Oleh Sumarno - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

Oleh Sumarno

Description:

Title: BAB I. PENDAHULUAN KROMATOGRAFI. Author: Sumarno Last modified by: SUMARNO Created Date: 6/4/2006 12:37:05 AM Document presentation format – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:90
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 60
Provided by: Sum136
Category:
Tags: oleh | sumarno

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Oleh Sumarno


1
BAB I. PENDAHULUAN KROMATOGRAFI.
  • Oleh
    Sumarno

2
KROMATOGRAFIPENDAHULUAN
chromos (zat warna dan graphos (gambar)
seorang botanis dari Rusia Tswett
3
Sebagai alat pemisah
Pemisahan Dalam zat padat
Pemisahan Dalam zat cair
4
PEMISAHAN YANG TERJADI
  • 1. Antara padat dan cair

Fase gerak
Bahan cair
(Mobile phase)
Bahan Padat
(Stationair phase)
Fase diam
5
Sistem kromatografi
dua fase yang tidak tercampur
fase gerak
selalu dalam satu sistem yang bercampur
fase diam
6
Sifat kimia fisika
Senyawa nonpolar
Senyawa polar
-COOH
As. Benzoat
Larut
Air
Na-Benzoat
-COONa
Kloroform
  • Sifat kimia fisika, suatu senyawa kimia
    mempunyai kelarutan dalam pelarut air maupun
    pelarut organik, yang berbeda.
  • Sebagai contoh gambar la, dalam corong pemisah
    terdapat dua fase air dibagian atas dan kloroform
    dibagian bawah.
  • Bila terdapat senyawa yang larut dalam
    airsebagian, tetapi sebagian besar larut dalam
    kloroform maka bila senyawa yang terlarut dalam
    air tersebut disari atau diekstrasi dengan
    kloroform akan diperlukan waktu tertentu
    mengocoknya agar semua senyawa yang terlarut
    dalam air berpindah ke pelarut kloroform.

7
Hukum distribusi
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut organik
D
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut air
-COOH
Berapi kali pengocokan agar asam Benzoat tersari
dalam kloforom secara Sempurna (Kelarutan 110)
8
PERBANDINGAN METODE PEMISAHAN
Apa yang menjadi perbedaan
  • Gambar.

Per bedaan Ttk didih
Kela- Larutan Dan interaksi kimia
Kela- larutan
Asam benzoat
Corong pemisah
Distilasi bertingkat
Kromatografi
9
  • Agar senyawa dalam suatu campuran dapat terpisah,
    walaupun perbedaan sifat kimia dan fisika antara
    komponen dalam campuran hanya sedikit berbeda,
    dapat diusahakan dengan beberapa cara, dengan
    dasar
  • 1.Dasar distribusi suatu senyawa (solut atau
    linrut), diantara kedua fase adalah hasil
    keseimbangan tenaga antara molekul linarut dan
    molekul masing-masing fase.
  • Distribusi tersebut merupakan gambaran kekuatan
    tarikan atau penolakan molekul atau ion yang
    bersaing terhadap fase yang bersangkutan.
  • 2.Tenaga tersebut karena sifatnya yang polar
    sehingga menimbulkan momen dipol secara tetap
    atau hanya memberi imbas, atau mereka terbagi
    karena ikatan London, atau kekuatan dispersi.

10
  • 3.Pada kromatografi penukar ion tenaga molekul
    linarut umumnya karena sifat ionik, tetapi dapat
    juga sifat polaritas dan nonpolaritasnya.
  • Sifat polaritas nisbi pelarut dinyatakan dalam
    bilangan dielektrika (tetapan dielektrika).
    Tenaga potensial masing-masing molekul yang
    terpisah pada kolom kromatografi karena adanya
    gaya gravitasi,
  • 4.Sedangkan pemisahan yang terjadi dengan
    distilasi fraksi karena perbedaan tekanan uap
    masing-masing senyawa, karena titik didih yang
    berbeda.
  • Maka terdapat beberapa tipe atau mekanisme
    pemisahan akan dibahas tersendiri dalam paragraf
    berikutnnya.

