KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN - PowerPoint PPT Presentation

1 / 112
About This Presentation
Title:

KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN

Description:

kontribusi psikologi pendidikan terhadap pendidikan by dr. drs. h.m.idrus, s.psi., m.pd kontribusi psikologi pendidikan bagi teori & praktek pendidikan kontribusi ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1282
Avg rating:5.0/5.0
Slides: 113
Provided by: prioStude
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN


1
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP
PENDIDIKAN
  • By
  • Dr. Drs. H.M.Idrus, S.Psi., M.Pd

2
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN
  • Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
  • Kontribusi Bagi Peserta Didik
  • Kontribusi Bagi Pendidik

3
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN1. Kontribusi Bagi Proses
Pendidikan
  • Penggunaan audio visual aids
  • Membantu dalam pengelolaan sekolah
  • Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran
  • Membantu terhadap produksi buku pelajaran
  • Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

4
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN2. Kontribusi Bagi Peserta
Didik
  • Mengerti hakekat belajar
  • Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif
    bagi siswa
  • Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui
    kegiatan ekstra/intra kurikuler

5
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN3. Kontribusi Bagi Pendidik
  • Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan
    individu
  • Mengetahui metode mengajar yang efektif
  • Memahami permasalahan anak didik
  • Membantu dalam evaluasi belajar
  • Meningkatkan kemampuan meneliti
  • Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak
    khusus

6
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
  • Introspeksi
  • Observasi
  • Metode Klinis
  • Metode Diferensial
  • Metode Ilmiah
  • Metode Eksperimen

7
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN1.
Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self
observation yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.
8
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN2.
Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga
yang diperoleh merupakan data overt behavior
(perilaku yang tampak).
9
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN3.
Metode Klinis
  • Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih
    rinci mengenai perilaku penyesuaian dan
    kasus-kasus perilaku menyimpang.
  • Studi Kasus Klinis
  • Studi Kasus Perkembangan
  • Longitudinal
  • Cross-Sectional

10
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN4.
Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan
individual yang terdapat di antara anak
didik. Menggunakan berbagai macam teknik
pengukuran (contoh tes, angket,dsb) serta
menggunakan statistik untuk menganalisis.
11
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN5.
Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu
pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau
bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh
penelitian berikutnya. Digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih
kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
12
METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN6.
Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap
faktor-faktor atau variabel-variabel yang
diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.
13
BAB II BAKAT INTELEGENSI
  • PENDAHULUAN
  • INTELEGENSI
  • BAKAT
  • LINGKUNGAN HEREDITAS
  • KELAS SOSIAL IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
  • DIKOTOMI DESA-KOTA
  • JENIS KELAMIN

14
A. PENDAHULUAN
  • Bakat intelegensi merupakan kemampuan mental
    individu

15
B. INTELEGENSI
  • Sejarah Intelegensi
  • Pengertian Intelegensi
  • Teori-teori Intelegensi
  • Pengukuran Intelegensi
  • Kurve Normal Dalam Intelegensi

16
B. INTELEGENSI 1. Sejarah Intelegensi
  • Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS)? tes
    untuk anak-anak. Hasilnyaada perbedaan ketepatan
    dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
  • Pra 1800-an ? tes hanya untuk mengukur satu
    kemampuan
  • 1880 ? Ebbinghause menemukan berbagai tes memori
  • Alfred Binet Theopile Simon ? membedakan
    intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir ?
    Tes Binet-Simon
  • Tes Binet ? direvisi 1916 menjadi Tes Stanford
    Binet

17
B. INTELEGENSI2. Pengertian Intelegensi
? TERMAN ? Suatu kemampuan untuk berpikir
berdasarkan atas gagasan yang abstrak. ? BINET ?
Intelegensi mencakup 4 hal yaitupemahaman, hasil
penemuan, arahan dan pembahasan. ? STREN ?
Kapasitas umum dari individu yang secara sadar
dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah
dan kondisi hidup baru. ? THORNDIKE ? Daya
kekuatan respon yang baik dari sudut pandang
kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi
ketinggian, keluasan dan kecepatan.
18
B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN ? Dua faktor intelegensi,
yaitu ? Faktor G mencakup semua kegiatan
intelektual dan dimiliki oleh semua orang. ?
Faktor S mencakup semua faktor khsusus tertentu
yang relevan dengan tugas tertentu.
19
B. Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE ? Intelegensi beroperasi pada empat
tingkat trial error yaitu ? Perilaku
nyata (trial error) ? Perseptual (trial
error) ? Ideational ? Konseptual ?
dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi
20
B. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi
  • KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE
  • Verbal Comprehention (V)
  • Number (N)
  • Spatial Relation (S)
  • Word Fluency (W)
  • Memory (M)
  • Reasoning (R)

