Title: BAB I
1- BAB I
- TEGANGAN DAN REGANGAN
1.1. Tegangan Dalam mekanika bahan, pengertian
tegangan tidak sama dengan vektor tegangan.
Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan
vektor, vektor apapun, merupakan tensor derajat
satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat
nol. Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya
pada suatu titik dalam ruang, tiga dimensi, dapat
dideskripsikan dengan 3n komponennya, dengan n
ialah derajat tensor tersebut. Dengan demikian,
untuk persoalan tegangan tiga dimensi pada suatu
titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 32
komponennya. Pada sistem koordinat sumbu silang,
tegangan tersebut adalah ?xx , ?yy , ?zz , txy ,
tyx , txz , tzx , tyz , dan tzy seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1(a). Namun demikian,
karena txy tyx , txz tzx dan tyz
tzy , maka keadaan tegangan tersebut dapat
dinyatakan dengan enam komponennya, ?xx , ?yy ,
?zz , txy , txz , tyz. Sedangkan untuk tegangan
bidang, dua dimensi, pada suatu titik dapat
dideskripsikan dengan 22 komponennya, Gambar
1.1(b), dan karena tij tji untuk maka tiga
komponen telah dapat mendeskripsikan tegangan
bidang pada titik itu.
2- Pada dasarnya, tegangan secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni tegangan
normal, dengan notasi sij , i j, serta
tegangan geser dengan notasi tij , . Perhatikan
penulisan pada paragrap di atas. Karakter indek
yang pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya
gaya, sedangkan karekter indek yang kedua
menyatakan arah bekerjanya vektor tegangan
tersebut. Tegangan normal ialah tegangan yang
bekerja tegak lurus terhadap bidang
3- pembebanan. Sedangkan tegangan geser ialah
tegangan yang bekerja sejajar dengan bidang
pembebanan. Jadi keenam tegangan yang
mendeskripsikan tegangan pada suatu titik terdiri
atas tiga tegangan normal, ?xx , ?yy , dan ?zz
, serta tiga tegangan geser, txy , tyz , dan
tzx. Nilai tegangan bisa positif dan bisa pula
negatif. Tegangan bernilai positif bila tegangan
tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah
positif, atau bekerja pada bidang negatif dengan
arah negatif. Selain itu, nilainya negatif. - Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat
didefinisikan sebagai intensitas gaya yang
bekerja pada bidang tersebut. Sehingga secara
matematis tegangan normal rata-rata dapat
dinyatakan sebagai
i j (1a) tegangan
normal rata-rata (N/mm2 MPa) Fn gaya
normal yang bekerja (N) A luas bidang
(mm2) i, j sumbu koordinat pada sistem sumbu
silang, x, y, z
4- Sedangkan tegangan geser rata-rata dapat
dinyatakan sebagai -
- (1b)
- tegangan geser rata-rata (N/mm2 MPa)
- Ft gaya tangensial atau sejajar bidang
yang bekerja (N) - A luas bidang (mm2)
- i, j x, y, z
Bila bidang yang menerima pembebanan tersebut
dipersempit sampai akhirnya mendekati nol, dalam
artian limit maka akan didapat tegangan pada
suatu titik. Sehingga secara matematis tegangan
normal pada suatu titik dapat dinyatakan i
j (2a)
5- Sedangkan tegangan geser pada suatu titik, secara
matematis dapat dinyatakan sebagai - (2b)
1.2. Regangan
6- Seperti halnya tegangan, regangan juga merupakan
tensor derajat dua. Dengan demikian keadaan
regangan ruang, tiga dimensi, pada suatu titik
dapat dideskripsikan dengan kesembilan
komponennya. Pada sistem koordinat sumbu silang,
regangan tersebut adalah exx , eyy , ezz , gxy ,
gyx , gxz , gzx , gyz , dan gzy , sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1.2(a). Regangan juga
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
regangan normal, dengan notasi eij , i j,
serta regangan geser dengan simbul ?ij , .