11
B.PEMBAGIAN KROMATOGRAFI
  •  Dalam bab ini kromatografi yang dibicarakan
    dibedakan menjadi kelompok yang berdasar atas
  • 1. Menurut proses pemisahannya dibedakan menjadi
  • a. Kromatografi adsorbsi
  • b. Kromatografi partisi
  • c. Kromatografi pasangan ion
  • d. Kromatografi penukar ion
  • e. Kromatografi eksklusif
  • f. Kromatografi afinitas,

12
Pembagian berdasar alat
  • 2.Menurut alat yang digunakan terdiri dari 3 alat
    yang selalu dapat di kembangkan perleng kapannya
    ialah
  • a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat juga
    dikenal dengan thin layer chromatography (TLC).
    Dan kromatografi Kertas
  • b. Kromatografi Gas, jenis kromatografi kolom
    yang menggunakan fase gerak gas.(GC)
  • c.Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan
    berasal dari terjemahan High Perfomance Liquid
    Chromatograpfay atau HPLC. Kromatografi ini
    termasuk kromatografi kolom yang fese geraknya
    berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan
    dari tekanan yang diberikan.

13
Menurut Willard et at, (1989), pembagian
kromatografi dapat dibuat bagan sebagai berikut
Kromatografi
  •  


Kromatografi Gas
Kromatografi Cair-cair
Cair-padat (LSC)
Gas padat GSC
Gas Cir GLC
Exlusif (EC)
Penukar ion (IEC)
PPasangan ion (IC)
Fase terikat BP C
Kr. Penyaringan (FC)
Kr. Permeabel (PC)
14
Keterngan
  • GLC Gas Liquid Chromatography
  • GSC Gas Solid Chromatography
  • IEC Ion Exchange Chromatography
  • ECEclusive Chromatography
  • LLCLiquid-Liquid Chromatography
  • LSC Liquid-Solid Chromatography
  • BPC Bonded Phase Chromatography
  • PIC - Pair Ions Chromatography

15
  • Pembagian diatas berdasar jenis fase, ialah cair
    dan gas, sedangkan dalam pembagaian kedua seperti
    penukar ion dan eklusif serta pasangan ion hanya
    mengetengahkan salah satu fase diam,
  • Memang Willard menerangkan bahwa kedua
    kromatografi penukar ion dan eklusif merupakan
    kromatografi yang berdasar pada interakasi antara
    linarut dan fase diam.
  • Seperti pembagian kromatografi atas dasar
    pemisahaan, scbenamya kromatografi dibedakan
    menjadi 2 ialah adsorbsi, dan partisi yang dapat
    terjadi baik dalam kromatografi gas maupun
    kromatografi cair.

16
  • Kromatografi eksklusif merupakan kroma tografi
    yang pemisahannya atas dasar ukuran molekul
    linarut, utamanya pada molekul yang besar,
    sehingga dinamakan pula kromatografi filtrasi.
  • Pada kromatografi filtrasi dapat pula terjadi
    pada kromatogarfi gas tetapi dengan ukuran
    molekul yang kecil disebut moleculer shiever
  • Sehingga terdapat teori pemisahan dalam
    kromatografi
  • Teori tersebut perlu dibahas terpisah sesuai
    dengan topik dan aplikasinya.

17
C.TEORI PEMISAHAN
  • Seperti telah dijelaskan bahwa kromatografi
    adalah alat pemisahan campuran senyawa kimia,
    karena itu perlu diketahui teori dan mekanisme
    dari berbagai pemisahan.
  •  
  • 1. Pemisahan Adsorpsi
  • Peristiwa adsorpsi oleh fase diam terhadap fase
    gerak dan linarut selalu terjadi kompetitif
  • Kemampuan fase diam mengadsorpsi keduanya sangat
    tergantung pada topografi gugus aktif yang
    terdapat pada masing -masing komponen.
  • Fase diam dari silica yang mempunyai gugas
    hidoksil dari silanol (Si-OH) dapat terjadi
    interaksi dengan gugus pada linarut maupun pada
    fase gerak.

18
  • Peristiwa adsorbsi umumnya terjadi pada
    kromatografi padat cair (liquid solid
    chromatography, atau LSC, terjadi pada KLT).
  • Dapat pula terjadi pada Gas solid chromatography
    atau Kromatografi gas (KG) yang berinteraksi
    antara fase diam dan linarutnya.
  • Fase gerak pada kromatografi gas, tidak mempunyai
    gugus aktif yang dapat berinteraksi dengan fase
    diam. Rumus kompetitif itu sebagai berikut

