GEOMORFOLOGI INDONESIA - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

GEOMORFOLOGI INDONESIA

Description:

geomorfologi indonesia – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:897
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 40
Provided by: Mr211
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: GEOMORFOLOGI INDONESIA


1
GEOMORFOLOGI INDONESIA
2
BENTUK GEOMORFOLOGI DASAR LAUT PADA TEPIAN
LEMPENG AKTIF DI LEPAS PANTAI BARAT SUMATERA DAN
SELATAN JAWA, INDONESIA
  • Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan
    selatan Jawa, didominasi oleh pergerakan ke utara
    dari tepian aktif lempeng samudera Hindia dan
    lempeng benua Australia terhadap lempengan Sunda
    dengan kecepatan sekitar 6-7 cm/tahun.
  • Komponen gerakan lempengan yang relatif tegak
    lurus terhadap arah batas lempeng sebagian besar
    membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona
    subduksi Sumatera dan Java, sedangkan komponen
    lempeng yang parallel terhadap batas lempeng
    didominasi oleh terbentuknya sesar-sesar geser
    pada zona sesar.

3
(No Transcript)
4
Bidang kontak antara 2 blok disebut sesar.
5
SESAR NAIK
6
Diagram blok sesar mendatar
7
  • Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk
    mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut
    dari masing-masing segmen lempeng.
  • Empat bentuk morfologi utama dapat
    diidentifikasi, seperti
  • zona subduksi,
  • palung laut,
  • prisma akresi, dan
  • cekungan busur muka.
  • Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini
    kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut
    yang terbaik di dunia.

8
  • Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini
    sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan
    citra. Makin kearah selatan, dasar laut makin
    banyak mengalami pensesaran normal. Sesar-sesar
    ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari
    palung laut. Pada sumbu palung, bentuk kerak
    samudera telah banyak mengalami pensesaran dan
    membentuk pola-pola horst dan graben secara
    luas.  

9
.  TATANAN GEOLOGI KELAUTAN INDONESIA
  • Tatanan geologi kelautan Indonesia merupakan
    bagian yang sangat unik dalam tatanan kelautan
    dunia, karena berada pada pertemuan paling tidak
    tiga lempeng tektonik Lempeng Samudera Pasifik,
    Lempeng Benua Australia-Lempeng Samudera India
    serta Lempeng Benua Asia.
  • Berdasarkan karakteristik geologi dan kedudukan
    fisiografi regional, wilayah laut Indonesia
    dibagi menjadi zona dalam (inboard) dan luar
    (outboard) yang menempati regim zona tambahan
    (contiguous), Zona Ekonomi Eksklusif dan Landan
    Kontinen. Bagian barat zona dalam ditempati oleh
    Paparan Sunda (Sunda Shelf) yang merupakan
    sub-sistem dari lempeng benua Eurasia, dicirikan
    oleh kedalaman dasar laut maksimum 200 m yang
    terletak pada bagian dalam gugusan pulau-pulau
    utama yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.

10
  • Bagian tengah zona dalam merupakan zona transisi
    dari sistem paparan bagian barat dan sistim laut
    dalam di bagian timur. Kedalaman laut pada zona
    transisi ini mencapai lebih dari 3.000 meter
    yaitu laut Bali, Laut Flores dan Selat Makasar.
    Bagian paling timur zona dalam adalah zona sistem
    laut Banda yang merupakan cekungan tepian
    (marginal basin) dicirikan oleh kedalaman laut
    yang mencapai lebih dari 6.000 m dan adanya
    beberapa keratan daratan (landmass sliver) yang
    berasal dari tepian benua Australia (Australian
    continental margin) seperti pulau Timor dan Wetar
    (Curray et al, 1982, Katili, 2008).

