Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat - PowerPoint PPT Presentation

1 / 69
About This Presentation
Title:

Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat

Description:

Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat Obat-obat Antiepilepsi Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik yang ditandai dengan kejang berulang. – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1552
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 70
Provided by: Gunaw
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat


1
Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat
2
Obat-obat Antiepilepsi
  • Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik yang
    ditandai dengan kejang berulang.
  • Insiden epilepsi banyak terjadi pada neonatus dan
    anak-anak serta pasien diatas 65 tahun
  • Epilepsi merupakan gejala gangguan aktivitas
    elektrik di otak yang dapat disebabkan berbagai
    stimulus.
  • Gangguan aktivitas elektrik ini menyebabkan
    terjadinya kejang

3
Obat-obat Antiepilepsi
  • Obat antiepilepsi bekerja di SSP dengan
    mengurangi gangguan elektrik yang patologis atau
    menghambat perkembangan aktivitas elektrik yang
    menyimpang.
  • Hal ini dapat terjadi melalui efek spesifik
    terhadap kanal ion, inhibisi atau induksi
    neurotransmiter.

4
Fenitoin
  • Fenitoin adalah suatu antikonvulsan hidantoin
    yang strukturnya mirip dengan barbiturat tetapi
    lebih lemah keasamannya sehingga lebih sukar
    larut dalam air.
  • Fenitoin efektif mengurangi frekuensi dan
    keparahan kejang, tanpa menyebabkan depresi SSP.

5
Farmakokinetika fenitoin
  • Farmakokinetika fenitoin sangat dipengaruhi oleh
    kelarutannya dalam air yang kecil dan
    metabolismeny aoleh enzim sitokrom P450
  • Fenitoin hanya sedikit diabsorpsi di lambung
    karena walaupun berada dalam bentuk takterion
    tapi kelarutannya sangat rendah. Absorpsi terjadi
    di duodenum

6
Farmakokinetika fenitoin
  • Fenitoin terikat plasma 90 terutama dengan
    albumin.
  • Ikatan dengan plasma tergantung kadar albumin dan
    dapat dipengaruhi berbagai kondisi klinis seperti
    kadar serum albumin yang rendah, gagal ginjal,
    penggunaan bersama obat lain yang juga terikat
    protein.
  • Dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450
  • 95 diekskresi lewat urin atau feses dalam
    bentuk metabolit.

7
Interaksi Fenitoin amiodaron
  • Kadar plasma fenitoin meningkat ? terjadi
    toksisitas bila dosis fenitoin tidak dikurangi.
  • Sebaliknya kadar plasma amiodaron menurun.
  • Kasus klinis
  • 3 pasien menunjukkan peningkatan kadar fenitoin
    saat mendapat amiodaron (400-1200mg/hari). Satu
    pasien mengalami intoksikasi fenitoin (ataxia,
    lesu dan vertigo) selama 4 minggu pemakaian
    amiodaron. Kadar fenitoin meningkat 3x lipat.
    Kondisinya kembalinormal setelah dosis fenitoin
    dikurangi dari 400 menjadi 200 mg/hari.

8
Interaksi Fenitoin amiodaron
  • Studi terhadap 5 pasien yang mendapat 200 mg
    amiodaron/hari, setelah 5 minggu terjadi
    peningkatan kadar plasma. Saat diberikan fenitoin
    (3-4mg/ kg/hari) selama 2 minggu kadar amiodaron
    32-48.
  • Mekanisme
  • Amiodaron menghambat enzim yang terlibat dalam
    metabolisme fenitoin sehingga terjadi peningkatan
    kadar plasma. Amiodaron juga terikat plasma
    sehingga terjadi pergeseran ikatan dengan
    protein.
  • Fenitoin adalah penginduksi enzim ? meningkatkan
    metabolisme ? menurunkan kadar amiodaron.

9
Interaksi Fenitoin antasida
  • Antasid mengurangi kadar serum fenitoin ?
    gagalnya kontrol kejang pada beberapa pasien.
  • Kasus klinis
  • 3 pasien yang mendapat fenitoin diketahui kadar
    plasma fenitoin turun bila antasid diberikan
    bersama. Bila antasid diberikan setelah 2-3 jam,
    kadar fenitoin tidak terpengaruh.

