Title: KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN
1KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP
PENDIDIKAN
- By
- Dr. Drs. H.M.Idrus, S.Psi., M.Pd
2 KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN
- Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
- Kontribusi Bagi Peserta Didik
- Kontribusi Bagi Pendidik
3 KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN1. Kontribusi Bagi Proses
Pendidikan
- Penggunaan audio visual aids
- Membantu dalam pengelolaan sekolah
- Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
- Membantu terhadap produksi buku pelajaran
- Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum
4 KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN2. Kontribusi Bagi Peserta
Didik
- Mengerti hakekat belajar
- Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
bagi siswa - Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui
kegiatan ekstra/intra kurikuler
5 KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN3. Kontribusi Bagi Pendidik
- Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
individu - Mengetahui metode mengajar yang efektif
- Memahami permasalahan anak didik
- Membantu dalam evaluasi belajar
- Meningkatkan kemampuan meneliti
- Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak
khusus
6 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
- Introspeksi
- Observasi
- Metode Klinis
- Metode Diferensial
- Metode Ilmiah
- Metode Eksperimen
7 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN1.
Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self
observation yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.
8 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN2.
Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data overt behavior
(perilaku yang tampak).
9 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN3.
Metode Klinis
- Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih
rinci mengenai perilaku penyesuaian dan
kasus-kasus perilaku menyimpang. - Studi Kasus Klinis
- Studi Kasus Perkembangan
- Longitudinal
- Cross-Sectional
10 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN4.
Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak
didik. Menggunakan berbagai macam teknik
pengukuran (contoh tes, angket,dsb) serta
menggunakan statistik untuk menganalisis.
11 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN5.
Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau
bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh
penelitian berikutnya. Digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih
kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
12 METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN6.
Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.
13BAB II BAKAT INTELEGENSI
- PENDAHULUAN
- INTELEGENSI
- BAKAT
- LINGKUNGAN HEREDITAS
- KELAS SOSIAL IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- DIKOTOMI DESA-KOTA
- JENIS KELAMIN
14A. PENDAHULUAN
- Bakat intelegensi merupakan kemampuan mental
individu
15B. INTELEGENSI
- Sejarah Intelegensi
- Pengertian Intelegensi
- Teori-teori Intelegensi
- Pengukuran Intelegensi
- Kurve Normal Dalam Intelegensi
16B. INTELEGENSI 1. Sejarah Intelegensi
- Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS)? tes
untuk anak-anak. Hasilnyaada perbedaan ketepatan
dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes. - Pra 1800-an ? tes hanya untuk mengukur satu
kemampuan - 1880 ? Ebbinghause menemukan berbagai tes memori
- Alfred Binet Theopile Simon ? membedakan
intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir ?
Tes Binet-Simon - Tes Binet ? direvisi 1916 menjadi Tes Stanford
Binet
17B. INTELEGENSI2. Pengertian Intelegensi
? TERMAN ? Suatu kemampuan untuk berpikir
berdasarkan atas gagasan yang abstrak. ? BINET ?
Intelegensi mencakup 4 hal yaitupemahaman, hasil
penemuan, arahan dan pembahasan. ? STREN ?
Kapasitas umum dari individu yang secara sadar
dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah
dan kondisi hidup baru. ? THORNDIKE ? Daya
kekuatan respon yang baik dari sudut pandang
kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi
ketinggian, keluasan dan kecepatan.
18B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN ? Dua faktor intelegensi,
yaitu ? Faktor G mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang. ?
Faktor S mencakup semua faktor khsusus tertentu
yang relevan dengan tugas tertentu.
19B. Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE ? Intelegensi beroperasi pada empat
tingkat trial error yaitu ? Perilaku
nyata (trial error) ? Perseptual (trial
error) ? Ideational ? Konseptual ?
dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi
20B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi
- KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE
- Verbal Comprehention (V)
- Number (N)
- Spatial Relation (S)
- Word Fluency (W)
- Memory (M)
- Reasoning (R)
21B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
- KUALITATIF ? Perbedaan intelegensi disebabkan
karena kualitas individu yang berbeda. - KUANTITATIF ? Perbedaan intelegensi disebabkan
karena terdapat perbedaan kuantitas individu.
22B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET ? TES STANFORD BINET
IQ
MA
X 100
CA
IQ Intelligence Quotient MA Mental Age CA
Chronological Age
23B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiKlasifi
kasi IQ Menurut Stanford-Binet
24B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER ? Wechsler-Bellevue Intellegence
Scale (1939) ? Wechsler Intellegence Scale for
Children (1949) ? Wechsler Adult Intellegence
Scale (1955)
25B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
26B. INTELEGENSI5. Kurve Normal Dalam Intelegensi
27C. BAKAT
- Sejarah Bakat
- Pengertian Bakat
- Bakat Intelegensi
- Pengukuran Bakat
28C. Bakat 1. Sejarah Bakat
Pendidikan Bakat Ideal Aplikasi Bakat
pendidikan lapangan kerja
Thorndike Tiga jenis intelegensi
?Abstrak ?Mekanis ?Sosial Spearman
Teori faktor G faktor S dalam intelegensi
29C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow Bakat merupakan kualitas yang
dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang
beragam William B. Michael bakat adalah
kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang
dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari
latihan Brigham Bakat kondisi, kualitas, atau
sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada
apa yang dapat dilakukan individu (segi
performance/kinerja) setelah individu mendapat
latihan.
?
?
?
30C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis bakat adalah prestasi
yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui
tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang
memiliki tiga arti, yaitu 1. Achievement
Kemampuan aktual 2. Capacity
Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas
?
?
31C. Bakat 2. Pengertian Bakat
- Guilford bakat adalah kemampuan kinerja yang
mencakup - dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan
dimensi intelektual - Suryabrata Analisis mengenai bakat selalu
merupakan analisis - mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung
tiga aspek - aspek tindakan (performance/act)
- aspek sebab atau akibatnya (a person causes a
result) - aspek ekspresif
?
?
Aspek kedua banyak dibahas terutama bila
dikaitkan dengan bakat
32C. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi
- Binet dan Weschler menekankan pada
berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu. - Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.
- Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan
tentang keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang
memerlukan kemampuan mental. - Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan
yang berhasil dalam bidang khusus.
33C. Bakat 4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) a.
Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi
jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan
yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap
bakat, biasanya berbentuk tes
34D. LINGKUNGAN HEREDITAS
- Studi terhadap keluarga
- Studi terhadap anak kembar
35D. Lingkungan Hereditas 1. Studi
terhadap Keluarga
- Galton orang tua IQ tinggi IQ
anak tinggi - Asumsi dulu IQ dipengaruhi faktor keturunan
- Asumsi sekarang IQ kemungkinan dipengaruhi
faktor lingkungan
36D. Lingkungan Hereditas 2. Studi
terhadap Anak Kembar
- Penelitian Hardy dan Heyes, 1988
- Kembar monozigotik dibesarkan bersama
- ? IQ hampir sama faktor
nature berperan besar - ? IQ yang berbeda jauh
faktor nuture berperan besar - Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
- ? IQ hampir sama faktor
nature berperan kecil - ? IQ yang berbeda jauh
faktor nuture berperan kecil
37E. KELAS SOSIAL
- Havighurst ? kelas sosial intelegensi,
laki-laki perempuan - Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
intelegensi - Tidak ada perbedaan laki-laki perempuan
38F. DIKOTOMI DESA-KOTA
- Crow Crow (1989) ? intelegensi anak kota ? anak
desa - Colleman, dkk ? prestasi anak metropolitan ? anak
non metropolitan
39G. JENIS KELAMIN
- Intelegensi laki-laki perempuan (Cage
Berliner, 1979Crow Crow, 1989)
40G. JENIS KELAMIN
- Perbedaan laki-laki perempuan (Cage Berliner,
1979) - Kemampuan verbal (p ? l)
- Kemampuan matematika (l ? p)
- Kemampuan spasial (l ? p)
- Problem solving (l ? p)
- Orientasi prestasi
41BAB IIIKEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU ANTISIPASI
PENDIDIKAN
- PENDAHULUAN
- PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
- PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
- PENDIDIKAN ANAK KHUSUS
42A. PENDAHULUAN
- Aplikasi konsep-konsep bakat intelegensi pada
lapangan pendidikan - Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta
didik
43B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
- Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
Korea, Taiwan) dan di Indonesia - Anak berbakat
- Identifikasi anak berbakat
- Model identifikasi
- Layanan pendidikan anak berbakat
44B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
- 1958 Amerika mencoba memikirkan pendidikan
untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori
psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan
pengkajian teknologi merupakan hal yang
berpengaruh terhadap masalah bakat dan
aktualisasi diri di AS. - Jepang menggunakan Sistem Nasional Pendidikan
Universal untuk mengidentifikasi anak berbakat. - Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted
Talented. Hal itu akan membuat anak di luar
kelompok itu merasa inferior secara intelektual.
Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru
45B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
- Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat
melalui dua tingkat - a. Tingkat Nasional
- b. Tingkat Swasta
- Untuk penjaringan anak berbakat dengan
- a. Akselerasi
- b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam
ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar
mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada
diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan
untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.
46B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
- Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di
taiwan kebutuhan nasional akan pendidikan bagi
Gifted Talented, kebutuhan akan pengembangan
individual dan kebutuhan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. - Taiwan SEL (Special Education Laws)
1984, mengartikan Gifted Talented meliputi
individu yang memiliki satu atau lebih kualitas
di bawah ini - a. Gifted dalam kemampuan umum
- b. Gifted dalam bakat akademik
- c. Gifted dalam talent khusus
47B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
- Indonesia.
- 1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak
mampu - 1980, pilot project untuk identifikasi dan
seleksi anak berbakat. Prosesnya - 1. Penjaringan umum 20-25 anak berbakat
dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian
guru, nilai rapor dan tes IQ. - 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ,
tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes
hasil belajar. - 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8Warga
negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.
48B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak
Berbakat
- Keberbakatan beberapa anak berbakat (child
giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat
potensi aktivitas manusia yang bernilai dan
secara konsisten luar biasa. (Paul Witty) - Gifted (berbakat) 1.memiliki suatu derajat
kemampuan intelektual yang tinggi, IQ gt 140 atau
lebih 2.memiliki satu bakat non-intelektual,
misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat
tinggi sekali. - Talent suatu bentuk kemampuan khusus, seperti
kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan
memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari
hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi
(bakat) (sumberChaplin, 1995).
49B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3.
Identifikasi Anak Berbakat
- Penjaringan Anak Berbakat.
- A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala
makro terdapat 1 dari seluruh populasi adalah
anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994).
- B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10
dengan IQ 120-137 (moderately gifted) - C. Sampel identifikasi awal 15 - 25
(Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)
50B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3.
Identifikasi Anak Berbakat
- Penyaringan Anak Berbakat
- Tujuan memberikan dasar terhadap penilaian pada
kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang.
Penyaringan berguna bagi peramalan tentang
kinerja tertentu pada masa yang akan datang. - Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua
aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas,
motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan
tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)
51B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT4. Model
Identifikasi Renzulli
IQ gt Rata-rata
Task comitment
Kreativitas
THREE-RINGS INTERACTION
52B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model
Identifikasi Triandis
Sekolah
Teman Sebaya
Kreativitas
Keuletan
Anak cerdas tinggi
Intelegensi
Keluarga
53B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan
Pend.Anak Berbakat
- Menurut Ward, Kitano Kirby (dalam Semiawan,
1994) - Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda
dengan menekankan pada aspek intelektual. - Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas
sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata. - Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses
berpikir tinggi. - Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan
induktif. - Memerlukan pertimbangan khsusus dalam
pendidikan. - Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)
54C. MENTAL RETARDATION
- Karakteristik MR
- Kategori MR
- Faktor-faktor penyebab MR
55C. MENTAL RETARDATION 1. Karakteristik MR
- Menurut PPDGJ III
- a. IQ 75 ke bawah
- b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial
- c. Adaptive behavior buruk
- MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks
karena melibatkan hal-hal yang kompleks - hubungan antar keluarga
- menjadi beban semua orang
- hambatan bagi pembangunan
56C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ a. Mild MR
- Stanford Binet 52 - 67
- Wechsler 55 - 69 b. Moderate MR
- Stanford Binet 36 - 51 -
Wechsler 40 - 54
57C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
c. Severe MR - Stanford Binet 20
- 35 - Wechsler 25 - 39 d.
Profound MR - Stanford Binet lt
19 - Wechsler lt 24
58C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan
kesehatan a. Debil IQ 50 - 75
b. Imbicil IQ 25 - 49 c. Idiot
IQ lt 25 3). Ditinjau dari istilah dalam
pendidikan a. Dull IQ 75 - 85
b. Educable IQ 50 - 74 c.
Trainable IQ 25 - 49 d. Hanya mampu
rawat IQ lt 25
59C. MENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab
MR
- Sebab Biologis
- A). Pranatal infeksi, detoksifikasi,
virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex,
siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme. - B). Masa pranatal dengan penyebab tidak
jelas microcephallus, hydrocephallus,
meningocelle, kelainan kromosom, BB lt minimum,
bayi dari ibu psikosis - Sebab Psikologi dan sosial
- Disebabkan karena dibesarkan dalam
lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa
adanya stimulasi)
60D. EXCEPTIONAL PEOPLE
- Pengertian
- Kategori individu khusus
61D. EXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian
- Individu yang secara jelas/signifikan dan
sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan
mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam
aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang
sangat dasar (Harring, 1982). - Beberapa istilah terkait
- Disabled
- Impaired
- Disordered
- Handicaped
- Exceptional
62D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori
Exceptional People
- Kategori Harring (1982)
- Sensory Handicapped
- Mental Deviation
- Communication Disorder
- Learning Disabilities
- Behavioral Disorders
- Physical Handicaps
63D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori
Exceptional People
Kategori Indonesia a. Tuna Netra (SLB A) b.
Tuna Wicara Tuna Rungu (SLB B) c. Tuna Grahita
(SLB C) d. Tuna Daksa (SLB D) e. Tuna Laras
(SLB E) f. Berbakat/gifted (SLB F)
64BAB IVPERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
- PENDAHULUAN
- TUJUAN INSTRUKSIONAL
- MODEL INSTRUKSIONAL
- KURIKULUM
- MODEL PEMILIHAN TUJUAN
65A. PENDAHULUAN
- Apa yang akan saya lakukan?
- Perubahan apa yang saya inginkan dari
siswa-siswa saya?
66B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
- Guru yang efektif
- Model tujuan instruksional yang bertujuan
- Keuntungan model tujuan instruksional yang
bertujuan
67C. MODEL INSTRUKSIONAL
Penilaian Pendahuluan
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Pengajaran
Evaluasi
Model Instruksional yang Beracuan Tujuan
68C. MODEL INSTRUKSIONAL
Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki
Penilaian Pendahuluan
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Pengajaran
Evaluasi
Jika tujuan tercapai, kembangkan
Langkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi
hasil
69D. KURIKULUM
- Definisi kurikulum
- Model pemilihan tujuan (Tyler)
70D. KURIKULUM 1. Definisi Kurikulum
Kurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang
direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.
71D. KURIKULUM 2. Model Pemilihan Tujuan
(Ralph Tyler)
- Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler)
- Siswa
- Masyarakat
- Bidang studi
- Ketiga kategori ini saling berhubungan dan saling
melengkapi.
72BAB VPROSES BELAJAR
- KOMUNIKASI
- PEMBELAJARAN AKTIF
73A. KOMUNIKASI
- Pengertian komunikasi
- Unsur-unsur dalam komunikasi
- Model proses persuasi
- Komunikasi dalam proses belajar-mengajar
74A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi
Berasal dari bahasa Latin communicere
memberitahukan, berpartisipasi, menjadi
milik bersama Susanto (1973) komunikasi berarti
memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah
partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu
menjadi milik bersama (commoness). Hovland,
Janis, Kelly komunikasi merupakan suatu proses
dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan
stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah
perilaku individu lainnya.