11
  • Zona bagian luar ditempati oleh sistem Samudera
    Hindia, Laut Pasifik, Laut Timor, laut Arafura,
    laut Filipina Barat, laut Sulawesi dan laut Cina
    Selatan. Menurut Hamilton (1979), kerumitan dari
    tatanan fisiografi dan geologi wilayah laut
    Nusantara ini disebabkan oleh adanya interaksi
    lempeng-lempeng kerak bumi Eurasia (utara),
    Hindia-Australia (selatan), Pasifik-Filipina
    Barat (timur) dan Laut Sulawesi (utara).
  • Proses geodinamika global (More et al, 1980),
    selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan
    tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif
    (Indonesia maritime continental active margin),
    dimana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan
    dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan
    (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang
    akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia
    (Gambar 1).

12
Gambar 1.  Fisiografi perairan Indonesia akibat
proses tektonik
13
.  MODEL TEKTONIK TEPIAN LEMPENG AKTIF
  • Lempeng samudera bergerak menunjam lempeng benua
    membentuk zona penunjaman aktif, sehingga wilayah
    perairan Indonesia di bagian barat Sumatera dan
    selatan Jawa disamping mempunyai potensi aspek
    geologi dan sumberdaya mineral juga berpotensi
    terjadinya bencana geologi (gempabumi, tsunami,
    longsoran pantai dan gawir laut).
  • Di bagian tengah kerak samudera India ini
    terbentuk suatu jalur lurus yang disebut Mid
    Oceanic Ridge (Pematang Tengah Samudra),
    sedangkan dibagian timurnya atau sebalah barat
    terbentuk jalur punggungan lurus utara selatan
    yang disebut Ninety East Ridge  (letaknya hampir
    berimpit dengan bujur 90 timur) merupakan daerah
    mineralisasi (Usman, 2006). Bagian yang dalam
    membentuk cekungan kerak samudera yang terisi
    oleh sedimen yang berasal dari dataran India
    membentuk Bengal Fan hingga ke perairan Nias
    dengan ketebalan sedimen antara 2.000 3.000
    meter (Ginco, 1999). Daerah Pematang Tengah
    Samudra pada Lempeng Indo-Australia merupakan
    implikasi dari proses Sea Floor Spereading
    (Pemekaran Lantai Samudera) yang mencapai
    puncaknya pada Miosen Akhir dengan kecepatan 6-7
    cm/tahun, sebelumnya pada Oligosen awal hanya 5
    cm/tahun (Katili, 2008).Gambar 2. Memperlihatkan
    bentuk ideal geomorfologi pada tepian lempeng
    aktif adalah

14
  • mengikuti proses-proses penunjaman yaitu palung
    samudera (trench), prisma akresi (accretionary
    prism), punggungan busur muka (forearc ridge),
    cekungan busur muka (forearc basin), busur
    gunungapi (volcanic arc), dan cekungan busur
    belakang (backarc basin). Busur gunungapi dan
    cekungan busur belakang lazimnya berada di bagian
    daratan atau kontinen (Lubis et al, 2007).
  •  

15
Gambar 2. Komponen tektonik ideal pada penunjaman
tepian lempeng aktif (Hamilton, 1979)
16
  • Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari
    beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto
    dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk
    geomorfologi utama yang umum terdapat pada
    kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk
    morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona
    subduksi, palung laut, prisma akresi, dan
    cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi
    dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh
    morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena
    batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.

17
  • SATUAN GEOMORFOLOGI TEPIAN LEMPENG AKTIF
  • Geomorfologi Zona Subduksi
  • Geomorfologi Palung Laut
  • Geomorfologi Prisma Akresi
  • Geomorfologi Cekungan Busur Muka

18
1. Geomorfologi Zona Subduksi
  • Lempeng Samudera India merupakan kerak yang tipis
    yang ditutupi laut dengan kedalaman antara 1.000
    5.000 meter. Lempeng Samudera dan lempeng benua
    (Continental Crust) dipisahkan oleh Subduction
    Zone (Zona Penunjaman) dengan kedalaman antara
    6.000-7.000 meter yang membujur dari barat
    Sumatera, selatan Jawa hingga Laut Banda bagian
    barat yang disebut Java Trench (Parit Jawa).