10
Interaksi Fenitoin antasida
  • Mekanisme
  • Diduga diare dan peningkatan peristaltik saluran
    cerna karena antasid menyebabkan berkurangnya
    absorpsi fenitoin.
  • Antasid juga dapat mengubah sekresi asam lambung
    sehingga mempengaruhi kelarutan fenitoin.

11
Interaksi Fenitoin antikoagulan
  • Kadar serum fenitoin ditingkatkan oleh dikoumarol
    dan warfarin.
  • Fenitoin mengurangi efek antikoagulan dikoumarol
    tapi meningkatkan efek warfarin.

12
Interaksi Fenitoin antikoagulan
  • Kasus klinis
  • 6 subjek mendapat 300 mg fenitoin/hari setelah
    ditambah dikoumarol kadar fenitoin meningkat.
    Intoksikasi fenitoin tampak setelah hari ke-6
    pemakaian dikoumarol.
  • Seorang pasien yang mendapat 300mg fenitoin/hari
    menunjukkan intoksikasi segera setelah mendapat
    warfarin

13
Interaksi Fenitoin antikoagulan
  • Kasus klinis
  • 6 subjek yang diterapi konstan dikoumarol
    (40-160mg/hari) diberikan 300mg fenitoin/hr
    selama 1 minggu. Kadar dikoumarol turun pada hari
    ke-5 meningkat lagi setelah warfarin
    dihentikan.
  • Waktu pembekuan darah seorang pasien yang
    mendapat warfarin meningkat setelah diterapi
    fenitoin 300mg/hari, sehingga perlu penurunan
    dosis warfarin hingga 25.

14
Interaksi Fenitoin antikoagulan
  • Mekanisme
  • Mekanisme interaksi kompleks.
  • Dikoumarol menghambat metabolisme fenitoin di
    hati ? mengurangi ekskresi.
  • Fenitoin meningkatkan metabolisme dikoumarol,
    mengurangi metabolisme warfarin.
  • Fenitoin juga mempunyai efek depresi pada hati
    yang menurunkan produksi faktor pembekuan darah.

15
Interaksi Fenitoin barbiturat
  • Perubahan kadar plasma fenitoin (meningkat atau
    menurun) dapat terjadi bila digunakan
    fenobarbital, tapi kontrol kejang baisanya tidak
    terlalu terpengaruh.
  • Intoksikasi fenitoin tampak setelah pemutusan
    fenobarbital.
  • Peningkatan kadar fenobarbital dapat terjadi bila
    ditambahkan fenitoin pada terapi dengan
    fenobarbital.

16
Interaksi Fenitoin barbiturat
  • Data klinis
  • Terapi fenitoin bila ditambahkan fenobarbital
  • Pada 12 pasien epilepsi yang diterapi dengan
    fenitoin, saat mendapat fenobarbital kadar plasma
    fenitoin turun.
  • Pada hampir semua kasus, kadar fenitoin kembali
    meningkat setelah fenobarbital dihentikan.

17
Interaksi Fenitoin barbiturat
  • Data klinis
  • Terapi fenobarbital bila ditambahkan fenitoin
  • Peningkatan kadar fenobarbital terjadi pada 40
    pasien epilepsi saat ditambah fenitoin.
  • Pada 5 pasien peningkatan kadar plasma
    fenobarbital hingga 2x lipat.

18
Interaksi Fenitoin barbiturat
  • Mekanisme
  • Fenobarbital mempunyai 2 efek terhadap
  • metabolisme fenitoin
  • Menginduksi enzim sehingga meningkatkan klirens
    fenitoin
  • Pada dosis tinggi dapat menghambat metabolisme
    melalui kompetisi sistem enzim.
  • Total efek yang terjadi tergantung keseimbangan
    antara kedua mekanisme ini.

19
Interaksi Fenitoin benzodiazepin
  • Benzodiazepin dapat meningkatkan atau menurunkan
    kadar plasma fenitoin.
  • Fenitoin dapat menurunkan kadar plasma
    benzodiazepin.
  • Mekanisme
  • Inkonsistensi ini belum diketahui mekanismenya.
  • Benzodiazepin menginduksi atau meng-inhibisi
    enzim yang memetabolisme fenitoin.
  • Selain itu benzodiazepin mengubah volume
    distribusi fenitoin.