21
B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
  • KUALITATIF ? Perbedaan intelegensi disebabkan
    karena kualitas individu yang berbeda.
  • KUANTITATIF ? Perbedaan intelegensi disebabkan
    karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

22
B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET ? TES STANFORD BINET
IQ
MA
X 100
CA
IQ Intelligence Quotient MA Mental Age CA
Chronological Age
23
B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiKlasifi
kasi IQ Menurut Stanford-Binet
24
B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER ? Wechsler-Bellevue Intellegence
Scale (1939) ? Wechsler Intellegence Scale for
Children (1949) ? Wechsler Adult Intellegence
Scale (1955)
25
B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
26
B. INTELEGENSI5. Kurve Normal Dalam Intelegensi
27
C. BAKAT
  • Sejarah Bakat
  • Pengertian Bakat
  • Bakat Intelegensi
  • Pengukuran Bakat

28
C. Bakat 1. Sejarah Bakat
Pendidikan Bakat Ideal Aplikasi Bakat
pendidikan lapangan kerja
Thorndike Tiga jenis intelegensi
?Abstrak ?Mekanis ?Sosial Spearman
Teori faktor G faktor S dalam intelegensi
29
C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow Bakat merupakan kualitas yang
dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang
beragam William B. Michael bakat adalah
kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang
dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari
latihan Brigham Bakat kondisi, kualitas, atau
sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada
apa yang dapat dilakukan individu (segi
performance/kinerja) setelah individu mendapat
latihan.
?
?
?
30
C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis bakat adalah prestasi
yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui
tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang
memiliki tiga arti, yaitu 1. Achievement
Kemampuan aktual 2. Capacity
Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas
?
?
31
C. Bakat 2. Pengertian Bakat
  • Guilford bakat adalah kemampuan kinerja yang
    mencakup
  • dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan
    dimensi intelektual
  • Suryabrata Analisis mengenai bakat selalu
    merupakan analisis
  • mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung
    tiga aspek
  • aspek tindakan (performance/act)
  • aspek sebab atau akibatnya (a person causes a
    result)
  • aspek ekspresif

?
?
Aspek kedua banyak dibahas terutama bila
dikaitkan dengan bakat
32
C. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi
  • Binet dan Weschler menekankan pada
    berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
  • Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.
  • Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan
    tentang keberhasilan seseorang dalam
    menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang
    memerlukan kemampuan mental.
  • Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan
    yang berhasil dalam bidang khusus.

33
C. Bakat 4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) a.
Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi
jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan
yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap
bakat, biasanya berbentuk tes
34
D. LINGKUNGAN HEREDITAS
  • Studi terhadap keluarga
  • Studi terhadap anak kembar

35
D. Lingkungan Hereditas 1. Studi
terhadap Keluarga
  • Galton orang tua IQ tinggi IQ
    anak tinggi
  • Asumsi dulu IQ dipengaruhi faktor keturunan
  • Asumsi sekarang IQ kemungkinan dipengaruhi
    faktor lingkungan

36
D. Lingkungan Hereditas 2. Studi
terhadap Anak Kembar
  • Penelitian Hardy dan Heyes, 1988
  • Kembar monozigotik dibesarkan bersama
  • ? IQ hampir sama faktor
    nature berperan besar
  • ? IQ yang berbeda jauh
    faktor nuture berperan besar
  • Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
  • ? IQ hampir sama faktor
    nature berperan kecil
  • ? IQ yang berbeda jauh
    faktor nuture berperan kecil

37
E. KELAS SOSIAL
  • Havighurst ? kelas sosial intelegensi,
    laki-laki perempuan
  • Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat
    intelegensi
  • Tidak ada perbedaan laki-laki perempuan

38
F. DIKOTOMI DESA-KOTA
  • Crow Crow (1989) ? intelegensi anak kota ? anak
    desa
  • Colleman, dkk ? prestasi anak metropolitan ? anak
    non metropolitan

