Title: PROGRAM DOKTOR UNIVERSITAS TARUMANEGARA
1PROGRAM DOKTORUNIVERSITAS TARUMANEGARA
- FILSAFAT ILMU
- Dr. NOVI ANOEGRAJEKTI, M.HUM.
2BAHAN BACAAN
- Kertanegara, Mulyadhi. 2005. Integrasi Ilmu
Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung PT Mizan
Pustaka. - Akhyar Yusuf Lubis.2004 Metodologi
Posmodernis. Cimanggis AkademiaA. - Tim Dosen Fil.Ilm. UGM. 2003. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta Liberty. - Poedjawijatna, I.R. 2004. Tahu dan Pengetahuan
Pengantar ke Ilmu dan Filsafat. