  • a. Perennialism
  • Teori ini menekankan pada kebenaran absolut,
    kebenaran universal, yang tidak terikat tempat
    dan waktu. (Keabadian, idealisme, kebenaran dan
    keindahan). Filosofi ini karena pengaruh filsuf
    Plato. Pengembangan kurikulumnya untuk semua
    orang, perbedaan individu tidak diperhatikan.
  • b. Essentialism
  • Filosofi pendidikannya menekankan pada individu,
    sebab individu adalah sumber pengetahuan tentang
    hidup dan makna.
  • c. Progressivism
  • Filosofi pendidikannya menekankan pada perbedaan
    individu, berpusat pada mahasiswa.
  • d. Reconstructivism
  • Filosofinya bahwa pendidikan itu merupakan
    elaborasi dari progressivism.

94
  • 5. Dalam perkembangan lebih lanjut, ada filosofi
    Ignatius Loyolla, pendiri Sarikat Yesus.
    Penekanan pendidikan lebih bersifat MILITER
    dengan strategi tegas, keras, terpimpin,
    terprogram. Kelompok Ignatius, diikuti oleh
    kelompok Ursula, dengan semboyan SERVIAM, artinya
  • S Sayangilah sesamamu seperti dirimu sendiri
  • E Eratkanlah hubunganmu dengan Tuhan
  • R Rajinlah belajar agar menjadi manusia yang
    berguna
  • V (Vide) Lihatlah lencanamu
  • I Ingatlah tugasmu sebagai makhluk dan
    belajar
  • A Awasilah pergaulanmu
  • M Majulah nusa dan bangsamu

95
  • 6. Filosofi berikutnya adalah filosofi
    Konvergensi yang dipelopori Lengenvelt, yang
    berusaha memadukan
  • Dasar
  • Konvergensi
  • Ajar

96
  • 7. Untuk kepentingan guru, sekolah harus
    menciptakan semboyan,
  • misalnya
  • I Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • N Nasionalisme Yang Rela Berkorban
  • D Dedikasi Yang Tinggi
  • O Orientasi Nusantara
  • N Negara Kesatuan
  • E Ekhlas Berbakti Kepada Sesama
  • S Setia Pada Bangsa dan Negara
  • I Inisiatif yang Tinggi
  • A Aktif Dalam Berfikir dan Bekerja
  • Pokok pikiran dan pemahaman ini dapat dijadikan
    semboyan kita, dalam usaha menciptakan pendidikan
    yang baik, dan guru yang baik.

97
  • C. RANAH ( DOMAIN ) BELAJAR
  • Seorang guru yang baik, tata kramanya ia harus
    mengenal ranah-ranah belajar, yang secara
    psikologis menjadi dasar PBM.
  • Tahun 1950-an - Benjamin Bloom, memimpin suatu
    tim yang terpadu dari para psikolog dan
    menganalisis perilaku belajar anak. Dikenal
    dengan Taksonomi Bloom.
  • Taksonomi Bloom terbagi menjadi 3 kategori
    perilaku belajar yang saling berkaitan. Kategori
    itu adalah
  • 1. Ranah ( domain ) Kognitif
  • 2. Ranah ( domain ) Afektif
  • 3. Ranah ( domain ) Psikomotorik

98
  • 1. RANAH KOGNITIF
  • Bloom dalam mendalami ranah ini, membagi dalam 6
    tingkatan, yaitu
  • Penilaian
  • S i
    n t e s i s
  • A n a
    l i s i s
  • P e m a h
    a m a n
  • P e n g e
    t a h u a n

99
  • 2. RANAH ( DOMAIN ) AFEKTIF
  • Domain ini terkenal berkat kerja KRATHWOHL
    sebagai anggota BLOOM. Sarjana ini menyusun ranah
    afektif berdasarkan penghayatan, yang disusun sbb
  • Bermuatan
  • Nilai
  • P e n g a t u r a n /
  • P e n g e l o l a a n
  • P e r h i t u n
    g a n / P e n i l a i a n
  • P e n a
    n g g a p a n
  • P e n
    e r i m a a n