19
Xm nSads ? Xads nSm (1.1)
  • Xm dan Xads adalah linarut dalam fase gerak (m)
    dan fase diam (ads), sedangkan Sm dan Sads adalah
    fase gerak yang mengalami adsorpsi.
  • Berdasar persamaan tersebut tempat linarut pada
    fase diam dapat digantikan oleh fase gerak atau
    sebaliknya.
  • Bila senyawa X mempunyai ikatan yang kuat
    terhadap penjerap (ads), maka X akan lama
    tertambat pada ads. Pada keadaan seimbang
    dirumuskan sebagai berikut
  •   (XAds)(Sm)n
  • KD ??????
    (2.1)
  • (Xm)(Sads)n

20
Rumus Distribusi
  • Rumus 2 dapat disederhanakan menjadi
  • KD CS/CM
    (3.1)
  • CS menyatakan kadar linarut dalam fase diam
    (stationair phase), dan CM kadar linarut dalam
    fase gerak (mobile phase).
  • Persamaan diatas menunjukkan bahwa linarut X
    lebih banyak berinteraksi dengan fase diam karena
    indeknya lebih kecil dan jumlah dalam
    masing-masing fase juga sangat kecil.
  • Dengan pedoman tersebut bcrarti kadar linarut
    dalam fase diam selalu lebih kecil dari kadar
    linarut dalam fase gerak.

21
Faktor yang berpengruh padaAdsorpsi
  • Dalam kromatografi selalu menggunakan pedoman
    umum seperti ini, sehingga harga KD selalu lebih
    kecil dari 1, Tetapi mungkin dapat terjadi yang
    sebaliknya.
  • Dasar tersebut yang menyebabkan terjadinya
    pemisahan. Adsorpsi linarut oleh fase diam sangat
    tergan-tung pada
  • a. Struktur kimia linarut atau adanya gugus aktif
    yang ada
  • b. Ukuran partikel fase diam, makin kecil ukuran
    partikel fase diam makin luas permukaannya
    sehingga kontak dengan linarut makin luas.
  • c. Kelarutan linarut dalam fase gerak, makin
    mudah larut linarut dalam fase gerak, linarut
    makin mudah lepas dari fase diam.

22
Interaksi Fase Diam dan Analit
  • d. Kemampuan interaksi (isotermik) yang terjadi
    antara fasediam dan fase gerak.
  • Contoh interaksi antara beberapa senyawa aromatik
    (analit ) dengan silica(fase diam)

H O
OH



H O
H O
H O
H O
H O
OH
H O
OH
OH
Si
Si
Si
Si
Si
O
O
O
O
23
  • Bentuk ikatan antara silika sebagai fase diam
    dengan senyawa dihidroksi benzin, karenaa adan
    gugus OH
  • Benzena tidak membentuk interaksi ikatan hidrogen
    dengan silanol, tetapi asetofenon dan benzol
    membentuk ikatan, dan ikatan benzol dengan
    silanol paling kuat, sehingga terelusi paling
    akir.

OH
C-CH O
3
Benzol (hidroksi benzin)
Asetofenon
Kedudukan gugus juga menyebabkan interaksi yang
berbeda seperti para dihdroksi benzen, meta dan
orto dihidroksil benzen, lihat slide
24
  • Ikatan hidrogen yang terbentuk dari para
    dihidroksi benzen paling kuat karena jarak
    gugus OH sama dengan jarak SiOH.
  • Bentuk ikatan tersebut menunjukka n bahwa para
    dihidroksi benzen membentuk ikatan pada ke dua
    sisi dengan silanol.
  • Hal tersebut juga terjadi pada gugus yang lain
    seperti nitro, amina, karena gugus yang terdapat
    pada senyawa tersebut sebagai pemberi atau
    penerima elekron maupun proton ( atom N, 0, P dan
    S) maka kejadiannya dapat dilihat pada gambar
    slide 25.
  • Puncak hasil analisis dengan HPLC atau bercak
    yang terjadi pada analisis dengan KLT untuk
    dihidroksi benzen sangat berbeda dengan yang
    lain.
  •  

25
Contoh
  • Puncak dan bercak.

OH
1
OH
3
2
1
o-dihidroksi benzen
OH
KCKT
OH
2
Waktu retensi (menit)
m -dihidroksi benzen
2
1
3
KLT
OH
OH
3
Campuran sebelum elusi
p -dihidroksi benzen
26
Keterangan
  • Puncak pada KCKT p-dihidroksi benzen paling lama
    tertahan dalam kolom dengan fase diam silica gel.
    Karena iktannya paling kuat.
  • Bercak pada KLT p-dihidroksi benzin paling pendek
    migrasinya, karena ikatan dengan fase diam silica
    paling kuat.
  • Makin dekat gugus hidroksil, ialah meta
    dihidroksi dan o dihidroksi benzen paling mudah
    terelusi oleh pelarut, tetap ikatan adsorbsinya
    dengan silika makin lemah,

