Title: College e51 Inleiding Railbouwkunde
1BAB VIIIPIPE STRESS REQUIREMENTS
- Failures Theories
- Stress Catagories
- Stress limits
- Fatigue
- B31.1 Power Piping Code
- B31.3 Chemical Plant and Petroleum Refinery
Piping Code - B31.7 Nuclear Power Piping Code
- B31.8 Gas Transmission and Distribution Piping
Code - ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section III
28.1 Introduction
- Untuk menumpu/restrain sistem perpipaan code
telah menstandardkan persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi ? design criteria - ANSI Piping Code dan ASME Boiler and Pressure
Vessel Code ? informasi yang diperlukan dlm
design - Allowable material stress value
- Design equation governing stress
- Temperature effect
- Other design environtments
38.2 Failures Theories
- Teori Tegangan Normal Maksimum (TTNM)
- Teori Tegangan Geser Maksimum (TTGM)
- Teori Regangan Normal Maksimal (TRNM)
- Teori Energi Regangan Total (TERT)
- Teori Energi Distorsi (TED)
-
41. TEORI TEGANGAN NORMAL MAKSIMUM (TEORI RAKINE)
- Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Rankine
- Kegagalan akan terjadi jika tegangan utama
maksimum sama atau lebih besar dibandingkan
tegangan normal maksimum pada saat terjadinya
kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial. - Atau dalam bentuk matematik dapat dituliskan sbb.
-
Catatan Perlu dicatat bahwa kegagalan yang
diprediksi dengan TTNM akan terjadi jika salah
satu dari hubungan terpenuhi.
5Lingkaran Mohr menunjukkan tegangan maksimum
6Hasil pengujian uniaksial baja
7Representasi grafis TTNM
82. TEORI TEGANGAN GESER MAKSIMUM (TEORI
TRESCA-GUEST)
- Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Tresca
(1865) , eksperimental oleh Guest (1900) - Kegagalan diprediksi terjadi tegangan geser
maksimum sama atau lebih besar dibandingkan
tegangan geser maksimum pada saat terjadinya
kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial. - Atau dalam bentuk matematik dapat dituliskan sbb.
-
Catatan Perlu dicatat bahwa kegagalan yang
diprediksi dengan TTGM akan terjadi jika salah
satu dari persamaan terpenuhi.
9Representasi grafis TTGM
103. TEORI REGANGAN NORMAL MAKSIMUM (TEORI ST.
VENANTS)
- Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Beltrami
(1885) - Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan
tegangan multiaksial jika energi regangan total
per satuan volume menjadi sama atau lebih besar
dibandingkan energi regangan total per satuan
volume pada saat terjadinya kegagalan dalam
pengujian tegangan uniaksial sederhana yang
menggunakan spesimen dengan material yang sama. - Atau dalam bentuk matematik dapat dituliskan sbb.
-
Catatan Perlu dicatat bahwa kegagalan yang
diprediksi dengan TRNM akan terjadi jika salah
satu dari hubungan pada rumus (8.3) terpenuhi.
11 Representasi grafis TRNM
124. TEORI ENERGI REGANGAN TOTAL (TEORI BELTRAMI)
- Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh St. Venant
- Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan
tegangan multiaksial jika regangan normal utama
maksimum sama atau lebih besar dibandingkan
regangan normal maksimum pada saat terjadinya
kegagalan dalam pengujian tegangan uniaksial
sederhana yang menggunakan spesimen dengan
material yang sama. - Atau dalam bentuk matematik dapat dituliskan sbb.
-
- Catatan
- Penurunan rumus seperti persamaan (8.4) dapat
diperoleh pada buku referensi Ref 1 atau buku
teori kegagalan atau elemen mesin lainnya.
13Representasi grafis TERT
145. TEORI ENERGI DISTORSI (TEORI HUBER-VON
MISES-HENGKY)
- Teori kegagalan ini diperkenalkan Huber (1904)
dan kemudian oleh adanya kontribusi Von Mises dan
Hengky - Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan
tegangan multiaksial jika energi distorsi per
satuan volume sama atau lebih besar dibandingkan
energi distorsi per satuan volume pada saat
terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan
uniaksial sederhana yang menggunakan spesimen
dengan material yang sama. - Atau dalam bentuk matematik dapat dituliskan sbb.