39
G. JENIS KELAMIN
  • Intelegensi laki-laki perempuan (Cage
    Berliner, 1979Crow Crow, 1989)

40
G. JENIS KELAMIN
  • Perbedaan laki-laki perempuan (Cage Berliner,
    1979)
  • Kemampuan verbal (p ? l)
  • Kemampuan matematika (l ? p)
  • Kemampuan spasial (l ? p)
  • Problem solving (l ? p)
  • Orientasi prestasi

41
BAB IIIKEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU ANTISIPASI
PENDIDIKAN
  • PENDAHULUAN
  • PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
  • PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
  • PENDIDIKAN ANAK KHUSUS

42
A. PENDAHULUAN
  • Aplikasi konsep-konsep bakat intelegensi pada
    lapangan pendidikan
  • Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta
    didik

43
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
  • Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris,
    Korea, Taiwan) dan di Indonesia
  • Anak berbakat
  • Identifikasi anak berbakat
  • Model identifikasi
  • Layanan pendidikan anak berbakat

44
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
  • 1958 Amerika mencoba memikirkan pendidikan
    untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori
    psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan
    pengkajian teknologi merupakan hal yang
    berpengaruh terhadap masalah bakat dan
    aktualisasi diri di AS.
  • Jepang menggunakan Sistem Nasional Pendidikan
    Universal untuk mengidentifikasi anak berbakat.
  • Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted
    Talented. Hal itu akan membuat anak di luar
    kelompok itu merasa inferior secara intelektual.
    Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

45
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
  • Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat
    melalui dua tingkat
  • a. Tingkat Nasional
  • b. Tingkat Swasta
  • Untuk penjaringan anak berbakat dengan
  • a. Akselerasi
  • b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam
    ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar
    mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada
    diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan
    untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

46
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
  • Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di
    taiwan kebutuhan nasional akan pendidikan bagi
    Gifted Talented, kebutuhan akan pengembangan
    individual dan kebutuhan untuk meningkatkan
    kualitas pendidikan.
  • Taiwan SEL (Special Education Laws)
    1984, mengartikan Gifted Talented meliputi
    individu yang memiliki satu atau lebih kualitas
    di bawah ini
  • a. Gifted dalam kemampuan umum
  • b. Gifted dalam bakat akademik
  • c. Gifted dalam talent khusus

47
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di
Mancanegara dan Indonesia
  • Indonesia.
  • 1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak
    mampu
  • 1980, pilot project untuk identifikasi dan
    seleksi anak berbakat. Prosesnya
  • 1. Penjaringan umum 20-25 anak berbakat
    dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian
    guru, nilai rapor dan tes IQ.
  • 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ,
    tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes
    hasil belajar.
  • 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8Warga
    negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
    luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

48
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak
Berbakat
  • Keberbakatan beberapa anak berbakat (child
    giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat
    potensi aktivitas manusia yang bernilai dan
    secara konsisten luar biasa. (Paul Witty)
  • Gifted (berbakat) 1.memiliki suatu derajat
    kemampuan intelektual yang tinggi, IQ gt 140 atau
    lebih 2.memiliki satu bakat non-intelektual,
    misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat
    tinggi sekali.
  • Talent suatu bentuk kemampuan khusus, seperti
    kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan
    memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari
    hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi
    (bakat) (sumberChaplin, 1995).

49
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3.
Identifikasi Anak Berbakat
  • Penjaringan Anak Berbakat.
  • A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala
    makro terdapat 1 dari seluruh populasi adalah
    anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994).
  • B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10
    dengan IQ 120-137 (moderately gifted)
  • C. Sampel identifikasi awal 15 - 25
    (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

50
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3.
Identifikasi Anak Berbakat
  • Penyaringan Anak Berbakat
  • Tujuan memberikan dasar terhadap penilaian pada
    kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang.
    Penyaringan berguna bagi peramalan tentang
    kinerja tertentu pada masa yang akan datang.
  • Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua
    aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas,
    motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan
    tersebut merupakan manifestasi dari berbagai
    bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

51
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT4. Model
Identifikasi Renzulli
IQ gt Rata-rata
Task comitment
Kreativitas
THREE-RINGS INTERACTION
52
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model
Identifikasi Triandis
Sekolah
Teman Sebaya
Kreativitas
Keuletan
Anak cerdas tinggi
Intelegensi
Keluarga
53
B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan
Pend.Anak Berbakat
  • Menurut Ward, Kitano Kirby (dalam Semiawan,
    1994)
  • Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda
    dengan menekankan pada aspek intelektual.
  • Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas
    sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata.
  • Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses
    berpikir tinggi.
  • Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan
    induktif.
  • Memerlukan pertimbangan khsusus dalam
    pendidikan.
  • Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