27
Penggolongan tipe adsorbsi isotermik
  • Peristiwa adsorbsi isotermik dapat digolongkan
    dalam beberapa tipe.
  • a.Tipe konkap, terjadi bila mula-mula linarut
    tidak kuat interaksinya. tetapi kemudian
    menjadi lebih kuat sehingga terikat lama pada
    fase diam. berarti K lt 1
  • b. Tipe normal (linier), ikatan yang terjadi
    pada sctiap saat panggah atau tetap. Sehingga
    berupa
  • garis lurus dan K 1.
  • c. Tipe konvek, adsorpsi mula-mula terikat
    dengan kuat oleh fese diam, tetapi makin lama
    makin lemah sehingga bentuk kurvanya menjadi
    konvek atau harga Kgt1
  • Puncak berckor
  • Tipe a dan b tersebut yang sering menyebabkan
    terjadinya pelebaran puncak lihat gambar 3.2

28
Cntoh gambar adsorbsi isotermik
  • Gambar

Berekor/tailing
Konveks
Berekor/tailing
Normal/linier
Normal/semitris
Normal/bulat
Leading(pendahulu)
Leading(pendahulu)
Konkaf
29
a. Jenis fase diam
  • Fase diam untuk kromatografi adsorbsi yang paling
    banyak digunakan adalah silica gel, hampir semua
    bahan kimia dapat dipisahkan secara kromatografi
    menggunakan fase diam silica gel.
  • Partikel fase diam mempunyai bentuk dan ukuran
    yang berbeda. Ukuran makin kecil akan makin
    memperluas pcrmukaan fase diam, dan memperluas
    pula gugus aktif dan fase diam yang aktif
    berhubungan dengan linarut
  • Bentuk dengan pori yang dalam, bila pori tersebut
    sangat banyak akan menaikkan harga K, yang jauh
    lebih besar dari 1 dan menimbulkan garis kurva
    adsorbsi isotermik yang konkaf

30
  • Makin dangkal pori yang ada, makin efisien untuk
    pemisahan.dan kromatografi model sekarang
    digunakan yang paling efisien.
  • Dianjurkan untuk memilih fase diam dengan pedoman
    sebagai berikut
  • 1).Fase diam yang bentuk pelikuler (pori yang
    dalam) akan menurunkan efisiensi, tetapi
    menaikkan kapasitasnya.
  • 2). Bentuk pelikuler tak berporus umumnya dibuat
    packing dengan cara kering
  •  

c tidak berporus
aporus dangkal
bporus dalam
31
  • 3/. Bentuk mikroporus, dikepak secara basah
    (adonan atau slurry, permukaan jadi luas menambah
    harga K
  • 4/. Bila pemisahan antara linarut sukar.
    sebaiknya menggunakan mikroporus, karena
    efisiensinya makin tinggi, luas permukaan
    partikel makin besar, sehingga kontak dengan
    linarut makin banyak (K menjadi besar).
  • Kejadian tersebut akan menaikkan sifat
    selektivitas fase diam terhadap linarut, dan
    kapasitas fase diam akan menjadi lebih besar.
  • 02
    4 6 8 10

  • Waktu tambat daiam memtGambar 4. 1 Dua
    puncak dari senyawa alkena yang isomer
  • sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar
    selisih tR2 dengan tR1, kedua puncak akan makin
    jelas pemisahannya. Kejadian sepertt itu adalah
    tujuan utama untuk pemisahan sekaligus analisis
    yang menggunakan kromatografi,
  • b. Tetapan Partisi
  • Bila linarut dimasukkan dalam si stem
    kromatografi, maka linarut akan segera menebar
    kebagian-bagian fase diam maupun fase gerak. Pada
    saat rase gerak berhenti. linarut akan terbagi
    kedalam dua fase yang mempunyai perbandingan
    tertentu, bandingkan dengan gambar 2a dan 2b yang
    besamya diberi istilah tetapan partisi
    termodinamik, dengan rumus
  • K Cs/Cm (10.1)
  • Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan Cm
    kadar linarut dalam rase gerak. Harga ini akan
    tergantung kekuatan interaksi antara linarut
    dengan fase diam dan linarut dengan fase gerak.
    Untuk puncak yang semitris maka linarut akan
    terbagi secara teratur ke dalam vr, atau terelusi
    dan sebagian tersisa dalam rase diam dan fase
    gerak (Vs dan Vm). karena itu dirumuskan
  • Cm VfflCm VsCs (11.1)Atau