- Catatan
- Penurunan rumus seperti persamaan (8.5) dapat
diperoleh pada buku referensi Ref 1 atau buku
teori kegagalan atau elemen mesin lainnya. - Teori ini juga dinamakan teori tegangan geser
oktahedral (octahedral shearing stress) karena
sama-sama menghasilkan hubungan seperti pada
persamaan (8.5) .
15Representasi grafis TED
166. PERBANDINGAN TEORI KEGAGALAN DALAM KASUS
KEADAAN TEGANGAN BIDANG
17Perbandingan data kekuatan biaksial dengan TED
dan TTGM untuk berbagai jenis material ulet/liat
18Perbandingan data kekuatan biaksial dengan TTNM
untuk berbagai jenis material getas
19Failures Theory yang diadopsi Code
- ANSI B31 dan ASME section III sub NC dan ND
(classes 2 and 3) menggunakan Teori Tegangan
Normal Maksimum ? Alasan - mudah diaplikasikan
- acceptable safe results (suitable SF)
- ASME section VIII sub NB (class 1) menggunakan
Teori Tegangan Geser Maksimum - ? Alasan
- lebih akurat
- lebih konservatif
- jika semua principal stress sama ??
208.3 Stress Catagories
- Mode kegagalan yang di-cover code
- Bursting atau excessive plastic deformation
- Plastic instability
- Incremental collaps due to cycling in platic
range - High strain low cycle fatigue
- Mode kegagalan yang tidak di-cover code
- Buckling
- Stress corrosion
- Brittle fracture
21Catagori Stress
- 1. Primary Stress
- Menimbulkan kegagalan deformasi plastis, bursting
- Disebabkan oleh mechanical loadings
- Kegagalan baru terjadi jika seluruh cross section
mencapai yield strength - Not self limiting
- Pencegahan failure penghilangan beban
- strain hardening
22- 2. Secondary Stress
- Menimbulkan kegagalan plastic instability dan
incremental collapse - Disebabkan oleh thermal expansion, anchor dan
restraint movement - self limiting
- 3. Peak Stress
- Menimbulkan kegagalan fatigue
- Tegangan lokal tertinggi yang menimbulkan
kegagalan fatigue
238.4 Fatigue
- Tegangan bolak-balik dapat menimbulkan kegagalan
fatigue - Mekanisme localized discontinuities menjadi
initial crack ? merambat akibat beban bolak balik - Occur with litle or no warning
Gambar beban bolak balik
24- Klasifikasi
- 1. Low-cycle fatigue
- Setiap siklus terjadi significant plastic
strain - High loads and small number of cycle before
failure - Kegagalan terjadi pada siklus lt 105
- 2. High cycle fatigue
- strain cycle dalam elastic range
- beban relatif rendah, high cycle
- Kegagalan terjadi pada siklus gt 106
Dalam struktur perpipaan, kegagalan fatigue
umumnya low-cycle fatigue
25- S-N CURVE beberapa jenis material
Ferro alloys
Al alloys
Non Metal
26- APLIKASI PADA SISTEM PERPIPAAN
- Beban alternating pada sistem perpipaan umumnya
besarnya bervariasi selama service life - Formula sederhana verified by eksperimental
U usage factor ni jumlah siklus
operasi pada level stress i Ni Jumlah
siklus sampai failure pada level
stress i di S-N curve
278.5 Service Levels Loads
- Berdasarkan durasi aplikasi beban, primary load
diklasifikasikan menjadi dua jenis - Sustained load
- Beban ini selalu ada selama umur operasi plant
- Ex berat struktur, berat fluida, tekanan
fluida - Occasional load
- Beban yang terjadi hanya dalam waktu relatif
singkat dibandingkan umur operasi plant - Ex high winds, fluid hammer, relief valve
discharge, gempa,
28- Service level didasarkan pada safety perpipaan
dalam menahan beban dibagai menjadi 4 level (ASME
code Section VIII) - Level A (normal)
- Instalasi bekerja dibawah beban normal seperti
yang didesign - Level B (Upset)
- Instalasi bekerja dibawah beban normal dan beban
occasional ? instalasi tidak boleh mengalami
kerusakan - Level C (emergency)
- Pembebanan diasosiasikan dengan design
accident. Instalasi harus mampu shotdown dengan
aman. Tidak ada kerusakan, tetapi perlu inspeksi
setelah shutdown. Ex SSE safe shutdown
earthquake - Level D (faulted)
- Pembebanan diasosiasikan extreme accidents dan
kemungkinan kecil diperihitungkan dlm design.