Sebagaimana dengan tegangan, gxy gyx , gxz
gzx dan gyz gzy , maka keadaan regangan
ruang pada suatu titik dapat dinyatakan oleh enam
komponen, yakni exx , eyy , ezz , gxy , gyz ,
gzx. Sedangkan regangan bidang, dua dimensi,
dapat dideskripsikan dengan 22 komponennya, dan
karena gij gji maka regangan bidang pada suatu
titik dapat dideskripsikan dengan hanya tiga
komponen, Gambar 1.2(b).
7 - Regangan normal merupakan perubahan panjang
spesifik. Regangan normal rata-rata dinyatakan
oleh perubahan panjang dibagi dengan panjang
awal, atau secara matematis dapat dituliskan -
- , i j (3)
8- regangan normal rata-rata
- Dl u perubahan panjang pada arah (mm)
- l panjang awal pada arah (mm)
- i, j sumbu koordinat pada sistem sumbu
silang, x, y, z. -
- Sedangkan regangan geser merupakan perubahan
sudut dalam radial. Regangan geser bernilai
positif bila sudut pada kuadran I dan atau
kuadran III pada sistem koordinat sumbu silang
mengecil, Gambar 1.3(a), sedangkan selain itu
bernilai negatif.
1.3. Transformasi Tegangan Bidang Tegangan
dapat ditransformasi dari suatu set sumbu
koordinat ke set sumbu koordinat lainnya. Dengan
transformasi pula dapat dicari set sumbu
koordinat pada suatu titik yang memberikan
tegangan utama dari kondisi tegangan yang telah
diketahui di titik itu. Yang dimaksud dengan
tegangan utama ialah tegangan yang hanya memiliki
nilai tidak nol untuk tegangan normal saja,
sedangkan nilai tegangan gesernya nol. Dengan
demikian juga dimungkinkan transformasi tegangan
dari sistem koordinat sumbu silang (x, y, z),
Gambar 1.4(a), ke sistem koordinat polar (r, q,
z), Gambar 1.4(b).
9 - Transformasi tegangan bidang berdasarkan pada
keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada elemen.
Perhatikan Gambar 1.5(b) berikut.
10 11- Dengan memasukkan harga (90o q) untuk harga q
pada persamaan (1.4a), sehingga dengan
identitas-identitas
akan didapat (1.4b)
(1.4c)
12- Dengan substitusi identitas trigonometri,
persamaan (1.4a, b, c) bisa ditulis - (1.5a)
-
- (1.5b)
-
- (1.5c)
1.4. Transformasi Regangan Bidang Perhatikan
Gambar 1.6(a) pada halaman berikut. Elemen OABC
pada keadaan awal tanpa beban, lalu mengalami
deformasi dan distorsi menjadi OABC akibat
mendapat beban sxx , syy dan txy. Analisis
transformasi regangannya ditunjukkan pada Gambar
1.6(b, c, d) yang berturut-turut untuk regangan
normal arah sumbu x, regangan normal arah sumbu y
serta regangan geser pada bidang xy. Dari Gambar
1.6(b) didapat
13- Dari Gambar 1.6(c) akan didapat
-
- Dan dari Gambar 1.6(d) diperoleh
-
14 - Dengan demikian total perubahan panjang dx
akibat adanya regangan pada sistem koordinat
awalnya adalah -
- Dx Dx1 Dx2 Dx3
- Sedangkan
15-
-
- Sehingga
- (1.6a)
-
- Selanjutnya, ey dapat diperoleh dengan
mensubstitusikan harga (90o q) untuk harga q
pada persamaan (1.6) di atas, kemudian
menerapkan identitas trigonometri. Sehingga akan
didapat
(1.6b)
Analisis transformasi regangan gesernya
ditunjukkan pada Gambar 1.7 di bawah.
Sebagaimana pada regangan normal, dalam hal ini
perubahan regangan geser oleh masing-masing
regangan yang terjadi ditinjau satu per satu.