tR1
tR2
tm
32
Perbedaan porositas
  • Porositas merupakan rasio antara volume total
    fase diam dengan volume kolom. Untuk pengepakan
    yang rapat porositas antara 0,35 - 0,45, sedang
    porositas yang kurang rapat antara 0,70 - 0,90.
  • Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong
    dalam kolom akan makin besar sebingga akan
    menurunkan kapasitas dan efisiensi.
  • Tetapi pada kolom kapiler terutama pada
    kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada,
    karena fase diam menempel pada dinding kapiler
    bagiao dalam.

33
Rumus porositas ?
  • Kecepatan rata-rata rase gerak dalam kolom dapat
    dinyatakan dengan yang merupakan kecepatan
    linier, yang harganya dirumuskan
  • Vt (Voltotal)
  • ? ????????
    (6.1)
  • V d (Vol. fase diam)
  • Volume fase diam L/tm
    (7.1)
  • Gambar 4 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu
    yang diperlukan fase gerak

34
Tabel I.I Beberapa nama adsorben/penjerap dan
ukurannya (Johson dan Stevenson 1979)
Tipe Nama Ukuran(nm) Sifat Luas m 2 g
Silica aktif Pellosil Corasil (HS dan HC Perrisorb A Vydac 37-50 37-44 30-40 30-44 Asam- lemah 1-7dan 11-1 HS-4 HC-8 14,12,
Alumina Pellumina HS dan HC 37-44 Basa lemah HS-4 HC-8
Lain- lain Pellidon Perrisorb PA Diatomeae Lempung Celite 45 30-44 non polar 1 0,5
HS High solution HCHigh capacity
35
Keterangan
  • Dalam memilih fase diam, yang perlu
    diperhatikan kepentingan dan jenis fase diam
    serta asal fase diam yang digunakan.
  • Corasil misalnya ukuran partikelnya sangat jauh
    rcntangannya sehingga luas permukaan persatuan
    berat juga bervariasi, dan akan menurunkan
    selektivitas dan kapasitas.
  • Floresil yang jarang digunakan karena asam kuat,
    digunakan bila bahan lain tidak mampu memisahkan
    senyawa yang dikehendaki.
  • Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan
    partisi atau tetapan partisi dengan inial k'
    (perbandingan kadar linarut dalam fase diam
    dibanding dengan kadar linarut dalam fase gerak).

36
2. Partisi
  • Pemisahan cara partisi sangat erat kaitannya
    dengan kelarutan senyawa ke dalam pelarut.
  • Dalam kromatografi didasarkan pada kelarutan
    linarut dalam fase diam maupun fase cair, maka
    terdapat istilah koefisien partisi, yang
    peristiwanya akan mengembang menjadi koefisen
    distribusi yang umumnnya berlaku pada
    kromatografi.
  • Koefisien partisi dapat dinyatakan sebagai
    perbandingan kadar(kelarutan) linarut dalam fase
    diam dengan kadar(kelarutan) linarut dalam fase
    gerak.

37
  • Sedangkan secara umum adalah perbandingan
    kelarutan senyawa dalam oktanol diban-ding
    kelarutannya dalam air, (lihat rumus 10.1)
  • Sifat linarut dalam kromatografi dapat
    digambarkan dalam berbagai cara, pada
    kromatografi kolom dikenal dengan volume tambat
    atau VR.
  • VR (sesuai dengan jumlah volume fase gerak yang
    digunakan untuk membawa satu linarut keluar dari
    kolom).
  • Tetapi bila dinyatakan dengan tR (waktu tambat)
    menyatakan waktu yang diperlukan fase gerak
    membawa linarut keluar dari kolom.

