Skema Konveksi dalam Model (macam skema dan pengaruhnya) - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

Skema Konveksi dalam Model (macam skema dan pengaruhnya)

Description:

Skema Konveksi dalam Model (macam skema dan pengaruhnya) Keadaan akhir Sounding changes occur after source-layer CAPE has been depleted during the 30- to 60-minute ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:385
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 43
Provided by: suay
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Skema Konveksi dalam Model (macam skema dan pengaruhnya)


1
Skema Konveksi dalam Model(macam skema dan
pengaruhnya)
2
Peran Konveksi di Alam
  • Untuk menghasilkan hujan.
  • Membawa panas ke atas.
  • Menyebarkan uap air.
  • Menimbulkan aliran jet.
  • Menimbulkan vorteks level menengah.
  • Menggerakkan sirkulasi atmosfer skala besar.

3
(No Transcript)
4
(No Transcript)
5
Parameterisasi Konveksi (CP)
  • Model iklim harus memperhitungkan efek-efek yang
    bisa ditimbulkan oleh konveksi.
  • Karena skala konveksi jauh lebih kecil daripada
    resolusi model iklim, maka model belum mampu
    merepresentasikan proses konveksi secara
    eksplisit dan harus melakukannya lewat
    parameterisasi.

6
Konsep Perancangan CP
  • Memperhitungkan perpindahan vertikal dari panas
    laten, yang menggerakkan sirkulasi udara di
    daerah tropis.
  • Mengurangi ke-tidak-stabil-an termodinamis,
    sehingga tidak tercipta konveksi skala besar yang
    tidak realistis.
  • Skema CP mengurangi ke-tidak-stabil-an tsb.
    Dengan mengatur ulang temperatur dan uap air
    dalam sebuah kolom grid.

7
Esensi Skema CP
  • Apa yang memicu konveksi dalam sebuah kolom grid.
  • Bagaimana keberadaan konveksi mengubah sounding
    dalam kolom grid tersebut.
  • Bagaimana konveksi dan dinamika skala grid
    mempengaruhi satu sama lain.

8
Lima Kelompok Utama Skema CP
  • Skema Kuo
  • Skema Betts-Miller-Janjic (BMJ)
  • Skema Arakawa-Schubert (AS)
  • Skema Kain-Fritsch (KF)
  • Skema Konveksi Eksplisit

9
Skema Kuo
  • Merupakan skema sederhana yang memproduksi hujan
    dan meningkatkan kestabilan statis dengan
    menirukan kenaikan adiabatis basah sebuah parsel.
    Skema ini mendorong profil temperatur dan uap air
    menuju adiabatis basah.
  • Skema Kuo digunakan sebagai sebuah pilihan dalam
    banyak model riset dan lokal.
  • Proses konveksi dipicu oleh sejumlah CAPE dan
    konvergensi uap air yang terintegrasi dalam kolom
    yang telah melewati nilai batas tertentu.
  • Mendorong profil temperatur melewati ketebalan
    awan menuju adiabat basah level rendah. Sebagian
    uap air membasahi sounding, dan sebagian lainnya
    jatuh sebagai hujan.

10
(No Transcript)
11
Keadaan akhir Mendekati profil temperatur dan
uap air agak jenuh adiabatik basah, namun tidak
mencapinya. Ini disebabkan skema berasumsi bahwa
konveksi tidak menempati seluruh kolom grid,
meskipun keadaan akhir terus berembun dan
mendekati adiabatik basah ketika konveksi
bertahan.
12
Skema BMJ
  • Skema ini sedikit lebih kompleks daripada skema
    Kuo. Sounding didorong ke arah suatu profil
    referensi pasca konveksi yang telah ditentukan
    sebelumnya, yang diturunkan dari klimatologi.
  • Tiga kondisi yang diperlukan untuk memicu
    konveksi
  • Paling sedikit ada CAPE yang tersedia
  • Ketebalan awan konveksi melebihi suatu harga
    batas
  • Sounding basah untuk mengaktifkannya.

13
(No Transcript)
14
Proses Konveksi dalam Skema BMJ
  • Mulai dengan sebuah profil referensi, lalu ubah
    sounding awalnya ke arah profil tsb.
  • Profil referensi didefinisi-kan oleh titik-titik
    di dasar awan, puncak awan, dan level titik
    beku. Profil referensi berbeda dapat dibentuk dan
    digunakan oleh skema ini sesuai keperluan
    (misalnya untuk musim dan tempat yang berbeda).