298.6 B31 Basic Reference Data Formula
- Material specifications and component standards
yang dapat diterima sesuai code - Acceptable dimensional standards for elements
comprising piping systems - Requirements for the pressure design component
parts and assembly units - Requirements for the evaluation and limitation of
stresses, reactions, and movements - Requirements for the fabrication, assembly, and
erection of piping system - Requirements for examination, inspection, and
testing of piping system
308.6.1 B31.1 Power Piping Code
- Stress due to Sustained loadings
- Pressure, weight(live, dead, and under test
loads), other mechanical load
P internal design pressure (gauge),
psi(kPa) D0 outside diameter of pipe, in
(mm) tn nominal wall thickness, in (mm) MA
resultan momen pada penampang, in.lb (mm.N) Z
section modulus, in3 (mm3) i stress
intensification factors Sh Basic material
allowable stress pada temp. maksimum, psi (kPa)
31Tabel stress intensification factors
32Tabel stress intensification factors
33- Stress due to Occasional Loadings
- Sustained loading cccasional loading (including
earthquake)
k 1.15 jika beban occasional lt 10 perioda
operasi 1.2 jika beban occasional lt 1
perioda operasi MB resultan momen pada
penampang akibat beban occasional (jika gempa
diperhitungkan gunakan 0.5 Mgempa, in.lb (mm.N)
34- Stress due to expansion loadings
- Thermal expansion
Faktor reduksi f
Jml siklus temp f
lt 7000 1.0
7 000-14 000 0.9
22 000-22 000 0.8
22 000-45 000 0.7
45 000-100 000 0.6
gt 100 000 0.5
MC resultan momen pada penampang akibat
ekspansi thermal, in.lb (mm.N) SA allowable
stress for thermal ekspansion f(1.25Sc
0.25Sh) , psi (kPa) Sc basic allowable stress
(cold), psi (kPa) f faktor reduksi akibat beban
cyclic (tabel) SL sustained stress
35- B31.1 - Perhitungan Basic allowable stress SC dan
Sh ditentukan dari nilai minimum - 0.25 ?ultimate pada temperatur operasi yang
didesign - 0.25 ?ultimate pada temperatur instalasi
- 0.625 ?yield pada temperatur operasi yang
didesign - 0.625 ?yield pada temperatur instalasi
36 8.6.2 B31.3 Chemical Plants Petroleum Refinery
- Stress due to Sustained loadings
- The longitudinal stress SL akibat tekanan, berat,
dll tidak boleh melebihi Sh - Dalam perhitungan SL tebal pipa tidak termasuk
corrosion allowance, erosion, threads, groove
depth
- Stress due to Occasional loadings
- The longitudinal stress SL akibat sustained
loading occasional loading tidak boleh melebihi
1.33Sh - Beban angin dan gempa tidak terjadi bersamaan
37- Stress due to thermal expansion loading
Bending stress
Torsional stress
ii in-plane stress intensification factor io
out-plane stress intensification factor Mi
in-plane bending moment Mo outplane bending
moment
Mt torsional moment, in.lb (mm.N) Z section
modulus, in3 (mm3)
38- B31.3 - Perhitungan Basic allowable stress SC dan
Sh ditentukan dari nilai minimum - (1/3) ?ultimate pada temperatur kamar
- (1/3) ?ultimate pada temperatur operasi yang di
design - (2/3) ?yield pada temperatur kamar
- (2/3) ?yield pada temperatur operasi yang di
design - (khusus austenitic SS Nickel alloys ? 0.9
?yield - 100 average stress for 0.01 creep rate per
1000 jam - 67 average stress for rupture at the end of 100
000 jam - 80 minimum stress rupture at the end of 100 000
jam -
39 8.6.3 B31.8 Gas Transmission and Distribution
- Stress due to Primary loadings
- The total longitudinal stress SL akibat primary
loading (tekanan, berat, wind dll) dibatasi sbb
S specified minimum yield strength F
construction factor T temperatur derating
factor