54
C. MENTAL RETARDATION
  • Karakteristik MR
  • Kategori MR
  • Faktor-faktor penyebab MR

55
C. MENTAL RETARDATION 1. Karakteristik MR

  • Menurut PPDGJ III
  • a. IQ 75 ke bawah
  • b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial
  • c. Adaptive behavior buruk
  • MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks
    karena melibatkan hal-hal yang kompleks
  • hubungan antar keluarga
  • menjadi beban semua orang
  • hambatan bagi pembangunan

56
C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ a. Mild MR
- Stanford Binet 52 - 67
- Wechsler 55 - 69 b. Moderate MR
- Stanford Binet 36 - 51 -
Wechsler 40 - 54
57
C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
c. Severe MR - Stanford Binet 20
- 35 - Wechsler 25 - 39 d.
Profound MR - Stanford Binet lt
19 - Wechsler lt 24
58
C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan
kesehatan a. Debil IQ 50 - 75
b. Imbicil IQ 25 - 49 c. Idiot
IQ lt 25 3). Ditinjau dari istilah dalam
pendidikan a. Dull IQ 75 - 85
b. Educable IQ 50 - 74 c.
Trainable IQ 25 - 49 d. Hanya mampu
rawat IQ lt 25
59
C. MENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab
MR
  • Sebab Biologis
  • A). Pranatal infeksi, detoksifikasi,
    virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex,
    siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme.
  • B). Masa pranatal dengan penyebab tidak
    jelas microcephallus, hydrocephallus,
    meningocelle, kelainan kromosom, BB lt minimum,
    bayi dari ibu psikosis
  • Sebab Psikologi dan sosial
  • Disebabkan karena dibesarkan dalam
    lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa
    adanya stimulasi)

60
D. EXCEPTIONAL PEOPLE
  • Pengertian
  • Kategori individu khusus

61
D. EXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian
  • Individu yang secara jelas/signifikan dan
    sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan
    mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam
    aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang
    sangat dasar (Harring, 1982).
  • Beberapa istilah terkait
  • Disabled
  • Impaired
  • Disordered
  • Handicaped
  • Exceptional

62
D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori
Exceptional People
  • Kategori Harring (1982)
  • Sensory Handicapped
  • Mental Deviation
  • Communication Disorder
  • Learning Disabilities
  • Behavioral Disorders
  • Physical Handicaps

63
D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori
Exceptional People
Kategori Indonesia a. Tuna Netra (SLB A) b.
Tuna Wicara Tuna Rungu (SLB B) c. Tuna Grahita
(SLB C) d. Tuna Daksa (SLB D) e. Tuna Laras
(SLB E) f. Berbakat/gifted (SLB F)
64
BAB IVPERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
  • PENDAHULUAN
  • TUJUAN INSTRUKSIONAL
  • MODEL INSTRUKSIONAL
  • KURIKULUM
  • MODEL PEMILIHAN TUJUAN

65
A. PENDAHULUAN
  • Apa yang akan saya lakukan?
  • Perubahan apa yang saya inginkan dari
    siswa-siswa saya?

66
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
  • Guru yang efektif
  • Model tujuan instruksional yang bertujuan
  • Keuntungan model tujuan instruksional yang
    bertujuan

67
C. MODEL INSTRUKSIONAL
Penilaian Pendahuluan
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Pengajaran
Evaluasi
Model Instruksional yang Beracuan Tujuan
68
C. MODEL INSTRUKSIONAL
Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki
Penilaian Pendahuluan
Penentuan tujuan-tujuan spesifik
Pengajaran
Evaluasi
Jika tujuan tercapai, kembangkan
Langkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi
hasil
69
D. KURIKULUM
  • Definisi kurikulum
  • Model pemilihan tujuan (Tyler)

70
D. KURIKULUM 1. Definisi Kurikulum
Kurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang
direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.
71
D. KURIKULUM 2. Model Pemilihan Tujuan
(Ralph Tyler)
  • Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler)
  • Siswa
  • Masyarakat
  • Bidang studi
  • Ketiga kategori ini saling berhubungan dan saling
    melengkapi.