15
Dibandingkan dengan sounding awal, sounding
referensi mempunyai jumlah precipitable water
yang berbeda dan sedikit pemanasan atau
pendinginan netto.
16
Keadaan akhir Balik ke profil referensi. Bahkan
dengan forcing model lainnya, output soundings
model sangat menyerupai profil referensi.
Perhatikan bahwa profil temperatur and uap air
dalam awan tidak diubah olah skema CP. Skema ini
tidak mempunyai pendinginan downdraft namun
proses-proses non-CP lainnya (seperti
berkurangnya radiasi matahari yang datang atau
pendinginan evaporatif dari presipitasi model)
mungkin berperan dalam pendinginan level-level
rendah.
17
Skema Arakawa-Schubert
  • Merupakan skema yang kompleks. Skema ini
    mengandung efek-efek detrainment uap air dari
    awan konvektif, pemanasan dari subsidensi
    lingkungan, dan stabilisasi konvektif dalam
    kesetimbangan dengan laju de-stabilisasi skala
    besar.
  • Untuk memicu konveksi, skema ini memerlukan
    sedikit CAPE lapisan batas.
  • Formulasi umum memerlukan adanya de-stabilisasi
    atmosfer skala besar thd waktu. Cara skema ini
    mengkaji proses destabilisasi sangat kompleks
    misalnya, skema ini harus memperhitungkan
    efek-efek entrainment dan awan-awan dengan
    berbagai ketebalan.

18
(No Transcript)
19
Perubahan Konvektif dalam Skema AS
  • Perubahan berasal dari proses-proses awan bukan
    dari penyesuaian ke arah suatu keadaan tertentu.
  • Kumulus yang mengakar di lapisan batas dengan
    berbagai laju entrainment tinggi berbeda
    diasumsikan ada yang paling tinggi adalah yang
    tanpaentrainment.
  • Awan mengalami detrainment pada puncaknya,
    menyebabkan pembasahan dan berpotensial
    mendinginkan atau penambahan kondensasi pada
    level puncak awan.
  • Sebagian besar kolom grid column ditempati oleh
    subsidensi kompensasi, yang menyebabkan pemanasan
    dan pengeringan.
  • Perubahan lapisan batas berasal dari downdrafts
    konvektif (jika versi skema ini memasukkan
    downdrafts).
  • Karena menara konvektif menempati hanya sedikit
    daerah kotak grid, temperatur dan uap air
    internal awan diabaikan dalam memperhitungkan
    efek-efekkonveksi pada variabel-variabel
    forecast.

20
Pada akhirnya semua awan-awan dalam skema AS
yang mengandung downdrafts diasumsikan mempunyai
pucuk seperti awan A. Untuk mudahnya, hal ini
hanya digambarkan untuk awan A.
21
Perubahan konvektif (lanjutan)
  • Sifat-sifat updraft awan ditentukan dengan
    menjalankan sebuah model awan 1-dimensi untuk
    awan-awan pada tiap ketinggian. Sifat-sifat awan
    ini digunakan untuk menentukan temperatur, uap
    air, dan jumlah udara awan yang dilepaskan ke
    lingkung-an, jumlah presipitasi yang tersedia
    untuk penguapan ke suatu downdraft (sisanya jatuh
    ke tanah), dan subsidensi lingkungan.
  • Selain entrainment, beberapa versi
    memperhitungkan proses-proses mikrofisik dan
    presipitasi, efek-efek shear pada kemi-ringan
    awan dan presipitasi yang jatuh ke bagian sisi
    menjadi sebuah downdraft tak jenuh di luar awan,
    dan detail-detail lainnya. Hydrometeor dapat
    diprediksi dan dimasukkan ke suatu skema PCP yang
    kompleks daripada jatuh langsung.
  • Model downdraft, jika digunakan, digerakkan oleh
    presipitasi yang menguap dan membawa udara yang
    telah didinginkan ke lapisan batas.
  • Profile awan sangat sensitive terhadap
    fitur-fitur yang ada dalam model awan 1-dimensi
    (bervariasi dengan implementasi skema).

22
(No Transcript)
23
Perubahan konvektif (lanjutan)
  • Jumlah udara yang naik lewat tiap lapisan model
    dalam awan ditentukan dengan model awan
    1-dimensi. Subsidensi lingkungan diasumsikan
    menjadi kompensasi bagi gerakan vertikal ini (dan
    bagi gerakan vertikal dalam downdraft konvektif,
    jika digunakan), mengakibatkan pemanasan dan
    biasanya pengeringan di seluruh ketebalan lapisan
    awan. Skema demikian disebut "mass flux schemes."
  • Perubahan sounding berasal dari efek total thd
    waktu dari awan yang meluruh di bagian puncaknya,
    dari subsidensi lingkungan, dan dari stabilisasi
    lapisan batas dari downdraft konvektif. Berbagai
    efek sebagian saling menutupi, sehingga secara
    keseluruhan hanya sedikit terjadi perubahan.

