Title: KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN
1KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman
mengenai Pembentukan Tanah Entisol Yang disusun
oleh Agung Abdurahmansyah Anggita
Prihadmodjo Ardy Berton Simamora Febrina
Sitorus Indrawan Sucipto Mochamad Ridam
Ramadhan Novira Kharamyna
- Agroteknologi kelas B
- Fakultas Pertanian
- Universitas Padjadjaran
- 2009/2010
2BAB 1
1. Latar Belakang
Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung
menjadi tanah asal yang baru. Mereka dicirikan
oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa
horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya
mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian
Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam
atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin
lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu
mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E
(albik) beberapa mempunyai batuan beku yang
keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk horison
pedogenik yang nyata, karena pelapukan baru
diawali, atau hasil bahan induk yang sukar lapuk
seperti pasir kuarsa, atau terbentuk dari batuan
keras yang larutnya lambat seperti batu
3gamping, atau topografi sangat miring sehingga
kecepatan erosi melebihi pembentukan horison
pedogenik, atau pencampuran horison oleh
pengolahan tanah atau hewan. Entisol terpilah
atas 5 sub ordo berdasarkan sebabnya tidak
terbentuk horison diagnostik. Pertama meliputi
tanah di bawah pengaruh aquik moisture regime,
sehingga selalu basah. Kedua meliputi tanah yang
tidak basah terdiri atas alluvium baru membentuk
lapisan-lapisan. Ketiga mencakup tanah lereng
yang tererosi. Keempat terdiri atas tanah pasir
baik lama maupun baru. Sub ordo kelima Entisol
terdiri atas tanah dengan horison yang tercampur
oleh pengolahan tanah yang dalam.
4BAB II
- Faktor Pembentukan Tanah
- Iklim
- Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka
panjang, sedangkan cuaca itu sendiri merupakan
kondisi iklim pada suatu waktu jangka pendek.
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu
dan curah hujan.
5- Suhu/Temperatur
- Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan
bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses
pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula. - b. Curah hujan
- Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan
erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian
tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam
(pH tanah menjadi rendah).
6- B. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme
) - Organisme sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan tanah dalam hal - a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan
organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan
organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh
makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan
pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi
oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh
air. - b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan
akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan
ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah.
Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam
tanah.
7- c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat
tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim
sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi
hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah hutan dengan warna merah,
sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa
rumput. - d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada
tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah,
akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat
keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.
8- 3. Bahan Induk
- Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan
beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan
metamorf. - Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi
tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi
sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat
kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan
induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur
pasir berasal dari bahan induk yang kandungan
pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan
induk akan mempengaruhi intensitas tingkat
pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk
yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk
tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula
sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat
dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang
berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang
kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang
warnanya lebih merah.
9- D. Topografi/Relief
- Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk
wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng. - Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi
- Tebal atau tipisnya lapisan tanah
- Daerah yang memiliki topografi miring dan
berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan
tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi. - b. Sistem drainase/pengaliran
- Daerah yang drainasenya jelek seperti sering
tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
10- E. Waktu
- Perioda waktu pembentukan akan menentukan jenis
dan sifat-sifat tanah yang terbentuk di suatu
kawasan, karena waktu memberikan kesempatan
kepada 4 faktor pembentukan tanah lainnya untuk
mempengaruhi proses-proses pembentukan tanah,
semakin lama akan semakin intensif.
11- 2. Proses Pelapukan dan Faktor Pemicunya (Batuan
Induk Menjadi Regolit dan Tanah) - pelapukan merupakan proses alamiah akibat
bekerjanya gaya alam baik secara fisik maupun
kimiawi yang menyebabkan terjadinya
pemecah-belahan, penghancuran dan transformasi
bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi
material lepas (regolit) di permukaan bumi.
Regolit ini mempunyai kedalaman dan ketebalan
yang bervariasi, tergantung intensitas dan
ekstensitas proses pelapukan yang terjadi. - Proses pelapukan sangat dipengaruhi oleh iklim
dan tipe bebatuan, dan terjadi melalui dua
mekanisme, yaitu pelapukan fisik dan pelapukan
kimiawi -
12- Pelapukan Fisik (disintegrasi)
- Pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang
menyebabkan bebatuan massif pecah-hancur
terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil
tanpa ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses
ini sangat dominan pada suhu rendah atau pada
suhu tinggi. Pelapukan fisik dipicu oleh
perubahan suhu secara drastis dan oleh hantaman
air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi
akar dan aktifitas makhluk hidup lainnya. - bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral
yang beraneka sifat fisik dan kimiawi apabila
tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis,
akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi
penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan yang
kemudian memicu pecah dan hancurnya bebatuan ini.
13- B. Pelapukan Kimia
- pelapukan atau transformasi kimiawi umunya
mrupakan proses yang menyertai proses pelapukan
fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam
komposisi kimiawi maupun komposisi mineral
(dekomposisi) penyusun permukaan fragmen-fragmen
bebatuan. Melalui proses ini bagian permukaan
fragmen-fragmen dapat kehilangan sebagian mineral
penyusunnya atau mengalami perubahan komposisi
kimiawinya, yang kemudian menyebabkan
terbentuknya mineral-mineral sekunder. Mekanisme
yang terlibat dalam pelapukan kimia ini meliputi - (1) Pelarutan (Solubilitas), (2) Hidratasi, (3)
Hidrolisis, (4) Oksidasi, (5) Reduksi, (6)
Karbonatasi dan (7) Asidifikasi (Pengasaman).