20
Interaksi Fenitoin H2-bloker
  • Kadar plasma fenitoin meningkat oleh simetidin.
  • Toksisitas bisa terjadi kalau dosis fenitoin
    tidak diturunkan.
  • Mekanisme
  • Simetidin adalah inhibitor enzim yang poten ?
    akumulasi kadar fenitoin ? mencapai MTC.
  • Tapi famotidin, ranitidin dan nizatidin tidak.
  • Simetidin juga menunda disolusi tablet fenitoin
    karena peningkatan pH lambung.
  • Manifestasi aganulositosis trombositopenia
    (karena depresi sumsum tulang).

21
Interaksi antar obat-obat antiepilepsi
Obat antiepilepsi Obat yang ditambahkan Efek
Fenitoin Karbamazepin Asam valproat Fenobarbital ltlt Fenitoin ltlt fenitoin total ltlt or gtgt fenitoin
Karbamazepin Fenobarbital Fenitoin ltlt Karbamazepin ltlt karbamazepin
Asam valproat Karbamazepin Fenobarbital Fenitoin ltlt asam valproat ltlt asam valproat ltlt asam valproat
22
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • FENITOIN
  • Obat yang mempengaruhi
  • Antasid menurunkan absorpsi Fenitoin
  • Simetidin gtgt FNT (fenitoin)
  • Kloramfenikol gtgt FNT
  • Disulfiram gtgt FNT
  • Flukonazol gtgt FNT
  • INH gtgt FNT
  • Warfarin gtgt FNT

23
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • FENITOIN
  • Obat yang dipengaruhi
  • Kontraseosi oral penurunan efektivitas
    kontrasepsi oral
  • Bishidroksikumarin penurunan efek antikoagulan
  • Asam folat penurunan efek asam folat
  • Kuinidin penurunan efek kuinidin
  • Vitamin D penurunan efek vit. D

24
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • Karbamazepin
  • Obat yang mempengaruhi
  • Simetidin gtgt CBZ (karbamazepin)
  • Eritromisin gtgt CBZ
  • INH gtgt CBZ

25
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • KARBAMAZEPIN
  • Obat yang dipengaruhi
  • Kontrasepsi oral penurunan efektivitas
    kontrasepsi oral
  • Doksisiklin ltlt doksisiklin
  • Teofilin ltlt teofilin
  • Warfarin ltlt warfarin

26
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • ASAM VALPROAT
  • Obat yang mempengaruhi
  • Simetidin gtgt asam valproat
  • Salisilat gtgt asam valproat bebas

27
Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain
  • ASAM VALPROAT
  • Obat yang dipengaruhi
  • Kontrasepsi oral penurunan efektivitas
    kontrasepsi oral

28
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
  • Benzodiazepin (BDZ) merupakan inhibitor reseptor
    GABA (gamma-aminobutyric acid).
  • Pengikatan GABA pada reseptornya ? pembukaan
    kanal Cl- ? memungkinkan masuknya ion Cl melewati
    membran sel syaraf ? meningkatkan potensial
    elektrik sepanjang membran sel ? sel sukar
    tereksitasi.

29
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
  • Sedangkan ikatan BDZ dengan reseptor GABA ? tidak
    menyebabkan terbukanya kanal Cl ? menghambat
    neuron ? efek depresi.
  • Efek depresi SSP BDZ meliputi ansiolitik,
    relaksan otot, antiamnesia, antikonvulsan, dan
    sedatif.

30
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
  • Interaksi BDZ meliputi interaksi farmakokinetik
    maupun farmakodinamik.
  • Interaksi farmakokinetik terutama melalui
    inhibisi atau induksi enzim sitokrom P450 yang
    memetabolisme BDZ.
  • Interaksi farmakodinamik terutama terjadi dengan
    obat-obat SSP yang lain (etanol, opiat,
    barbiturat, dll)

31
BDZ Antasida
  • Absorpsi klordiazepoksid ditunda pada pemakaian
    bersama antasid. Klordiazepoksida adalah suatu
    prodrug yang butuh suasana asam di lambung untuk
    dikonversi (melalui hidrolisis dekarboksilasi)
    menjadi bentuk aktif ? antasida menghambat
    konversi ini dengan meningkatkan pH lambung.
  • Absorpsi diazepam juga ditunda pada pemakaian
    bersama antasida yang mengandung Al dan
    Mg.