Pada analisis ini, panjang dx dibagi dua oleh
sumbu y menjadi dx1 dan dx2.
16-
- Dari Gambar 1.7 didapat dan
- Selanjutnya perhatikan Gambar 1.7(a), akibat
terjadinya deformasi normal pada arah sumbu x
saja.
17 - Gambar. 1.7. Transformasi Regangan Geser
-
- Akibat deformasi normal arah sumbu y saja
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7(b) akan
diperoleh
18 - Sedangkan dari Gambar 1.7(c), akibat terjadinya
regangan geser saja, akan didapat
19- Dengan demikian akan diperoleh besarnya regangan
geser pada set sumbu koordinat yang baru, sebagai
berikut
...(1.6c)
Selanjutnya, dengan menggunakan identitas
trigonometri persamaan-persamaan (1.6a, b, c)
dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut
(1.7a) (1.7b) (1.7c)
20- 1.5. Tegangan dan Regangan Utama (Principal
Stress and Strain) serta Tegangan dan Regangan
Geser Maksimum -
- Tegangan Utama (Principal Stress) dan Tegangan
Geser Maksimum
Tegangan Utama (principal stress) adalah
tegangan normal yang terjadi pada set sumbu
koordinat baru setelah transformasi yang
menghasilkan tegangan geser nol.
Tegangan-tegangan tersebut ditunjukkan sebagai
s1 dan s2 pada Gambar 1.10. Perlu dicatat
bahwa s1 selalu diambil lebih besar dari s2.
Sudut transformasi yang menghasilkan tegangan
utama tersebut dengan sudut utama (principal
angle). Secara analitik, besar tegangan utama
dan sudut utama dapat diturunkan dari
persamaan-persamaan (1.5a, b, c). Menurut
pengertian tentang tegangan utama, dari persamaan
(1.5c) akan didapat
21- atau
-
- (1.8)
-
- Dari persamaan di atas dapat dilukiskan
segitiganya sebagai berikut
Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos
2q pada gambar di atas ke persamaan (1.5a) akan
didapat
22- Sehingga
-
- Substitusi dan penerapan prosedur yang sama
terhadap persamaan (1.5b), akan didapat
Dengan mengingat bahwa secara matematik haruslah
?1 ? ?2 , maka kedua persamaan tersebut di atas
dapat dituliskan menjadi satu dengan
23- (1.9)
-
- Selanjutnya, perhatikan persamaan (1.5c). Untuk
suatu titik dan jenis pembebanan tertentu dari
suatu bagian konstruksi, harga-harga sxx , syy
dan txy adalah tetap atau konstan, sehingga
txy merupakan suatu fungsi q, atau txy
f(q). Harga ekstrim fungsi tersebut akan
diperoleh bila turunan pertama fungsi tersebut
terhadap q sama dengan nol. Jadi
atau (1.10) Dari persamaan di atas dapat
dilukiskan segitiganya sebagai berikut
24 - Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos
2q pada gambar di atas ke persamaan (1.5c) akan
didapat
25- Sehingga
-
-
- Persamaan (1.10) juga dipenuhi bila panjang
sisi di depan sudut 2q adalah (sxx - syy) dan
panjang sisi di sampingnya adalah -2txy.
Kondisi ini akan memberikan
Dengan demikian kedua persamaan tersebut dapat
dituliskan menjadi satu sebagai (1.11) Regan
gan Utama dan Regangan Geser Maksimum
26- Sebagaimana pengertian tentang tegangan utama,
maka regangan utama (principal strain) adalah
regangan normal yang terjadi pada set sumbu
koordinat baru setelah transformasi yang
menghasilkan setengah regangan geser nol.