75A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi
- Komunikasi primer - sekunder
- Komunikasi langsung - tidak langsung
- Komunikasi dua arah
76A. KOMUNIKASI 2. Unsur-unsur dalam
Komunikasi
- Komunikator (pemberi informasi, berita atau
pesan) dan - Komunikan / receiver (penerima informasi,
berita atau pesan). - Informasi, berita dan pesan.
- Media, alat, saluran, metode/cara penyampaian
informasi bertia/pesan
77A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi
Alternatif proses psikologis laten
Pembahasan yang terjadi dalam wujud tindakan
Pesan-pesan Persuasi
Model Psikodinamika
78A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi
Membentuk batasan(definisi untuk perilaku
sos.bagi anggota kelompok
Pesan yang persuasif
Menghasilkan perubahan perilaku
Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)
Model Sosial Budaya
79A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
- Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan
- Fungsi sebagai komunikator
- Fungsi sebagai inovator
- Fungsi sebagai emansipator
80A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
- Tiga tipe kemampuan seseorang memperoleh
- atau menerima tanggapan
- Tipe Visual
- Tipe Auditif
- Tipe Motoris
81A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
- Metode untuk memperoleh umpan balik dalam
komunikasi - proses belajar dan mengajar
- Metode tanya jawab
- Metode diskusi dan seminar
- Metode tugas
- Simulasi atau permainan
82B. PEMBELAJARAN AKTIF
- Latar belakang pengertian
- Untuk apa
- Mengapa
- Bagaimana
- Penilaian pembelajaran aktif yang bermakna
83B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang
Pengertian
Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan
Secara Kuantitatif Secara
Kualitatif
Pendidikan yang semakin merata.
Peningkatan mutu proses belajar mengajar
84B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang
Pengertian
- CBSA (Raka Joni, 1993)
- Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai
pemberian makna secara konstruktivistik terhadap
pengalaman bagi peserta didik. - Pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan
dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggungjawab
peserta didik ke arah belajar sepanjang hayat.
85B. PEMBELAJARAN AKTIF
2. Untuk Apa
kreatif ekspresif memiliki prakasa tanggung jawab
Tuntutan masa depan
86B. PEMBELAJARAN AKTIF 3. Mengapa
- Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar
membentuk sikap yang diperlukan, mengelola
perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi
pengalaman belajar berikutnya, atas prakarsa
sendiri. - Memberikan sumbangan terhadap perkembangan
mental peserta didik.
87B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana
- Yang perludiperhatikan
- Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan
kondusif - Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang
dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak
kanan dan kiri. - Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu
objek tahap perkembangan atau kejadian untuk
menghubungi pengamatan yang satu dengan yang
lain.
88B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana
- Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan
menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru. - Eksperimen dan atau penerapan konsep/teori
89B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Penilaian
Pembelajaran Aktif yang Bermakna
- Yang perlu diperhatikan
- Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang
akan di capai dan penting untuknya. - Tujuan apa yang akan dicapai dan sejauh mana ia
telah mencapai tujuan dalam sasaran yang
berkesinambungan.