32
BDZ Antikonvulsan
  • Klirens diazepam meningkat pada pemakaian bersama
    karbamazepin dan fenitoin, tapi tidak dengan
    fenobarbital.
  • Efek hipnotik midazolam dikurangi oleh
    karbamazepin dan fenitoin ? perlu dosis midazolam
    yang lebih besar.
  • Mekanisme berbeda-beda. Sebagian besar karena
    induksi dan inhibisi enzim.

33
BDZ Antifungsi golongan azol
  • Flukonazol, itrakonazol ketokonazol secara
    bermakna meningkatkan serum midazolam triazolam
    per oral ? meningkatkan efek sedasi? perlu
    penyesuaian dosis.
  • Ketokonazol tidak merubah efek klinik
    klordiazepoksida secara signifikan, tapi
    meningkatkan efek alprazolam dan midazolam.
  • Mekanisme inhibisi enzim metabolisem oleh
    golongan azol ? meningkatkan kadar plasma BDZ.
  • Pemberian BDZ secara bolus iv dengan adanya
    itrakonazol atau flukonazol tidak meningkatkan
    efek sedasi pada dosis normal.

34
BDZ penghambat kanal Ca
  • Kadar serum dan efek midazolam dan triazolam
    meningkat oleh diltiazem atau verapamil ? dosis
    BDZ perlu dikurangi hingga 50
  • Tidak ada interaksi bermakna antara
    diazepam-diltiazem,felodipin atau nimodipin,
    antara temazepam-diltiazem.
  • Mekanisme diltiazem verapamil menghambat
    enzim sitokrom sehingga menghambat metabolisme
    dan meningkatkan kadar midazolam dan triazolam.

35
BDZ Antagonis H2
  • Kadar serum alprazolam, klordiazepoksid,
    klobazam, diazepam, flurazepam, nitrazepam,
    triazolam ditingkatkan oleh simetidin, tapi
    secara klinis tidak bermakna (hanya pada beberapa
    pasien tampak peningkatan efek sedasi).
  • Famotidin dan ranitidin tidak berinteraksi dengan
    sebagian besar BZD kecuali midazolam triazolam.
  • Mekanisme simetidin menghambat enzim yang
    memetabolisme (N-dealkilasi) berbagai BDZ ?
    mengurangi klirens meningkatkan kadar.

36
BDZ kontrasepsi oral
  • Kontrasepsi oral dapat meningkatkan efek
    alprazolam, klordiazepoksid, diazepam, nitrazepam
    dan triazolam serta menurunkan efek oxazepam,
    lorazepam temazepam ? belum ada studi
    perlu/tidaknya penyesuaian dosis.
  • Mekanisme kontrasepsi oral mempengaruhi
    metabolisme BDZ melalui mengurangi metabolisme
    oksidatif (untuk alprazolam, klordiazepoksid,
    dsb) dan meningkatkan metabolisme konjugasi
    glukuronida (untuk lorazepam, oxazepam, dsb)

37
BDZ antibiotik makrolida
  • Kadar serum dan efek midazolam triazolam secara
    bermakna meningkat diperpanjang pada pemakaian
    bersama eritromisin. Begitu juga antara midazolam
    klaritromisin ? perlu penyesuaian dosis.
  • Roxitromisin memberikan efek yang lemah terhadap
    midazolam triazolam, sedang eritromisin efeknya
    lemah terhadap diazepam, nitrazepam dan
    temazepam. Azitromisin tidak berinteraksi dengan
    midazolam.
  • Mekanisme antibiotik makrolida mengurangi
    metabolisme berbagai BDZ di hati dan/atau dinding
    saluran cerna ? menurunkan klirens meningkatkan
    kadar serum.

38
BDZ Probenesid
  • Probenesid mengurangi ekskresi lorazepam
    nitrazepam (tapi tidak temazepam) ? meningkatkan
    efek terapetik dan toksisitas.
  • Probenesid menghambat klirens banyak obat dan
    metabolitnya di tubulus ginjal (termasuk BDZ).
    Probenesid juga menghambat metabolisme
    (glukuronidasi) nitrazepam dan lorazepam di hati
    ? akumulasi BDZ ? peningkatan efek ? perlu
    penurunan dosis.