100
  • 3. RANAH ( DOMAIN ) PSIKOMOTOR
  • Ranah ini dalam penelitian Tim Bloom, dikelola
    Oleh Harrow, yaitu mengkoordinasikan
    ketidaksengajaan dan derajat kemampuan yang
    dilatihkan. Hirarkinya sebagai berikut
  • Komunikasi
  • Tidak Berwacana
  • K e g i a t a n F i s i k
  • G e r a k a
    n T a n g g a p
  • G e r a k a
    n D a s a r
  • G e r a k
    a n R e f l e k s

101
  • 4. Perbaikan Taksonomi
  • Dunia pendidikan di Indonesia, memanfaatkan
    Taksonomi Bloom dari 1950 1990. Pada abad XXI,
    Lorin Anderson sebagai murid Bloom, mencoba
    memperbaikinya, khususnya pada ranah Kognitif.
  • Taksonomi Bloom
    Taksonomi Anderson
  • Pengetahuan Mengingat
  • Pemahaman Memahami
  • Penerapan Menerapkan
  • Analisis Menganalisis
  • Sintesis Menilai
  • Penilaian Menciptakan

102
  • 4. Desain Robert Gagne
  • Pada tahun 1965, Gagne mengintroduksi teorinya
    dalam
  • bukunya The Condition Of Learning, yang
    mendasarkan teori pembelajaran yang dikenal
    dengan Teori Behavoris.
  • Pada tahun 1985, Gagne menggabungkan teori
    desain pembelajaran dengan teori psikologi
    kognitif, dengan nama Model Kognisi Pemrosesan
    Informasi.
  • Proses Internal
    Proses Eksternal
  • Perhatian Membangun perhatian
  • Pemilihan persepsi Meningkatkan membedakan
    sifat obyek
  • Pengkodean semantik Instruksi verbal,
    gambar, diagram
  • Perolehan Informasi Isyarat, organ yang
    membantu ingatan
  • Pengelolaan Respon Instruksi verbal tentang
    tujuan kinerja kelas
  • Proses Pengawasan Instruksi membangun
    sesuatu yang dapat mengaktifkan dan menentukan
    strategi
  • Harapan Menjelaskan pembelajar tentang
    tujuan untuk memenuhi harapan

103
  • Tegasnya teori Gagne memberi tekanan bahwa
    kejadian-kejadian eksternal perlu diatur
    sedemikian rupa agar pengaruhnya terhadap
    internal dapat menghasilkan respons yang sesuai
    dengan harapan tujuan pembelajaran. Proses
    internal disebut Kejadian Belajar, proses
    eksternal dinamakan Kejadian Pembelajaran.

Kejadian Belajar, mencakup - Pembelajar (alat
indera) - Situasi stimulus - Ingatan - Respons
  • Kejadian Pembelajaran, mencakup
  • - Mengaktifkan motivasi
  • - Menjelaskan pebelajar tentang
    tujuan
  • - Mengarahkan perhatian
  • - Menstimulasi ingatan
  • - Menyediakan bimbingan pembelajaran
  • - Meningkatkan ingatan
  • - Meningkatkan transfer
  • - Menimbulkan kinerja
  • - Menyediakan balikan

104
  • 6. Taksonomi Hasil Belajar
  • Menurut Gagne, Briggs dan Walter (1992), cara
    terbaik menyusun desain instruksional adalah
    bekerja terbalik, yaitu dari hasil pelajaran
    yang diharapkan.
  • Hasil belajar dikelompokkan pada 5 kategori,
    yaitu
  • a. Ketrampilan Intelektual
  • b. Strategi Kognitif
  • c. Informasi Verbal
  • d. Ketrampilan psikomotor
  • e. Sikap
  • Kelimanya ini merupakan
  • komponen hasil belajar