19
(No Transcript)
20
(No Transcript)
21
  • Geomorfologi  zona subduksi ini merupakan
    gabungan yang erat antara proses-proses yang
    terjadi pada tepian kerak samudera, tepian kerak
    benua dan proses penunjaman itu sendiri. Sebagai
    konsekuansi dari tepian aktif, maka banyak proses
    tektonik yang mungkin terjadi diantaranya,
    sesar-sesar mendatar, sesar-sesar normal yang
    biasanya membentuk horst dan graben, serta
    kemunginan aktivitas gunung api (hot spot?).

22
  • Salah satu diantaranya adalah terbentuknya
    gunungapi (submarine volcano atau seamount?) di
    luar busur volkanik. Indikasi adanya gunungapi
    atau tinggian seperti yang ditemukan Tim
    ekspedisi CGG Veritas (BPPT-LIPI-PPPGL-Berlin
    University) pada bulan Mei 2009 yang lalu
    sebenarnya bukan merupakan gunungapi baru.
    Beberapa peta batimetri dan citra satelit telah
    mencantumkan adanya tinggian tersebut, hanya
    sampai saat ini belum diberikan nama resmi
    (toponimi) yang tepat (PPPGL, 2008).

23
submarine volcano atau seamount
24
  • Lintasan survei deep-seismic CGGV-04  telah
    mendeteksi adanya puncak gunung bawah laut pada
    posisi koordinat 421.758 LU, 9925,002 BT.
    Puncak gunung bawah laut ini berada pada
    kedalaman 1.285 m dengan dasar atau kaki gunung
    pada kedalaman 5.902 m. Hasil interpretasi data
    memperlihatkan bahwa gunung bawah laut ini
    memiliki ketinggian 4.617 m dan Lebar kaki gunung
    sekitar 50 km. Lokasi gunung  bawah laut yang
    terdeteksi ini berada pada jarak 320 km sebelah
    barat dari Kota Bengkulu (Gambar 3). Namun
    demikian, berdasarkan konsepsi tektonik,
    gunungapi di Lantai Samudera tidak seberbahaya
    dibandingkan gunungapi yang terbentuk di tepian
    benua aktif. 

25
Gambar 3.   Gambaran geomorfologi pada zona
subduksi dan kenampakan seamount di kerak
samudera India, sumbu palung laut dan
prisma akresi di lepas pantai Bengkulu.
26
2. Geomorfologi Palung Laut
  • Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang
    dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter.
    Umumnya palung laut ini merupakan batas antara
    kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia
    sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah
    memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman
    (Gambar 4). 

27
(No Transcript)
28
Gambar 4. Satuan geomorfologi palung samudra di
sebelah selatan Jawa (PPPGL, 2008).
29
  • Beberapa patahan yang muncul di sekitar palung
    laut ini dapat reaktif kembali seperti yang
    diperlihatkan oleh hasil plot pusat-pusat gempa
    di sepanjang lepas pantai pulau Sumatera dan
    Jawa. Sesar mendatar Mentawai yang ditemukan pada
    Ekspedisi Mentawai Indonesia-Prancis tahun
    1990-an terindikasi sebagai sesar mendatar yang
    berpasangan namun di berarapa bagian
    memperihatkan bentuk sesar naik. Hal ini
    merupakan salah satu sebab makin meningkatnya
    tekanan kompresif dan seismisitas yang
    menimbulkan kegempaan.
  • Di bagian barat pulau Sumatera, pergerakan
    lempeng samudera India mengalibatkan terangkatnya
    sedimen (seabed) di kerak samudera dan
    prisma-prisma akresi yang merupakan bagian
    terluar dari kontinen. Sesar-sesar normal yang
    terbentuk di daerah bagian dalam yang memisahkan
    prisma akresi dengan busur  kepulauan (island
    arc) mengakibatkan peningkatan pasokan sedimen
    yang lebih besar (Lubis et al, 2007). Demikian
    pula akibat terjadinya pengangkatan tersebut maka
    morfologi palung laut di kawasan ini
    memperlihatkan bentuk lereng yang terjal dan
    sempit dibandingkan dengan palung yang terbentuk
    di kawasan timur Indonesia.