72
BAB VPROSES BELAJAR
  • KOMUNIKASI
  • PEMBELAJARAN AKTIF

73
A. KOMUNIKASI
  • Pengertian komunikasi
  • Unsur-unsur dalam komunikasi
  • Model proses persuasi
  • Komunikasi dalam proses belajar-mengajar

74
A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi
Berasal dari bahasa Latin communicere
memberitahukan, berpartisipasi, menjadi
milik bersama Susanto (1973) komunikasi berarti
memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah
partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu
menjadi milik bersama (commoness). Hovland,
Janis, Kelly komunikasi merupakan suatu proses
dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan
stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah
perilaku individu lainnya.
75
A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi
  • Komunikasi primer - sekunder
  • Komunikasi langsung - tidak langsung
  • Komunikasi dua arah

76
A. KOMUNIKASI 2. Unsur-unsur dalam
Komunikasi
  • Komunikator (pemberi informasi, berita atau
    pesan) dan
  • Komunikan / receiver (penerima informasi,
    berita atau pesan).
  • Informasi, berita dan pesan.
  • Media, alat, saluran, metode/cara penyampaian
    informasi bertia/pesan

77
A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi
Alternatif proses psikologis laten
Pembahasan yang terjadi dalam wujud tindakan
Pesan-pesan Persuasi
Model Psikodinamika
78
A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi
Membentuk batasan(definisi untuk perilaku
sos.bagi anggota kelompok
Pesan yang persuasif
Menghasilkan perubahan perilaku
Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)
Model Sosial Budaya
79
A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
  • Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan
  • Fungsi sebagai komunikator
  • Fungsi sebagai inovator
  • Fungsi sebagai emansipator

80
A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
  • Tiga tipe kemampuan seseorang memperoleh
  • atau menerima tanggapan
  • Tipe Visual
  • Tipe Auditif
  • Tipe Motoris

81
A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses
Belajar-Mengajar
  • Metode untuk memperoleh umpan balik dalam
    komunikasi
  • proses belajar dan mengajar
  • Metode tanya jawab
  • Metode diskusi dan seminar
  • Metode tugas
  • Simulasi atau permainan

82
B. PEMBELAJARAN AKTIF
  • Latar belakang pengertian
  • Untuk apa
  • Mengapa
  • Bagaimana
  • Penilaian pembelajaran aktif yang bermakna

83
B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang
Pengertian
Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan
Secara Kuantitatif Secara
Kualitatif
Pendidikan yang semakin merata.
Peningkatan mutu proses belajar mengajar
84
B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang
Pengertian
  • CBSA (Raka Joni, 1993)
  • Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai
    pemberian makna secara konstruktivistik terhadap
    pengalaman bagi peserta didik.
  • Pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan
    dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggungjawab
    peserta didik ke arah belajar sepanjang hayat.

85
B. PEMBELAJARAN AKTIF
2. Untuk Apa
kreatif ekspresif memiliki prakasa tanggung jawab
Tuntutan masa depan
86
B. PEMBELAJARAN AKTIF 3. Mengapa
  • Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar
    membentuk sikap yang diperlukan, mengelola
    perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi
    pengalaman belajar berikutnya, atas prakarsa
    sendiri.
  • Memberikan sumbangan terhadap perkembangan
    mental peserta didik.

87
B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana
  • Yang perludiperhatikan
  • Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan
    kondusif
  • Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang
    dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak
    kanan dan kiri.
  • Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu
    objek tahap perkembangan atau kejadian untuk
    menghubungi pengamatan yang satu dengan yang
    lain.

88
B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana
  • Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan
    menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
    situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru.
  • Eksperimen dan atau penerapan konsep/teori

89
B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Penilaian
Pembelajaran Aktif yang Bermakna
  • Yang perlu diperhatikan
  • Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang
    akan di capai dan penting untuknya.
  • Tujuan apa yang akan dicapai dan sejauh mana ia
    telah mencapai tujuan dalam sasaran yang
    berkesinambungan.