Kolom
KLT
c
VR1
a
VR2
b
38
  • Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membawa
    linarut bergerak dari satu titik ke titik yang
    lain dalam KLT atau elektroforese disebut Rf.
  • Satuan ini merupakan perbandingan jarak yang
    ditempuh linarut dengan jarak yang ditempuh
    pelarut (fase gerak) dalam waktu yang sama
  • Rf ??????????
  • Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan
    partisi atau tetapan partisi dengan inial k'
    (perbandingan kadar linarut dalam fase diam
    dibanding dengan kadar linarut dalam fase gerak).
  • Rumusnya adalah seperti k CsVs/ (CmVm)

Jarak migrasi sampel
Jarak migrasi pelarut
39
Teori pemisahan
  • Pemisahan yang terjadi dalam sistem selalu
    mengalami keseimbangan yang dinamis, baik
    pemisahan tersebut karena peristiwa adsorbsi
    partisi, penukaran ion, permiasi, maupun cara
    afinitas.

tR2
tR1
tm
. . . . . .
. 0 1 2 3 4 5 6
menit
40
a. Retensi (Tambat)
  • Sifat tambat suatu linarut menggambarkan jenis
    distribusi linarut diantara fase gerak dan fase
    diam.
  • Slide 35 menunjukkan pemisahan dua senyawa
    dihidroksi benzen.
  • Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk
    membawa linarut dari permulaan sampai akir elusi
    (sampai pada detektor, untuk kromatografi gas dan
    kromatografi cair) lewat fase diam baik dalam
    kolom atau lempeng tipis dinamakan volume tambat.
  • Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat)
    atau tR (waktu tambat), kedua istilah itu berlaku
    untuk kromatografi gas dan kromatografi cair
    kinerja tinggi (KCKT).

41
  • Contoh

1
2
Kolom
Waktu tambat Kolom dalam satuan menit.
1
Jarak migrasi
2
Kromatografi lapisan tipis
atau kertas
Kemampuan merambat atau migrasi
Daya rambat satuannuya cm atau mm
Sehingga Rf (tanpa satuan) dan pecahan, bila
dikalikan 100 hRf
42
  • Sedangkan Rf (retenstion faktor atau rasio waktu
    tambat dari pelarut dan linarut), juga disebut
    retardation factor yang umumnnya digunakn untuk
    KLT dan kromatografi kertas
  • Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan
    sebagai berikut
  • VR tR.Ft
    (4.1)
  • Ft - kecepatan alir rase gerak tiap satuan waktu
    dan Ft dapat dihitung atas dasar
  • ?(dc)2 L Vcol(?tot)
  • Ft X(?tot)X (5.1)
  • 4 tm tm
  • d garis tengah kolom dalam keadaan kosong
    (? porositas, L/tm kecepatan rata-rata
  • L panjang kolom. V volume kolom seluruhnya

43
  • Arti porositas

Porositas tinggi (kerapatan rendah)
Porositas agak tinggi (kerapatan agak rendah)
Porositas rendah ( kerapan tinggi)
44
  • Porositas merupakan rasio antara volume total
    fase diam dengan volume kolom.
  • Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35
    - 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara
    0,70 - 0,90.
  • Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong
    dalam kolom akan makin besar sehingga akan
    menurunkan kapasitas dan efisiensi.
  • Tetapi pada kolom kapiler terutama pada
    kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada,
    karena fase diam menempel pada dinding kapiler
    bagian dalam.

45
  • Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat
    dinyatakan sama dengan kecepatan linier,yang
    harganya dirumuskan
  • Vt (Voltotal)
  • ? ???????? (6.1)
  • V d (Vol. fase diam)
  • µL/tm
    (7.1)
  • Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter,
    tm waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar
    dari kolom.
  • Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang
    diperlukan sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom.
    Makin besar selisih tR2 dengan tR2 , kedua puncak
    akan makin jelas pemisahannya.

46
  • Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk
    pemisahan sekaligus analisis yang menggunakan
    kromatografi,
  • Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh
    fase diam dan dinyatakan dengan waktu tm , pada
    waktu itu tidak ada linarut yang telah terdusi
    sehingga Vm Vo, harga ini disebut juga dead
    space ruang mati yang tak berfungsi, maka bila
    dihitung harga sesungguhnyaVR -Vo -VR 'atau
    tRtm-tR (8.1)
  • Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti
    tersebut tidak diketemukan, sehingga hanya
    berlaku bagi kromatograti gas, kromatografi
    kolom, dan KCKT

47
  • Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas
    harus dinyatakan tekanan dan suhunya, karena
    kenyataannya kecepatan alir gas pada pennulaan
    kolom atau inlet lebih besar dari kecepatan pada
    akir kolom atau outlet.
  • Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap
    mengalami penurunan yang digunakan faktor
    sebagai koreksi
  • 3(Pt/P0 )2 -1
  • j ???????? (9-1) 2(Pt/P0)3-l
  • P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada
    kolom, dan P0 tckanan pada suhu (kamar), atau
    outlet.