39
BDZ Rifampisin
  • Rifampisin meningkatkan secara bermakna ekskresi
    diazepam, midazolam, nitazepam dan triazolam
    (tapi temazepam tidak) ? perlu peningkatan dosis
    BDZ.
  • Mekanisme rifampisin merupakan induktor enzim
    hati yang poten ? meningkatkan metabolisme hati
    ? meningkatkan ekskresi.

40
INTERAKSI OPIAT
  • Opioid adalah senyawa baik endogen maupun
    sintetik yang menghasilkan efek mirip morfin.
  • Morfin sebagian besar opiat menunjukkan
    berbagai efek stimulasi atau inhibisi, dengan
    tempat kerja utama di otak dan saluran cerna.
  • Alkaloid opioid (mis. Morfin) menghasilkan efek
    analgesik melalui aksi pada daerah di otak yang
    mengandung peptid mempunyai sifat farmakologi
    mirip opioid, yaitu endorfin (morfin endogen).

41
INTERAKSI OPIAT
  • Ada 3 reseptor opioid (µ, d, ?) dengan efek yang
    berbeda-beda berupa efek analgesik, depresi
    pernafasan, penurunan motilitas saluran cerna,
    kontriksi pupil, euforia, sedasi dan
    ketergantungan fisik.

42
INTERAKSI OPIAT
Object drugs Precipitant drugs Interaksi
Morfin MAO Inhibitor Peningkatan efek morfin, ansietas, konfusi, depresi saluran nafas, koma.
Morfin, loperamid Kuinidin Peningkatan toksisitas opiat
Morfin, metadon heksosa Penurunan potensi opiat
43
INTERAKSI OPIAT
Object drugs Precipitant drugs Interaksi
Morfin Fluoksetin Fluoksetin melemahkan efek analgesik morfin
Narkotik Wanita hamil, perokok Retardasi pertumbuhan intrauterin yang fatal
Morfin gingseng Gingseng menghambat aktivitas analgesik, menyebabkan toleransi ketergantungan terhadap morfin
44
INTERAKSI OPIAT
Object drugs Precipitant drugs Interaksi
Codein glutetimid Kadar masing-masin gobat dapat meningkat ? resiko toksisitas karena efek sinergis
Pentazocin Amitriptilin Depresi pernafasan dapat meningkat
Meperidin INH INH menghambat MAO menyebabkan hipotensi atau depresi SSP
45
OBAT-OBAT ANTIDIABETIK
  • Obat antidiabetik (senyawa hipoglikemik)
    digunakan untuk mengontrol diabetes melitus,
  • DM suatu penyakit dimana terjadi kegagalan
    total atau parsial dari sel beta pankreas untuk
    mensekresi ke dalam sirkulasi sejumlah cukup
    insulin.
  • Insulin hormon yang berfungsi untuk
    memetabolisme glukosa

46
INTERAKSI dengan ACE inhibitor
  • Pada sebagian pemakai insulin atau sulfonilurea
    yang diterapi juga dengan captopril, enalapril,
    lisinopril ? terjadi hipoglikemia ? bisa diatasi
    dengan menurunkan dosis antidiabet.
  • Mekanisme tidak diketahui, diduga terjadi
    peningkatan utilisasi glukosa sensitivitas
    insulin.

47
INTERAKSI dengan ALOPURINOL
  • Terjadi peningkatan t ½ klorpropamid dan
    penurunan t ½ tolbutamid selama pemakaian bersama
    alopurinol ? tapi efek terhadap rspon
    hipoglikemia bervariasi pada tiap pasien.
  • Terjadi hipoglikemia yang bermakna hingga koma
    pada pasien yang mendapat glicazida.
  • Mekanisme belum diketahui. Pada kasus
    klorpropamid melibatkan kompetisi pada mekanisme
    tubular ginjal.

48
INTERAKSI dengan ANTIKOAGULAN
  • Dikoumarol dan tolbutamid berinteraksi ?
    peningkatan hipoglikemia (resiko koma) dan
    peningkatan efek antikoagulan (resiko
    perdarahan).
  • Dikoumarol juga meningkatkan efek hipoglikemia
    klorpropamid.
  • Peningkatan efek warfarin terjadi pada pasien
    yang mendapat glibenklamid.