14- 3. Peruabahan Mineral Primer menjadi Mineral
Sekunder - Proses pembentukan mineral sekunder dari mineral
primer merupakan proses transformasi baik berupa
penghancuran partikel-partikel besar menjadi
lebih kecil, maupun secara kimiawi baik
pengurangan maupun penambahan elektron/unsur/senya
wa kimiawi.
15- 4. Bahan dasar induk Tanah
- secara keseluruhan proses pelapukan bebatuan
menghasilkan dua macam material bahan induk yang
siap di proses menjadi tanah, yaitu (1) bahan
Residual, dan (2) Bahan angkutan. - Bahan residual (autochtone)
- Bahan residual merupakan bahan mineral yang
terbentuk hasil pelapukan bebatuan secara in situ
(asli), sehingga mempunyai susunan kimiawi yang
tergantung sepenuhnya pada bebatuan aslinya, dan
biasanya relatif miskin hara. - B. Bahan angkutan (alluchtone)
- Bahan angkutan yaitu bahan hasil pelapukan yang
dipindahkan dari tempat aslinya, biasanya
terbentuk campuran sehingga relatif subur.
16- 5. Alterasi (Penambahan, Perubahan, Pengurangan
dan Perpindahan) - Alterasi terjadi pada saat proses pembentukan
tanah berlangsung, penambahan ialah terjadinya
penambahan unsur fisik atau kimia pada tanah
dikarenakan faktor-faktor tertentu, begitu juga
pengurangan yang berarti sebaliknya, kemudian
perubahan merupakan dampak dari kedua faktor
sebelumnya yang mengakibatkan perubahan fisik dan
kimiawi pada tanah sedangkan perpindahan atau
tranlokasi merupakan perpindahan unsur fisik
ataupun kimiawi yang mengalami perpindahan akibat
faktor air, angin maupun gravitasi.
17- 6. Proses Pembentukan Tanah Entisol (secara
singkat) - Tahap I
- Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap
di permukaan akan berinteraksi secara langsung
dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan
menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang
tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan
memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan
kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan
tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian),
kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada
pori-pori batuan membentuk es), dan lain
sebagainya, menyebabkan terjadinya pelapukan
secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini
membentuk rekahan-rekahan pada permukaan batuan
(Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan
permukaan batuan terpecah-pecah membentuk
material lepas yang lebih kecil dan lebih halus. - Kamudian selain itu, akibat berinteraksinya
permukan batuan dengan lapisan atmosfer dan
hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan
kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses
oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain
sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk,
dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi
material batuannya. Membentuk material yang lebih
lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan
sebelumnya, seperti mineral-mineral lempung. -
18- Tahap II
- Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan
bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi
lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang
terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya
air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan
proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan
pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu,
pada tahap ini di lapisan permukaan mulai
terdapat (Organic Matter) calon makhluk hidup.
19- Tahapan III
- Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas
mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis. Akar
tumbuhan ini membentuk rekahan pada
lapisan-lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai
terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini
menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan
sirkulasi udara. - Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material
sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk
humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya
humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan
akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor
kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan
mempercepat terjadinya proses pelapukan.
Pembentukan larutan asam pun terjadi pada
akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi tempat
respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta
traspirasi (sirkulasi air). - Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah
akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas
melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau
lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan
menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang
kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada
bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih
dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih
tebal. - Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah,
air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat
melakukan proses pencucian (leaching) terdadap
lapisan-lapisan yang dilaluinya. Ssehingga
tahapan ini merupakan awal terbetuknya
horison-horoison tanah.
20- Tahap IV
- Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih
subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan yang
lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih
besar, menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau
lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga
terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih
dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan
akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat.
Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap
sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya
peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan
batuan yang lebih dalam lagi. - Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses
pencucian yang intensif. Air yang ter-infiltrasi
(meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa
mineral-mineral yang ada di lapisan atas dan
mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya.
Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral
tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu
membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah
ini mengandung komposisi unsur serta
karakteristik yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya. -
21- 7. Kesimpulan
- Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung
menjadi tanah asal yang baru. Mereka dicirikan
oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa
horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya
mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian
Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam
atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin
lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu
mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E
(albik) beberapa mempunyai batuan beku yang
keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh
bahan mineral tanah yang belum membentuk horison
pedogenik yang nyata. - Entisol terpilah atas 5 sub ordo berdasarkan
sebabnya tidak terbentuk horison diagnostik.
Pertama meliputi tanah di bawah pengaruh aquik
moisture regime, sehingga selalu basah. Kedua
meliputi tanah yang tidak basah terdiri atas
alluvium baru membentuk lapisan-lapisan. Ketiga
mencakup tanah lereng yang tererosi. Keempat
terdiri atas tanah pasir baik lama maupun baru.
Sub ordo kelima Entisol terdiri atas tanah dengan
horison yang tercampur oleh pengolahan tanah yang
dalam. -
22