105
Taksonomi Definisi Hasil
Ketrampilan Intelektual Pengetahuan prosedural ( membedakan konsep konkret, mendefinisikan konsep, aturan, pemahaman tingkat tinggi ) Mendengarkan, membedakan, menunjukkan hubungan, mengelompokkan, menunjukkan perubahan (air dibawah 0o) penerapan konsep
Strategi Kognitif Unik, efektif, kreatif strategis melihat masalah dengan cara baru Menciptakan cara pembuangan
Informasi Verbal Menyatakan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, prosedur Menjelaskan pemahaman terhadap isi ( UUD 1945 )
Ketrampilan Psikomotor Gerak tunggal yang lancar ke prosedur yang rumit Mengendarai sepeda
Sikap Pengetahuan tentang keberhasilan pilihan Bersedia dipilih atau terpilih
106
  • 7. Model Pemrosesan Informasi
  • Modelnya
  • a. Belajar merupakan proses pengelolaan
    informasi
  • b. Pikiran peserta didik dianggap sebagai
    komputer
  • c. Pengetahuan dapat dialihkan

Karakteristik Ingatan Jangka Pendek Ingatan Jangka Panjang
Input Sangat cepat Lambat
Kapasitas Terbatas Hampir tak terbatas
Durasi 20 30 Hampir tak terbatas
Isi Kata-kata, gagasan/ ide, kalimat pendek Skema, gambar
Penarikan / pengeluaran kembali informasi Segera Pengelolaan, representasi
107
  • D. Kompetensi
  • 1. Apa Itu Kompetensi
  • Kompetensi adalah sekumpulan pengetahuan,
    ketrampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja
    yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan,
    prestasi, serta kerja seseorang. (Ella Yuliawati,
    2004 13)
  • Menurut Spencer, kompetensi adalah
    karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan
    timbal balik dengan sesuatu kriteria efektif
    sebagai kecakapan terbaik seseorang dalam
    pekerjaan. (Spencer dan Spencer, 1993 9)
  • Ahli ini membahas lima kompetensi yang dimiliki
    seseorang, yaitu
  • a. Motif, adalah sesuatu yang dimiliki
    seseorang untuk berfikir konsisten
  • b. Pembawaan, adalah karakter fisik yang
    merespons secara konsisten terhadap berbagai
    situasi/informasi
  • c. Konsep Diri, adalah image seseorang yang
    diwujudkan dalam tingkah laku, nilai, dan citra
  • d. Pengetahuan, adalah informasi khusus yang
    dimiliki seseorang
  • e. Ketrampilan, adalah kemampuan melakukan
    tugas secara fisik

108

  • Fisik

  • Ketrampilan Pengetahuan Tampak
  • Sembunyi
    Konsep Diri

  • Pembawaan motif

109
  • Lebih lanjut para ahli mengelompokkan kompetensi
    pada tiga kategori, yaitu
  • a. Pengetahuan, tentang fakta, prosedur
    (berhitung, analisis, jasa, dsb)
  • b. Ketrampilan, perilaku (kerjasama, membentuk
    kekeluargaan
  • c. Karakteristik, citra, pembawaan individu
    personal
  • ( Spencer, Mc, Clelland, dan Spencer, 1994 16)
  • 2. Mengapa Kompetensi
  • Menurut Depdiknas, asumsi kurikulum berbasis
    kompetensi adalah salah satu jawaban untuk
    mengatasi proses pendidikan agar kita tidak
    ketinggalan dengan negara tetangga, dan akan
    menciptakan lulusan yang berkompeten, cerdas
    dalam membangun identitas.
  • Pilar yang digarap adalah
  • a. Belajar memahami
  • b. Belajar untuk kreatif
  • c. Belajar untuk hidup bersama
  • d. Belajar untuk membangun dan mengekspresikan
    diri
  • ( Delor, 1998 57 )

110
  • 3. Bagaimana Cara Menyusun Kompetensi
  • Prinsip prinsip itu adalah
  • a. Meluas, peserta memperoleh pengembangan
    tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai,
    estetik, dan logika
  • b. Seimbang, tiap kompetensi dapat dicapai
    melalui alokasi waktu yang cukup
  • c. Relevan, setiap kompetensi saling terkait
  • d. Perbedaan, Memperhatikan kemampuan individu
  • 4. Cara Menyusun Kompetensi
  • a. Menentukan kompetensi lulusan, (menurut
    Bloom, Krathwoht, dan Anderson yaitu isi,
    pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai)
  • b. Gunakan bahasa yang mudah, artinya jelas,
    lugas tegas
  • c. Nyatakan target
  • d. Dicapai keseimbangan, penekanan, dan fokus
    ditentukan
  • e. Batasan kompetensi terarah dan terfokus
  • f. Klarifikasi kompetensi sejenis, tetapi tidak
    memaksakan
  • g. Koordinasi kompetensi