Regangan-regangan tersebut ditunjukkan sebagai
e1 dan e2 pada Gambar 1.11. Demikian juga, e1
selalu diambil lebih besar dari e2 , serta
sudut transformasinya juga disebut sudut utama
(principal angle). Secara analitik, dengan
penerapan prosedur yang sama dengan yang
diterapkan untuk persamaan-persamaan (1.7a, b,
c), maka akan didapat hasil-hasil berikut.
(1.12a) (1.12b) qp sudut utama e1,2
regangan-regangan utama gxy 2exy regangan
geser
27- (1.13a)
-
- (1.13b)
-
- qmax sudut regangan geser maksimum
- gxy 2exy regangan geser
1.6. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang dan
Regangan Bidang Lingkaran Mohr diperkenalkan
oleh seorang insinyur Jerman, Otto Mohr
(1835-1913). Lingkaran ini digunakan untuk
melukis transformasi tegangan maupun regangan,
baik untuk persoalan-persoalan tiga dimensi
maupun dua dimensi. Yang perlu dicatat adalah
bahwa perputaran sumbu elemen sebesar q
ditunjukkan oleh perputaran sumbu pada lingkaran
Mohr sebesar 2q, .dan sumbu tegangan geser
positif adalah menunjuk ke arah bawah.
Pengukuran dimulai dari titik A, positif bila
berlawanan arah jarum jam, dan negatif bila
sebaliknya. Pada bagian ini kita hanya akan
membahas lingkaran Mohr untuk tegangan dan
regangan dua dimensi.
28- Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
- Pada persamaan (1.5a), bila suku
dipindahkan ke ruas - kiri dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan,
maka akan didapat -
-
- (1.14a)
- Sedangkan pada persamaan (1.5c), bila
dikuadratkan akan didapat -
- (1.14b)
- Penjumlahan persamaan-persamaan (1.14a) dan
(1.14b) menghasilkan - (1.15)
- Persamaan (1.15) merupakan persamaan lingkaran
pada bidang st yang pusatnya di dengan
jari-jari . Lingkaran tersebut ditunjukkan pada
Gambar 1.8 di bawah ini, yang dilukis dengan
prosedur sebagai berikut
29- 1. Buatlah sumbu sij , horisontal.
- 2. Periksa harga tegangan normal, sxx atau syy
, yang secara matematis lebih kecil. Bila
bernilai negatif jadikanlah tegangan tersebut
sebagai titik yang mendekati tepi kiri batas
melukis, sedangkan bila positif maka titik
yang mendekati batas kiri adalah titik sij
0. - 3. Periksa harga tegangan normal, sxx atau syy
, yang secara matematis lebih besar. Bila
bernilai positif jadikanlah tegangan tersebut
sebagai titik yang mendekati tepi kanan batas
melukis, sedangkan bila negatif maka titik yang
mendekati batas kanan adalah titik sij 0. - 4. Tentukan skala yang akan digunakan sehingga
tempat melukis bisa memuat kedua titik tersebut
dan masih tersisa ruangan di sebelah kiri dan
kanannya. Tentukan titik-titik batas tersebut
sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
30- 5. Tentukan letak titik-titik sij 0 dan sumbu
t, serta sij terkecil dan sij terbesar bila
belum terlukis pada sumbu sij . - 6. Bagi dua jarak antara tegangan terkecil dan
tegangan terbesar sehingga diperoleh pusat
lingkaran, P. - 7. Tentukan letak titik A pada koordinat (sij
terbesar , txy ). - 8. Lukis lingkaran Mohr dengan pusat P dan
jari-jari PA. - 9. Tarik garis dari A melalui P sehingga
memotong lingkaran Mohr di B. Maka titik B
akan terletak pada koordinat (sij terkecil , txy
). Garis AB menunjukkan sumbu asli, q 0,
elemen tersebut.
Contoh 1.1 Sebuah elemen dari bagian konstruksi
yang dibebani, menerima tegangan tarik pada arah
sumbu x sebesar 280 MPa, tegangan tekan pada
arah sumbu y sebesar 40 MPa serta tegangan
geser pada bidang tersebut sebesar 120 MPa.