48
b. Tetapan Partisi
  • Bila linarut dimasukkan dalam sistem kroma
    tografi, maka linarut akan segera menebar
    kebagian-bagian fase diam maupun fase gerak.
  • Pada saat fase gerak berhenti. linarut akan
    terbagi kedalam dua fase yang mempunyai
    perbandingan tertentu, bandingkan dengan slide 2a
    dan 2b yang besamya diberi istilah tetapan
    partisi termodinamik, dengan rumus
  • K Cs /Cm
    (10.1)
  • Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan Cm
    kadar linarut dalam fase gerak. Harga ini akan
    tergantung kekuatan interaksi antara linarut
    dengan fase diam dan linarut dengan fase gerak

49
  • . Untuk puncak yang semitris maka linarut akan
    terbagi secara teratur ke dalam VR, atau terelusi
    dan sebagian tersisa dalam fase diam karena itu
    dirumuskan
  • Cm VfflCm VsCs Atau (11.1)VR
    Vm Cm / Cm Vs.Cs/ Cm menjadi
  • VR Vm K. Vs atauVR-VmKVs (12.1)
  • Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume retensi
    (VR) sangat bergantung pada ruang kosong (Vm),
    tetapan partisi (K), dan kemampuan fase diam
    melarutkan linarut (Vs).
  • Bila persamaan tersebut diterapkan pada peristiwa
    adsorbsi misalnya maka Vs dapat diganti As

50
  • 3. Rasio Partisi
  • Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas
    atau k1, bilangan ini menyatakan kuantitas rasio
    kemam puan fase menampung linarut yang sangat
    penting dalam kromatografi kolom
  • Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa
    kan perbandingan jumlah molekul linarut dalam
    fase diam dengan jumlah molekul linarut dalam
    fase gerak, yang dirumuskan
  • k' (Cs Vs)/(CmVin)
    (13.1)
  • Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan dengan
    ?, sehingga
  • kK/?
    (14.1)

51
  • Bila suatu linarut tidak mengalami tambatan
    (penahanan dalam fase diam maka tak ada
    tambahan waktu, dan k'0, karena itu k' dapat
    pula dirumuskan sebagi berikut
  • k(tR-tm)/tm
    (15.1)

  • k tR/ tm tm/tm
  • tR/tm k 1 atau tR tm(k 1)
  • atau tR L/u(lk') lihat rumus
    7 (16.1)
  • Rumus 11 menjadi jelas bahwa waktu tambat
    sangat erat kaitannya dengan kecepatan gerak
    elusi (?), panjang kolom (L), dan kapasitas fese
    k.
  • 4. Tambat Relatif (Snyder KirkJand, 1979)
  • Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua
    linarut yang berbeda setelah dielu-si aalau a,
    dan dapat dinyatakan dalam beberapa paramter
  • k2 K2 vr.2
    t'R.2
  • ? ? ? ? ???
  • k'1 Kt VR1
    tR-1
  •  
  • Makin besar harga ? akan makin besar selisih
    waktu tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat
    linarut 1, berarti kcdua puncak linarut tcrsebut
    dapat terpisah dengan baik (gambar 4). Keadaan
    tersebut menggambarkan kemampuan fase membedakan
    linarut 1 dan linarut 2. Maka dikenal sebagai
    harga selektivitasnya fase. Selektivitas ini
    merupakan faktor yang berpengaruh pada daya pisah
    kromatografi.
  • Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase
    membedakan linarut 1 dan linarut 2, Maka ?
    dikenal sebagai harga selektlvltasnya fase.
  •  

52
  • 4. Tambat Relatif (Snyder KirkJand, 1979)
  • Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua
    linarut yang berbeda setelah dielusi atau dapat
    dinyatakan dalam beberapa paramter
  • k2 K2 vr.2
    t'R.2
  • ? ? ? ? ??? (17.1)
  • k'1 Kt VR1
    tR-1
  •  Makin besar harga ? akan makin besar selisih
    waktu tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat
    linarut 1.
  • Berarti kedua puncak linarut tcrsebut dapat
    terpisah dengan baik (Slide 2). Keadaan tersebut
    menggambarkan kemampuan fase membedakan linarut 1
    dan linarut 2.

53
  • Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya fase.
    Atau ? Selektivitas ini merupakan faktor yang
    berpengaruh pada daya pisah romatografi.
  • Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase
    membedakan linarut 1 dan linarut 2.