111
  • 5. Urutan Menyusun Kompetensi
  • a. Tentukan standar Kompetensi, artinya ukuran
    yang ditetapkan untuk dicapai
  • b. Kompetensi Dasar, artinya volume kompetensi
    minimal yang harus dicapai atau dimiliki
    seseorang pada materi tertentu
  • c. Indikator, adalah tanda-tanda kompetensi yang
    akan dicapai
  • d. Materi, artinya bahan yang disampaikan pada
    siswa ( sering menjadi silabi )
  • e. Topik, artinya pokok bahasan yang akan
    disampaikan

112
  • E. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif
  • 1. Guru harus menyadari, bahwa fakta dalam
    proses KBM di kelas masih ada murid yang belum
    siap, walaupun guru sudah memulai. Tugas guru
    dalam KBM adalah menempatkan sesuatu secara
    efektif dengan melihat masalah yang kontekstual.
  • 2. Guru harus menyadari bahwa proses KBM adalah
    bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan
    sesuatu proses secara sistematis dan
    berkesinambungan.Guru bertugas mewujudkan
    keragaman pengetahuan dengan memperhatikan
    diversitas siswa yang dihadapi, baik dikelas
    maupun di luar kelas
  • 3. Proses KBM disusun sesuai prinsip belajar
    mengajar. Guru membangun dan pemahaman,
    mendorong siswa menggunakan otoritas haknya
    dalam membangun gagasan. Tegasnya guru
    bertanggung awab mendorong prakarsa, memotivasi,
    tanggung jawab siswa untuk belajar
  • 4. Pada umumnya, guru tanpa sadar mengartikan
    hakikat belajar adalah penerimaan informasi dan
    guru hanya transfer pengetahuan.

113
  • 6. Bagaimana Mengelola KBM Yang Efektif
  • a. Pengelolaan Tempat Belajar
  • Kelas disarankan yang baik, sebab ia adalah
    PAKEM
  • Tahapannya mendorong siswa berfikir dan
    produktif
  • Mengarahkan Kemungkinan
    siswa
  • Jawaban benar tidak
    yakin jawaban benar
  • Tujuan
  • Bertanya
  • Merangsang Siswa
    Akibatnya siswa sering
  • berfikir dan berbuat
    tidak berani menjawab
  • b. Penyediaan umpan balik yang bermakna.
    Respons guru pada tahap ini tidak boleh memvonis
  • c. Ada program pemikiran yang mendorong siswa
    melakukan unjuk kerja. Artinya penilaian
    dilakukan secara alami dalam konteks guru
    mengajar siswa belajar

114
  • 7. Pengelolaan Isi ( materi Pembelajaran )
  • a. Menyiapkan silabi, berintikan silabi
    Nasional dan lokal
  • b. Pengelolaan pembelajaran tematik (kelas
    I-III) SD, melibatkan berbagai mata pelajaran
  • 8. Bagaimana Mengaktifkan Siswa
  • Jika siswa belum terbiasa efektif, maka siswa
    dapat dibuat kelompok.
  • a. Kelompok Kecil
  • - Tugasnya dibatasi waktunya
  • - Perintah jelas
  • - Menerangkan jelas
  • - Penilaian bersifat informal
  • b. Kelompok Besar
  • - Tugas ditambah lebih banyak
  • - Tugas dibagi bagi
  • - Beberapa tugas, dapat bersifat siswa memberi
    pendapat
  • - Sumber belajar dipilih siswa
  • - Penilaian bersama

115
  • E. Kesimpulan
  • Tata krama guru secara resmi tidak ada, yang ada
    tata krama atau etika guru yang bersifat
    informal, yaitu
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com