30
3. Geomorfologi Prisma Akresi
  • Pembentukan prisma akresi di dasar laut dikontrol
    oleh aktifitas tektonik sesar-sesar naik
    (thrusting) yang mengakibatkan proses
    pengangkatan (uplifting). Proses ini terjadi
    karena konsekuensi dari proses tumbukan antar
    segmen kontinen yang menyebabkan bagian tepian
    lempeng daerah tumbukan tersebut mengalami proses
    pengangkatan. Proses ini umumnya terjadi di
    kawasan barat Indonesia yaitu di samudra Hindia.

31
  • Pulau-pulau prisma akresi merupakan prisma akresi
    yang terangkat sampai ke permukaan laut sebagai
    konsekuensi desakan lempeng Samudera Hindia ke
    arah utara dengan kecepatan 6-7 cm/tahun terhadap
    lempeng Benua Asia-Eropa sebagai benua pasif
    menerima tekanan (Hamilton, 1979). Oleh sebab
    itulah pengangkatan dan sesar-sesar naik di
    beberapa tempat, seperti yang terjadi di Kep.
    Mentawai, Enggano, Nias, sampai Simelueu yang
    terangkat membentuk gugusan pulau-pulau memanjang
    parallel terhadap arah zona subduksi (Lubis,
    2009). 

32
  • Prisma akresi merupakan wilayah yang paling rawan
    terhadap kegempaan karena pusat-pusat gempa
    berada di bawahnya. Batuan prisma akresi memiliki
    ke-khasan tersendiri yaitu ditemukannya batuan
    campur-aduk (melange, ofiolit) yang umumnya
    berupa batuan Skist berumur muda. Sejarah
    kegempaan di kawasan ini membuktikan bahwa
    episentrum gempa-gempa kuat umumnya terletak pada
    prisma akresi ini karena merupakan gempa dangkal
    (kedalaman lt 30 Km). Gempa kuat yang pernah
    tercatat mencapai skala 9 Richter pada tagl 26
    Desember 2004. Beberapa ahli geologi juga masih
    mengkhawatirkan suatu saat akan terulang gempa
    sebesar ini di kawasan barat Bengkulu, karena
    prisma akresi di kawasan ini masih belum
    melepaskan energi kegempaan (locked zone)
    sementara kawasan disekitarnya sudah terpicu dan
    melepaskan energi melalui serangkaian gempa-gempa
    sedang-kuat.
  • Di Sumatera ditemukan dua prisma akresi, yaitu
    accretionary wedge 1 di bagian luar
    accretionary wedge 2 di bagian dalam outer arc
    high  yang memisahkan prisma akresi dengan
    cekungan busur muka (Mentawai forearc asin).
    Adanya  outer arc high yang memisahkan dua prisma
    akresi tersebut mengalibatkan sedimen yang
    berasal dari daratan induknya tidak dapat menerus
    ke bagian barat  tetapi terendapkan di cekungan
    busur muka.

33
  • Gambar 5. memperlihatkan prisma akresi yang naik
    ke permukaan laut membentuk pulau-pulau prisma
    akresi di lepas pantai Aceh, sedangkan contoh
    prisma akresi yang belum naik ke permukaan laut
    diperlihatkan pada Gambar 6. yaitu prisma akresi
    di lepas pantai selatan Jawa.
  • Selain itu proses pembentukan lainnya yang lazim
    terjadi di kawasan ini adalah aktifnya patahan
    (sesar) dan amblasan (subsidensi) di sekitar
    pantai sehingga pulau-pulau akresi yang terbentuk
    terpisah dari daratan utamanya (Cruise Report
    SO00-2, 2009). 