31- Diminta a. Lukisan lingkaran Mohr.
- b. Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan tegangan geser maksimum, menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut dari
persamaan (1.10). - c. Besar tegangan geser maksimum menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
dengan rumus (1.11) dan hasil yang didapat
pada b. di atas. - d. Besar perputaran mengelilingi sumbu z
untuk mendapatkan tegangan geser bernilai
nol, menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
ini dengan persamaan (1.8). - e. Besar tegangan-tegangan utama menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
dengan persamaan-persamaan (1.9) dan dari
hasil pada pada d. di atas.
32- Penyelesaian
- a. Lingkaran Mohr
- 1) Buat sumbu sij , horisontal.
- 2) Tegangan normal terkecil, syy -40 MPa,
negatif, sehingga digunakan sebagai titik di
dekat batas kiri. - 3) Tegangan normal terbesar sxx 280 MPa,
positif, sehingga digunakan sebagai titik di
dekat batas kanan. - 4) Diambil skala 1cm 40 MPa. Kemudian
ditentukan titik syy - 40 MPa di sebelah
kiri, dan sxx 280 MPa di sebelah kanan yang
berjarak (sxx syy) dari titik syy di
sebelah kiri. - 5) Lukis sumbu t yang berjarak 40 MPa di
sebelah kanan titik syy . - 6) Dengan membagi dua sama panjang jarak syy ke
sxx akan didapat titik P. - 7) Menentukan letak titik A pada koordinat (sxx
, txy ) (280,120). - 8) Dengan mengambil titik pusat di P dan
jari-jari sepanjang PA, lingkaran Mohr dapat
dilukis. - 9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
memotong lingkaran Mohr di B, akan didapat
kedudukan titik (syy , txy ) (-40,120).
33 - Gambar 1.8. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
-
- b. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat - qmax 0,5 x 2 qmax 0,5 x (-53o) 26o 30.
- Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
- tan 2qmax - (280 40) / (2 x 120) -
4/3 - 2qmax - 53o 08 atau qmax - 26o 34
34- c. Besar tegangan geser maksimum menurut
lingkaran Mohr - tmax 5 x 40 MPa 200 MPa.
- Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
- d. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat - qp 0,5 x 2qp 0,5 x 37o 18o 30.
- Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
- tan 2qp (2 x 120) / (280 40) 3/4
- 2qp - 36o 52 atau qmax - 18o 26
- e. Besar tegangan-tegangan utama menurut
lingkaran Mohr - s1 8 x 40 MPa 320 MPa.
- s2 -2 x 40 MPa -80 MPa.
- Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
35- Lingkaran Mohr untuk Regangan Bidang
- Pada persamaan (1.7a), bila suku
dipindahkan ke ruas kiri - dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka
akan didapat -
-
- (1.16a)
- Sedangkan pada persamaan (1.7c), bila
dikuadratkan akan didapat -
-
- (1.16b)
-
- Penjumlahan persamaan-persamaan (1.16a) dan
(1.16b) menghasilkan
36- (1.17)
- Persamaan (1.17) merupakan persamaan lingkaran
pada bidang - yang pusatnya di dengan jari-jari
- Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.9 di
bawah ini, yang dilukis dengan prosedur
sebagaimana melukis lingkaran Mohr untuk tegangan
dengan mengganti sxx , syy dan txy
berturut-turut menjadi exx , eyy dan gxy / 2.
Penerapannya, lihat Contoh 1.2 pada halaman 21.
1.7. Hubungan Antara Tegangan Dengan
Regangan Untuk deformasi normal, geser maupun
gabungan keduanya, hubungan antara tegangan dan
regangan untuk bahan-bahan isotropis pada
pembebanan dalam batas proporsional diberikan
oleh hukum Hooke. Jadi hukum Hooke tidak berlaku
untuk pembebanan di luar batas proporsional.
Hukum Hooke diturunkan dengan berdasarkan pada
analisis tentang energi regangan spesifik.