3 4
1 2
a 3-4
kecil
a 1- 2
besar
54
5. Efisiensi Kolom
  • Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh
    berbagai faktor, terutama koefisien distribusi
    yang ajek dan tidak dipengaruhi oleh kadar
    linarut,
  • Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan
    dalam kurva akan didapat puncak yang semitris (
    gambar 5a).
  • Karena elusi fase gerak terhadap linarut pada
    mulanya hanya sedikit membawa linarut, yang makin
    lama makin besar setelah mencapai maksimun akan
    turun lagi sampai fase gerak bebas linarut.
  • Bentuk puncak tergantung akan hubungan
    linarut dan fase gerak, kalau linarut mudah
    terbawa fase gerak maka didapat puncak yang
    ramping.

55
  • Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh
    fase diam akan didapat puncak yang melebar. Pola
    tersebut (gambar 5) adalah puncak yang normal.
  • Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak
    sampai memotong dasar pada titik 0, kekanan
    sampai angka 3, sama besarnya kekiri sampai
    angka -3, mempunyai harga sama atau semitris.
  • Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter
    tersebut dapat didiskusikan berbagai hal.Seperti
    Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak semitris
    dan tidak semitris,(pelebaran puncak) dengan
    segala faktornya.

56
Lanjutan Efisiensi Kolom
  • a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng
    teoritis
  • Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah
    efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa
    dimensi.
  • Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif atau
    effective plates number atau - Neff
  • Bilangan tersebut menyatakan jumlah peristiwa
    partisi yang dialami oleh linarut pada setiap
    saat yang dibawa fase gerak dari masuknya linarut
    atau inlet, sampai keluar kolom atau outlet.
  • Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan
    sebagai berikut
  • b. Pelebaran puncak
  • Banyak faktor yang meyebabkan pelebaran puncak,
    sehingga menimbulkan tidak semi-trisnya puncak.
    Faktor tersebut akan dibahas daiam paragraf
    berikutnya agar didapat gambaran yang jelas.
  • 6. Puncak yang Asimetris atau Pelebaran Puncak
  •  
  • a. Ukuran yang dianalisis terlalu besar, keadaan
    ini karena fuse gerak tidak mampu untuk membawa
    linarut dcngan sempuma, bahkan dapat timbul
    tailing atau ekor yang panjang.
  • b. Ekor dapat pula timbul karena ikatan linarut
    dan fase diam terlalu kuat sehingga senyawa
    tersebut sulit dielusi, atau adanya cemaran
    senyawa lain.
  • c. Selain ekor dapat terjadi leading atau
    fronting, ialah puncak pendahulu, hal ini dapat
    disebabkan oleh kontaminan, Tidak homogennya
    pengepakan kolom, adanya ruangan kosong pada
    kolom sehingga tidak berfungsi, maka akan cepat
    dilewati fase gerak bersama linarut tanpa
    adahambatan.
  • Faktor puncak yang ascmitris (AF) dinyatakan
    sebagai rasio antara lebar pada setcngah tinggi
    yang tidak tetap pada stiap tinggi puncak.
  • Bila puncak makin rendah harga AF makin besar,
    (gambar 6).Dalam analisis atau pemisahan dengan
    kromatografi sering ditcmukan puncak atau pita
    yang asemitris, kemudian didiag-nosis agar pita
    yang terjadi tidak ascmitris.

57
  • L panjang kolom, H (HETP), atau High
    Efficiency Theoritical Plates, tR, waktu retensi.
  • ? lebar alas dari puncak, ( menit atau
    detik)
  • Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4 ?
    (gambar 2), maka rumus 18 menjadi
  • Pengukuran lebar puncak pada setengah tinggi
    pada setengah tinggi bagi puncak yang tidak
    semetris akan mengalami kesulitan.

L tR 2 Neff ? ?
(18.1) H ?
tR 2 Neff16 ?
(19.2)
?
58
Pelebaran puncak
  • Sebab sering terjadinya ekor atau tailing dan
    puncak pendahulu yang dinamakan leading atau
    fronting, akan sulit menggunakan garis dasarnya.
  • Tinggi lempeng yang dinyatakan dengan H
    sebenarnya dari istilah high efficiency of
    theoritical plates HETP.
  • Harganya selalu lebih kecil dari pada 1, karena
    sebenarnya merupakan panjang kolom L dibagi
    dengan Jumlah lempeng teoritis

Leading
tailing
H L/Neff (20.1)


59
(No Transcript)
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com