90BAB VIEVALUASI BELAJAR
- PENDAHULUAN
- FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
- ANALISIS TAKSONOMIS
- TEKNIK PENILAIAN
91A. PENDAHULUAN
- Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar
siswa - Penilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi
pada siswa
92A. PENDAHULUAN 1. Usaha Melakukan Evaluasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa
- Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil
belajar siswa - Ujian/ testing
- Melakukan tugas tertentu
- Membuat karangan
- mereproduksi materi yang telah diajarkan
- wawancara, dan sebagainya
93A. PENDAHULUAN 2. Penilaian Dan Prediksi
Terhadap Penguasaan Materi Pada Siswa
- Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan
sejauh mana - peserta didik mengalami kemajuan ke arah
tujuan (pendidikan) - yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan
apakah peserta - didik telah memenuhi syarat dalam suatu
kategori tertentu. - Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut
rapor - Bentuk-bentuk rapor
- ? Mempergunakan lambang A, B, C, D, E
- ? Skala 11 tingkat misl mulai 0-10 atau 0
sampai 100
94B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
- Dasar psikologis
- Dasar didaktis
- Dasar administratif
95B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis
Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan
orientasi untuk menghadapi usaha-usaha yang lebih
jauh
a. Di pandang dari segi anak didik b. Di pandang
dari segi pendidik
96B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis a. Di pandang dari segi anak didik
- Anak-anak belum dapat mandiri pribadi
Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan
sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu
sikap tertentu
- Anak membutuhkan status diantara teman-temannya
97B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis b. Di pandang dari segi pendidik
Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana
usahanya telah mencapai tujuan sebagai pedoman
dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih
lanjut
Guru butuh untuk mengetahui hasil usahanya
sebagai pedoman dalam menjalankan usaha-usaha
lebih lanjut.
98B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Didaktis a. Ditinjau dari segi anak didik
Pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai umumnya berpengaruh baik terhadap
pekerjaan-pekerjaan selanjutnya
99B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Didaktis b. Ditinjau dari segi pendidik
- Guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan
- Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam
belajar - Mengetahui status anak dalam kelasnya
- Membantu menempatkan murid dalam suatu kelompok
yang tepati - Membantu memperbaiki metode belajar dan mengajar
- membantu dalam memberikan pelajaran tambahan
100B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Administratif
Memberikan data untuk menentukan status anak
didik dalam kelasnya Memberikan ihtisar hasil
usaha yang telah dilakukan oleh
suatu lembaga Merupakan inti laporan tentang
kemajuan murid-murid kepada orangtua, atau
pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.
?
?
?
101C. ANALISIS TAKSONOMIS
- Segi kognitif ( Tokoh Bloom)
- Segi afektif (Tokoh Krathwohl)
- Segi psikomotoris (Tokoh E.J. Simpson)
102C. ANALISIS TAKSONOMIS 1. SEGI KOGNITIF
(Bloom)
- Memperhatikan
- Merespon
- Menghayati Nilai
- Mengorganisasikan
- Mempribadikan nilai atau seperangkat nilai
103C. ANALISIS TAKSONOMIS 2.. SEGI AFEKTIF
(Krathwohl)
- Memperhatikan
- Merespon
- Menghayati nilai
- Mengorganisasikan
- Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai
104C. ANALISIS TAKSONOMIS 3. SEGI PSIKOMOTORIS
(E.J. Simpson)
- Persepsi
- Set
- Respon Terbimbing
- Respon Mekanistis
- Respon Kompleks
105D. TEKNIK PENILAIAN
- Tes subjektif
- Tes objektif
106D. TEKNIK PENILAIAN 1. Tes Subjektif
- Kelemahan Tes subjektif
- Sukar dinilai secara tepat
- Sukar untuk komprehensif
- Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti
biasa - reliabilitas, validitas, dan objektivitas rendah
107D. TEKNIK PENILAIAN 1. Tes Subjektif
- Tes subjektif dapat digunakann dalam situasi
- Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan
- Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik
setelah mengadakan - suatu kegiatan
- Mengetahui kemampuan mengarang
- menyelidiki kecakapan pemecahan masalah
108D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes benar-salah atau tes Ya-Tidak (True-False
Test, Yes-No Test)
- KEKUATAN KELEMAHAN
- Mudah disusun ? Mendorong untuk menerka,
- Komprehensif dapat mengerjakan tanpa
belajar - Dapat dinilai cepat ? Reliabilitas rendah
- praktis ? Menimbulkan kekeburan, dan
- objktif sukar dicari item yang
- benar-benar salah
-
109D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
110D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Matching Test
111D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes Isian
112TERIMA KASIH
- M. Fakhrurrozi Praesti Sedjo