37- Apabila besar tegangan-tegangannya yang
diketahui, maka hukum Hooke untuk
persoalan-persoalan tiga dimensi, hubungan antara
tegangan normal dengan regangan normal dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut - (1.18)
- Dengan E dan v berturut-turut adalah modulus
alastis atau modulus Young dan angka perbandingan
Poisson. Sedangkan pada deformasi geser untuk G
adalah modulus geser , hubungannya adalah - (1.19)
38- Sedangkan untuk mencari tegangan normal yang
terjadi bila regangan normal dan sifat-sifat
mekanis bahannya diketahui, digunakan
persamaan-persamaan - (1.20)
- Selanjutnya untuk deformasi geser, bentuk hukum
Hooke adalah - (1.21)
39- Persamaan-persamaan (1.18) sampai dengan (1.21)
dapat juga diberlakukan untuk persoalan-persoalan
dua dan satu dimensi, yakni dengan memasukkan
harga nol untuk besaran-besaran di luar dimensi
yang dimaksud.
Contoh 2 Pembebanan seperti pada Contoh 1,
untuk bahan dengan sifat-sifat mekanis modulus
Young, E 200 GPa dan angka perbanding-an
Poisson, n 0,29. Modulus geser ditentukan
dengan, G E / 2(1 n). Diminta a.
Hitunglah regangan-regangan yang terjadi. b.
Lukisan lingkaran Mohr untuk regangan yang
terjadi. c. Besar rotasi mengelilingi sumbu
z untuk mendapatkan regangan geser maksimum,
menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
tersebut dari persamaan (1.10). d. Besar
regangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan rumus
(1.11) dan hasil yang didapat pada b. di
atas.
40- e. Besar perputaran mengelilingi sumbu z
untuk mendapatkan regangan geser bernilai
nol, menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
ini dengan persamaan (1.8). - f. Besar regangan-regangan utama menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
dengan persamaan- persamaan (1.9) dan dari
hasil pada pada d. di atas.
Penyelesaian a) Dari persamaan (1.18) dan
(1.19) akan didapat b. Lingkaran
Mohr 1) Buat sumbu eij horisontal. 2)
Regangan normal terkecil, eyy -606me, sehingga
merupakan titik di dekat batas kiri.
41- 3) Regangan normal terbesar exx 1458me,
sehingga merupakan titik di dekat batas
kanan. - 4) Diambil skala 1cm 250me. Kemudian
ditentukan titik eyy -606me di sebelah
kiri, exx 1458me di sebelah kanan dan
berjarak (exx eyy) dari titik eyy di sebelah
kiri. - 5) Lukis sumbu t yang berjarak 606me di
sebelah kanan titik eyy . - 6) Dengan membagi dua sama panjang jarak eyy
ke exx akan didapat titik P. - 7) Menentukan letak titik A pada koordinat
(exx , exy ) (1458,774). - 8) Dengan mengambil titik pusat di P dan
jari-jari sepanjang PA, lingkaran Mohr
dapat di-lukis. - 9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
memotong lingkaran Mohr di B, akan di dapat
kedudukan titik (eyy , exy ) (-606,-774).
42 43- c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z menurut
lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat - qmax 0,5 x 2 qmax 0,5 x (-53o) 26o
30. - Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
- tan 2qmax - (1458 606) / (2 x 774)
- 4/3 - 2qmax - 53o 08 atau qmax - 26o 34
- d. Besar regangan geser maksimum menurut
lingkaran Mohr - exy-max 5,2 x 250me 1300me.
- Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan
didapat - e. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat - qp 0,5 x 2qp 0,5 x 37o 18o 30.
- Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
- tan 2qp (2 x 120) / (280 40) 3/4
- 2qp - 36o 52 atau qmax - 18o 26
44- f. Besar regangan-regangan dasar menurut
lingkaran Mohr - e1 6,9 x 250me 1725me.
- e2 -3,5 x 250me -875me
- Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan
didapat