Construction type Design factor F
A sparsely populated area - mountains, dessert, dll. 0.72
B fringe area - pinggir kota, pedesaan dll. 0.60
C dalam kota dengan bangunan lt 3 lantai 0.50
D dalam kota dengan bangunan tinggi 0.40
40T Temperatur derating factor
Temperatur T
2500F (1210C) atau kurang 1.000
3000F (1490C) 0.967
3500F (1770C) 0.933
4000F (2040C) 0.900
4500F (2320C) 0.867
41- Stress due to thermal expansion loading
Bending stress
Torsional stress
S Minimum yield strength MB resultant
bending moment Z section modulus i stress
intensification factor
Mt torsional moment
- Stress due to primary expansion loading lt S
428.6.4 ASME Boiler and Pressure Vessel Code
Section VIII, subsection ND
- Primary Stress Intensity Check
B1, B2 primary stress index P design gauge
pressure, psi (kPa) D0 outside diameter, in
(mm) t nominal wall thickness, in (mm) I
momen inersia penampang, in4 (mm4) Mi resultan
momen pada penampang, in.lb (mm.N) k 1.5
untuk level A, 1.8 untuk level B, 2.25 for level
C Sm allowable stress intensity value, psi (kPa)
43- Primary plus Secondary Stress Intensity Range
- Mengevaluasi stress pada sistem dari satu load
set ke load set yang lain
C1, C2, C3 secondary stress index for
component under investigation Mi resultan momen
yang terjadi akibat perubahan load set, in.lb
(mm.N) P0 range of service pressure, psi
(kPa) Ta, Tb Range of average temperature on
side a or b ?a,b coefficient of thermal
expansion on side a or b, in/(in.0F)mm/(mm.0C) Ea
b average modulus elasticity (pada temp kamar)
44- Peak Stress Intensity range and fatigue analysis
45Peak stress dihitung dengan persamaan
K1, K2, K3 local stress index for component
under investigation ? Poissons ratio
46Untuk setiap Sp alternating stress intensity
dihitung dengan
m, n material parameters
Material m n
Low alloy steel 2.0 0.2
Martensitic stainless steel 2.0 0.2
Carbon steel 3.0 0.3
Austenitic stainless steel 1.7 0.3
Nickel chrome iron 1.7 0.3
47Cummulative effect of stress cycles 1. Jumlah
siklus pembebanan untuk setiap tipe diberi simbul
n1, n2, dst 2. Untuk setiap siklus tegangan
hitung Salt 3. Aplikasikan Salt pada S-N curve
untuk mendapatkan umur siklus dengan tegangan
Salt (Code Appendix) 4. Hitung usage factor
untuk setiap stress cycle 5. Cumulative usage
factor U U1 U2
488.6.5 ASME Boiler and Pressure Vessel Code
Section III, subsection NC dan ND
- Stresses due Sustained Loading
Longitudinal pressure
B1, B2 primary stress index P design gauge
pressure, psi (kPa) D0 outside diameter, in
(mm) tn nominal wall thickness, in (mm) I
momen inersia penampang, in4 (mm4) MA resultan
momen pada penampang, in.lb (mm.N) Z section
modulus Sh basic material allowable stress, psi
(kPa)
49- Stress due to Occasional Loadings
- Sustained loading occasional loading (including
earthquake)
Pmax peak gauge pressure, psi (kPa) MB
resultan momen pada penampang akibat beban
sustained MB resultan momen pada penampang
akibat beban occasional
50- Stress due to thermal expansion
atau
MC resultan momen akibat thermal expansion SA
Allowable stress for thermal expansion
f(1.25SC0.25Sh) SC basic alloable stress
(temp kamar) f stress reduction factor karena
beban cyclic (tabel)
51- Stress due to unrepated anchor movement
MD resultan momen akibat anchor movement
- Catatan
- Basic allowable stress adalah nilai terendah dari
- 0.25 ?ultimate pada temperatur operasi
- 0.25 ?ultimate pada temperatur instalasi
- 0.625 ?yield pada temperatur operasi
- 0.625 ?yield pada temperatur instalasi
52Perbandingan allowable stress (ksi)
53END OF CHAPTER VIII