49
INTERAKSI dengan ANTIKOAGULAN
  • Mekanisme
  • Dikoumarol meningkatkan efek tolbutamid melalui
    penghambatan metabolismenya di hati, demikian
    juga pada klorpropamid.
  • Peningkatan efek antikoagulan dikoumarol oleh
    tolbutamid disebabkan interaksi pada ikatan
    protein - plasma

50
INTERAKSI dengan kloramfenikol
  • Efek hipoglikemia dari tolbutamid klorpropamid
    dapat ditingkatkan bila dipakai bersama
    kloramfenikol ? dapat terjadi hipoglikemia akut.
  • Mekanisme Kloramfenikol menghambat enzim
    hepatik yang terlibat dalam metabolisme
    tolbutamid klorpropamid ? akumulasi dalam darah
    ? kadar glukosa ltlt ? hipoglikemia.

51
INTERAKSI dengan klorpromazin
  • Klorpromazin dapat meningkatkan kadar gula darah
    pada dosis 100 mg / gt ? mengganggu kontrol
    diabetes ? perlu peningkatan dosis antidiabet.
  • Mekanisme Klorpromazin menghambat pelepasan
    insulin meningkatkan pelepasan epinefrin dari
    adrenal ? keduanya dapat meningkatkan kadar gula
    darah.

52
INTERAKSI dengan klofibrat
  • Efek sulfonilurea dapat ditingkatkan oleh
    klofibrat pada beberapa pasien ? kombinasi yang
    menguntungkan untuk kontrol diabetes yang sukar ?
    perlu pengurangan dosis antidiabet.
  • Efek antidiuretik dari klofibrat untuk terapi
    diabetes insipidus dihambat oleh glibenklamid.
  • Mekanisme diduga karena penggeseran
    sulfonilurea dari ikatan proteinnya, perubahan
    ekskresi renalnya dan penurunan resistensi
    insulin.

53
FAKTOR FISIOLOGI YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI OBAT
  1. Usia
  2. Berat badan
  3. Jenis kelamin
  4. Genetika
  5. Waktu pemberian
  6. Variasi diurnal
  7. Toleransi
  8. Suhu tubuh
  9. Kondisi patologis

54
1. Usia
  • Bayi (balita) ? fungsi metabolisme belum sempurna
    ? keberadaan obat dalam darah gtgt ? kemungkinan
    terjadi interaksi gtgt
  • Lansia ? fungsi metabolisme menurun ? idem bayi.

55
2. Berat badan
  • Kandungan lemak/protein dalam tubuh ? berkaitan
    dengan distribusi obat, ikatan obat dengan
    protein plasma ? mempengaruhi keberadaan obat
    bebas dalam darah
  • atau mempengaruhi afinitas satu obat dengan obat
    lain terhadap protein plasma ? pengusiran satu
    obat oleh obat lain ? efek / efek samping yang
    mungkin terjadi.

56
3. Jenis kelamin
  • Kondisi hormonal ? perbedaan kepekaan pria
    wanita

57
4. Genetika
  • Contoh pada ras tertentu defisiensi enzim
    asetilase ? mempengaruhi obat-obat yang
    dimetabolisme asetilasi (ex INH, PAS, dll)

58
5. Waktu pemberian
  • Perbedaan bisa terjadi antara obat diminum
    sebelum atau sesudah makan ? untuk obat yang
    dipengaruhi asam lambung.
  • Dosis dan interval pemberian ? berkaitan dengan
    terjaganya kadar di atas MEC ? untuk obat yang
    berinteraksi ? beri beda waktu kurang lebih 2
    jam.

59
6. Variasi diurnal
  • Efek obat dapat dipengaruhi oleh aktivitas tubuh
    atau kondisi basal tubuh.
  • Contoh ACTH dari kelenjar pituitari ?
    aktivitasnya paling tinggi pada pagi hari
    sehingga hormon kortison dari korteks adrenal
    kadarnya dalam darah paling tinggi pada pagi
    hari, terendah pada malam hari ? jadi dosis untuk
    malam hari diturunkan (pada pasien asma
    rematik)
  • Obat-obat yang berkaitan dengan variasi diurnal
    anti epilepsi, aspirin, nortriptilin, propanolol,
    litium, ketoprofen, teofilin.