24
Fluks masa updraft dan downdraft konvektif, dan
subsidensi lingkungandihitung pada tiap level
model (hanya beberapa level ditampilkan).
25
Keadaan Akhir dalam Skema AS
  • Perubahan pada keadaan akhir umumnya kecil.
    Setelah skema berjalan, atmosfer masih bisa
    mengalami destabilisasi dengan mudah, misalnya
    oleh adveksi atau sinar matahari yang menyebabkan
    terjadi konveksi lagi.
  • Tak ada sounding yang khas sounding bervariasi
    pada tiap kasus, meskipun demikian biasanya
    mempunyai pendinginan lapisan batas dan pemanasan
    troposfer atas yang mengakibatkan stabilisasi
    secara keseluruhan.
  • Perubahan keseluruhan yang terlihat pada sounding
    contoh model berasal dari dinamika dan fisika
    model yang me-respond forcing CP dan mungkin
    kelihatan berbeda dengan efek CP sendiri.

26
(No Transcript)
27
Skema Kain Fritsch
  • Merupakan sebuah skema kompleks dirancang untuk
    mengatur ulang masa dalam sebuah kolom agar
    CAPEterpakai.
  • Kondisi-kondisi yang diperlukan untuk memiicu
    terjadinya konveksi dalam skema in adalah
  • Sounding mempunyai CAPE untuk parsel sumber/asal
    dari lapisan level rendah dgn ketebalan 50 to 100
    hPa
  • Tudungnya cukup kecil untuk parsel menembusnya
    dengan kecepatan beberapa m/s (sebuah fungsi
    gerakan vertikal skala besar pada LCL)
  • Ketabalan awan konvektif melebihi harga ambang

28
(No Transcript)
29
Perubahan Konvektif dalam Skema KF
  • Seperti skema AS, perubahan pada sounding berasal
    dari peluruhan awan, subsidensi lingkungan, dan
    downdraft yang digerakkan secara evaporatif yang
    terbuang ke lapisan sumber yang mengalami
    konveksi tsb. Sama seperti skema AS, efek-efek
    ini didasarkan pada sifat-sifat awan yang
    ditentukan dalam sebuah model 1-dimensional.

30
Perubahan Konvektif dalam Skema KF (lanjutan)
  • Tidak seperti skema A-S, awan dengan hanya satu
    ketinggian (awan paling tinggi yang diizinkan
    oleh sounding) diasumsikan ada dan berkembang dan
    meluruh pada banyak level. Entrainment
    diasumsikan menghasilkan banyak campuran, bukan
    campuran tunggal antara awan dan lingkungan, yang
    mempunyai sifat-sifat gaya apung yang berbeda dan
    dengan demikian meluruh pada level yang berbeda.
    Hal ini membuat skema KF jauh lebih responsif dan
    sensitif thd sounding yang berbeda-beda daripada
    skema AS. Peluruhan hidrometeor yang lebih
    realistik ke skema PCP kompleks PCP pada
    level-level yang berbeda juga dibolehkan, jika
    modelnya dilengkapi dengan prosedur yang
    memindahkan hidrometeor dari skema CP ke skema
    PCP.

31
(No Transcript)
32
Perubahan Konvektif dalam Skema KF (lanjutan)
  • Sepert dalam skema A-S, presipitasi dihasilkan
    dalam model awan, dengan sebagian presipitasi
    menguap pada downdraft dan sebagian langsung
    jatuh sebagai hujan

33
Perubahan Konvektif dalam Skema KF (lanjutan)
  • Dua perbedaan utama antara AS dan KF terletak
    pada proses pemicuan konveksi (yang menentukan di
    mana dan kapan konveksi terbentuk) dan hubungan
    ke skala besar (yang menentukan intensitas
    perubahannya). Keduanya mempunyai pendekatan
    fluks masa yang memperhitungkan efek konveksi
    skala grid yang fundamental (peluruhan awan,
    downdraft, dan subsidensi lingkungan). Keduanya
    juga sangat sensitif terhadap parameter-parameter
    yang dipilih oleh pemodel dalam model-model awan
    yang digunakan untuk menghitung efek-efek ini.
  • Perubahan sounding merupakan jumlah efek-efek
    subsidensi kompensasi, sumber-sumber awan pada
    level detrainment, dan downdrafts. Efek-efek ini
    diterapkan pada laju tetap (tanpa memperhitungkan
    perubahan lingkungan) selama jangka waktu yang
    ditetapkan sebelumnya yang menggambarkan siklus
    kehidupan sel konvektif.

34
(No Transcript)
35
Keadaan akhir
  • Sounding changes occur after source-layer CAPE
    has been depleted during the 30- to 60-minute
    convective cycle.