34
Gambar 5. Geomorfologi prisma akresi yang naik
kepermukaan sebagai pulau prisma akresi di lepas
pantai sebelah barat Aceh.
35
Gambar 6. Geomorfologi prisma akresi di selatan
Jawa yang belum muncul ke permukaan laut
36
4. Geomorfologi Cekungan Busur Muka
  • Survey kemitraan Indonesia-Jerman Sonne Cruise
    186-2 SeaCause-II dilaksanakan pada tahun 2006 di
    perairan barat Aceh sampai ke wilayah Landas
    Kontinen di luar 200 mil.  Hasil interpretasi
    lintasan-lintasan seismik yang memotong cekungan
    Simeulue yaitu lintasan 135-139 memperlihatkan
    indikasi cekungan busur muka Simelue merupakan
    cekungan a-symetri laut dalam dengan kedalaman
    laut antara 1.000-1.500m, makin ke barat
    ketebalan sedimen makin tebal mencapai 5.000m
    lebih.

37
  • Di sisi barat cekungan ini ditemukan sesar-sesar
    mendatar (kelanjutan Sesar Mentawai?)  yang
    mengontrol aktifnya sesar-sesar tumbuh (growth
    fault) sehingga mengakibatkan deformasi struktur
    batuan sedimen pada tepian cekungan. Berdasarkan
    seismik stratigrafi, umur sedimen pengisi
    cekungan ini relatif muda (Miocene) sehingga
    kurang memungkinkan terjadi pematangan sebagai
    source rock (IPA, 2002). Selain itu, tingkat
    pematangan (maturitas) batuan reservoar relatif
    rendah karena laju pengendapan yg relatif cepat
    di laut dalam, demikian pula dengan pengaruh
    proses pematangan diagenesa volkanisme di bagian
    timur yang jaraknya terlalu jauh.
  • Salah satu contoh terbaik terbentuknya cekungan
    busur muka adalah cekungan Lombok yang telah
    teridentifikasi memiliki komponen toponimi yang
    lengkap, seperti koordinat (x,y,z), batas-batas
    cekungan, luas, kedalaman, dsb. (Gambar 7).

38
Gambar 7. Geomorfologi cekungan Lombok sebagai
cekungan busur muka (PPPGL, 2008)
39
IV.  KESIMPULAN
  • Berdasarkan hasil re-interpretasi rekaman
    seismic, citra seabeam, serta data batimetrik
    dari beberapa lintasan yang memotong zona
    subduksi pada system tektonik tepian lempeng
    aktif, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan,
    diantaranya
  • Batas penunjaman lempeng samudera India dengan
    lempeng Eurasia secara tegas membentuk satuan
    geomorfologi palung samudera dengan kedalaman
    antara 6.000-7.000 meter yang arahnya tegak lurus
    terhadap arah penunjaman.
  • Sebagai konsekuensi logis penunjaman lempeng
    samudera yang mempunyai densitas lebih tinggi
    dibandingkan lempeng benua maka terbentuk satuan
    geomorfologi prisma akresi yang merupakan proses
    campur-aduk dimana terjadi deformasi dasar laut
    secara besar-besaran. Proses geologi yang umum
    terjadi adalah perlipatandan sesar-sesar naik
    yang disertai dengan proses pengangkatan.
    Sesar-sesar normal dan mendatar banyak dijumpai
    pada daerah yang jauh dari palung samudera
    terutama pada punggungan dan tepian cekungan.
  • Cekungan busur muka terbentuk antara punggungan
    busur muka dan busur gunungapi dimana proses
    sedimentasi dominan berasal dari bagian kontinen,
    sehingga umumnya membentuk geomorfologi cekungan
    memanjang a-symetri.
  • Gambaran geomorfologi dasar laut di tepian
    lempeng aktif di barat Sumatera dan selatan Jawa
    memperlihatkan batas satuan yang jelas dan tegas
    sehingga merupakan contoh bentuk geomorfologi
    zona penunjaman yang terbaik di dunia. 
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com