60
7. Toleransi
  • Adalah kondisi dimana untuk mencapai efek yang
    sama perlu dosis yang lebih tinggi.
  • Mekanisme Induksi enzim
  • Toleransi seluler peningkatan jumlah reseptor.
    Contoh pada obat-obat yang menimbulkan adiksi
    (morfin, barbiturat)

61
8. Suhu tubuh
  • Suhu berpengaruh pada distribusi, ikatan,
    ekskresi dan aktivitas enzim.
  • Contoh percobaan dengan sulfonamida ?
    metabolisme menurun saat hipotermia ? karena
    aktivitas enzim asetilase hati menurun.

62
9. Kondisi patologik
  • Efek obat / toksisitas obat dapat meningkat pada
    insufisiensi hati dan insufisiensi ginjal
    (terutama untuk obat yang diekskresi dalam jumlah
    besar melalui hati atau ginjal)

63
EVALUASI INTERAKSI OBAT
  1. Waktu terjadinya interaksi
  2. Interaksi dari obat yang segolongan
  3. Urutan pemberian obat
  4. Dosis
  5. Faktor genetik
  6. Pentingnya indikasi dari obat yang digunakan

64
1. Waktu terjadinya interaksi
  • Interaksi bisa terjadi segera, setelah beberapa
    hari atau beberapa minggu.
  • Interaksi ada yang menghilang / mereda dengan
    berjalannya waktu (ex. interaksi kloral hidrat
    dengan warfarin)
  • Kesalahan bisa terjadi bila pengamatan dilakukan
    terlalu cepat (ex. Interaksi antidepresan
    trisiklik guanetidin ? butuh 1-2 hari).
  • Atau pengamatan terlambat (ex. Interaksi
    epinefrin- beta bloker ? beberapa menit)

65
2. Interaksi dari obat yang segolongan
  • Interaksi bisa sama untuk tiap jenis obat (ex.
    Golongan diuretik tiazid)
  • atau tidak sama untuk tiap jenis obat, mis
  • golongan fluorokuinolon dalam menghambat
    metabolisme teofilin,
  • golongan antagonis H2 dalam menghambat
    metabolisme sejumlah obat,
  • golongan Ca antagonis dalam menghambat
    metabolisme digoxin

66
3. Urutan pemberian obat
  • Urutan pemberian obat dapat mempengaruhi kejadian
    interaksi
  • Istilah object drug (obat yang efeknya diubah)
    dan precipitant drug (obat yang menyebabkan
    terjadinya interaksi)
  • Contoh pasien dalam terapi thiroid (kronis)
    diberi warfarin ? tidak apa-apa.
  • Pasien dalam terapi warfarin lalu hipotiroid ?
    diberi thiroid ? interaksi

67
4. Dosis
  • Interaksi obat lebih terlihat pada dosis yang
    lebih besar.
  • Beberapa interaksi obat tidak penting secara
    klinis kecuali bila obat diberikan dalam jumlah
    berlebih.
  • Contoh Omeprazol pada dosis 40 mg/hari
    menghambat metabolisme diazepam fenitoin. Tapi
    pada dosis 20 mg/hari ? efek penghambatan minimal.

68
5. Faktor genetik
  • Misal Interaksi obat A B diamati pada 12
    pasien.
  • Pada 2 pasien terlihat interaksi yang bermakna,
    sedang pada 10 pasien lain tidak terlihat
    interaksi sama sekali. Jadi suatu interaksi obat
    yang biasanya menunjukkan perubahan efek besar,
    bisa tidak menunjukkan perubahan sama sekali pada
    pasien tertentu, atau sebaliknya.
  • Contoh eritromisin meningkatkan absorpsi
    digoxin dari saluran cerna dengan mengurangi
    bakteri yang menguraikan digoxin ? terjadi hanya
    pada 10 populasi

69
6. Pentingnya indikasi dari obat yang digunakan
  • Interaksi obat bisa terjadi bila suatu obat
    digunakan untuk tujuan tertentu tapi tidak
    terjadi jika untuk tujuan lain.
  • Contoh metotreksat untuk pengobatan kanker
    (dosis besar) AINS ? meningkatkan toksisitas
    metotreksat.
  • Metotreksat untuk terapi rematik (dosis kecil)
    AINS ? tela berhasil digunakan, efek samping
    jarang terjadi.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com