36
Keadaan Akhir (lanjutan)
  • Namun demikian, respon model terhadap pemanasan
    CP dapat menghasilkan pembalikan yang kuat dalam
    kolom dalam jangka waktu tertentu, sehingga
    menghasilkan sounding model yang tak mirip
    perubahan sederhana yang langsung diakibat-kan
    oleh skema tsb. Grafik yang ditampilkan pada
    halaman berikut menunjukkan dua sounding yang
    berasal dari sounding awal yang sama. Sounding
    merah dan hijau dihasilkan oleh satu siklus
    konveksi yang dibentuk oleh hanya skema KF.
    Sounding ungu dan biru adalah profil yang
    dihasilkan setelah beberapa siklus konvektif
    dalam Model Eta menggunakan skema CP KF yang
    menimbulkan pembalikan kuat.
  • Tak ada sounding akhir yang khas Tiap sounding
    bervariasi tiap kasus. Namun jika konveksi aktif
    beberapa waktu di wilayah yang sama, model
    cenderung membentuk lapisan jenuh yang tebal
    dengan dasarnya pada level-level rendah.

37
(No Transcript)
38
Skema Konveksi Eksplisit
  • Parameterisasi konveksi digunakan dalam
    model-model hidrostatis untuk memperhitungkan
    efek-efek konveksi, karena model yang ada
    sekarang tak dapat menguraikan gerakan konvektif
    secara eksplisit. Namun model-model non
    hidrostatis resolusi tinggi (satu sampai dua km)
    dapat dijalankan tanpa skema CP, sebab jarak
    antar grid cukup kecil untuk mulai menguraikan
    gerakan konvektif. Sebagai contoh, dengan
    resolusi halus seluruh kotak grid dapat terisi
    oleh udara updraft dan berkondensasi sementara
    kotak grid lainnya terisi oleh downdrafts.
  • Kopling cepat dan rapat antara dinamika dan skema
    PCP berakibat pada
  • Updraft yang cukup kuat untuk mengangkat
    hidrometeor ke level kesetimbangan disimulasikan
    secara eksplisit
  • Downdraft dan front angin kencang yang
    mengikutinya disimulasikan secara eksplisit.

39
(No Transcript)
40
Skema Konveksi Eksplisit (lanjutan)
  • Hal ini membuat penyebaran panas dan uap air
    lebih realistis daripada ketika menggunakan skema
    CP. Skema ini juga memungkinkan angin dan gerakan
    vertikal diubah oleh konveksi secara langsung.
    Konveksi eksplisit pada akhirnya menyediakan
    sebuah prediksi langsung untuk hujan konvektif.
    (Ingat skema CP hanya dapat memprediksi hujan
    konvektif secara tak langsung sebagai sebuah
    by-product dari menghi-langkan ke-tidak-stabilan
    sehingga hasilnya kurang bagus.)
  • Animasi berikut memperlihatkan bagaimana model
    ARPS non-hidrostatis eksperimental menggunakan
    konveksi eksplisit untuk mensimulasikan secara
    realistis sel super tornadoOKC tanggal 3 Mei 1999
    dibandingkan thd pengamatan radar untuk badai
    yang sama.
  • Model hidrostatis tidak menggunakan persamaan
    prognostik untuk gerakan vertikal, sehingga efek
    gaya apung hanya dapat dimasukkan secara tak
    langsung. Model non-hidrostatis Memasukkan
    persamaan prognostik untuk gerakan vertikal
    sehingga secara langsung memasukkan proses-proses
    gaya apung dan gangguan tekanan dinamis.

41
Keterbatasan Konveksi Eksplisit
  • Konveksi model yang diprediksi secara
    eksplisit masih mempunyai banyak keterbatasan.
    Sebagai contoh,
  • Inisiasi konveksi merupakan masalah besar yang
    belum terselesaikan. Model mungkin tak memicu
    konveksi pada tempat dan waktu yang tepat.
    (Simulasi ARPS hanya berhasil ketika awal badai
    dimasukkan ke model sebagai konveksi pertama!)
  • Resolusi satu sampai dua km atau lebih halus
    sering diperlukan untuk mensimulasikan struktur
    dan evolusi awan konvektif internal, demikian
    juga dengan inisiasi sel generasi kedua oleh
    front angin kencang. Hal ini berpengaruh pada
    timing, intensitas, dan penyebaran hujan dan
    mempengaruhi awan, temperatur, dan angin arah
    hilir (downstream).
  • Pada resolusi satu sampai dua km, sumber daya
    komputer yang sangat besar diperlukan bahkan
    untuk domain wilayah yang kecil.
  • Bahkan pada resolusi satu sampai dua km, awan
    konvektif masih sangat kasar dan struktur cuaca
    yang sangat buruk tak dapat diuraikan.

42
Sumberwww.meted.ucar.edu/nwp
TERIMAKASIH
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com