90
BAB VIEVALUASI BELAJAR
  • PENDAHULUAN
  • FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
  • ANALISIS TAKSONOMIS
  • TEKNIK PENILAIAN

91
A. PENDAHULUAN
  • Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar
    siswa
  • Penilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi
    pada siswa

92
A. PENDAHULUAN 1. Usaha Melakukan Evaluasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa
  • Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil
    belajar siswa
  • Ujian/ testing
  • Melakukan tugas tertentu
  • Membuat karangan
  • mereproduksi materi yang telah diajarkan
  • wawancara, dan sebagainya

93
A. PENDAHULUAN 2. Penilaian Dan Prediksi
Terhadap Penguasaan Materi Pada Siswa
  • Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan
    sejauh mana
  • peserta didik mengalami kemajuan ke arah
    tujuan (pendidikan)
  • yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan
    apakah peserta
  • didik telah memenuhi syarat dalam suatu
    kategori tertentu.
  • Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut
    rapor
  • Bentuk-bentuk rapor
  • ? Mempergunakan lambang A, B, C, D, E
  • ? Skala 11 tingkat misl mulai 0-10 atau 0
    sampai 100

94
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
  • Dasar psikologis
  • Dasar didaktis
  • Dasar administratif

95
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis
Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan
orientasi untuk menghadapi usaha-usaha yang lebih
jauh
a. Di pandang dari segi anak didik b. Di pandang
dari segi pendidik
96
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis a. Di pandang dari segi anak didik
  • Anak-anak belum dapat mandiri pribadi

Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan
sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu
sikap tertentu
  • Anak membutuhkan status diantara teman-temannya

97
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar
Psikologis b. Di pandang dari segi pendidik
Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana
usahanya telah mencapai tujuan sebagai pedoman
dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih
lanjut
Guru butuh untuk mengetahui hasil usahanya
sebagai pedoman dalam menjalankan usaha-usaha
lebih lanjut.
98
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Didaktis a. Ditinjau dari segi anak didik
Pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai umumnya berpengaruh baik terhadap
pekerjaan-pekerjaan selanjutnya
99
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Didaktis b. Ditinjau dari segi pendidik
  • Guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan
  • Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam
    belajar
  • Mengetahui status anak dalam kelasnya
  • Membantu menempatkan murid dalam suatu kelompok
    yang tepati
  • Membantu memperbaiki metode belajar dan mengajar
  • membantu dalam memberikan pelajaran tambahan

100
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar
Administratif
Memberikan data untuk menentukan status anak
didik dalam kelasnya Memberikan ihtisar hasil
usaha yang telah dilakukan oleh
suatu lembaga Merupakan inti laporan tentang
kemajuan murid-murid kepada orangtua, atau
pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.
?
?
?
101
C. ANALISIS TAKSONOMIS
  • Segi kognitif ( Tokoh Bloom)
  • Segi afektif (Tokoh Krathwohl)
  • Segi psikomotoris (Tokoh E.J. Simpson)

102
C. ANALISIS TAKSONOMIS 1. SEGI KOGNITIF
(Bloom)
  • Memperhatikan
  • Merespon
  • Menghayati Nilai
  • Mengorganisasikan
  • Mempribadikan nilai atau seperangkat nilai

103
C. ANALISIS TAKSONOMIS 2.. SEGI AFEKTIF
(Krathwohl)
  • Memperhatikan
  • Merespon
  • Menghayati nilai
  • Mengorganisasikan
  • Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai

104
C. ANALISIS TAKSONOMIS 3. SEGI PSIKOMOTORIS
(E.J. Simpson)
  • Persepsi
  • Set
  • Respon Terbimbing
  • Respon Mekanistis
  • Respon Kompleks

105
D. TEKNIK PENILAIAN
  • Tes subjektif
  • Tes objektif

106
D. TEKNIK PENILAIAN 1. Tes Subjektif
  • Kelemahan Tes subjektif
  • Sukar dinilai secara tepat
  • Sukar untuk komprehensif
  • Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti
    biasa
  • reliabilitas, validitas, dan objektivitas rendah

107
D. TEKNIK PENILAIAN 1. Tes Subjektif
  • Tes subjektif dapat digunakann dalam situasi
  • Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan
  • Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik
    setelah mengadakan
  • suatu kegiatan
  • Mengetahui kemampuan mengarang
  • menyelidiki kecakapan pemecahan masalah

108
D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes benar-salah atau tes Ya-Tidak (True-False
Test, Yes-No Test)
  • KEKUATAN KELEMAHAN
  • Mudah disusun ? Mendorong untuk menerka,
  • Komprehensif dapat mengerjakan tanpa
    belajar
  • Dapat dinilai cepat ? Reliabilitas rendah
  • praktis ? Menimbulkan kekeburan, dan
  • objktif sukar dicari item yang
  • benar-benar salah

109
D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
110
D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Matching Test
111
D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif
Tes Isian
112
TERIMA KASIH
  • M. Fakhrurrozi Praesti Sedjo
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com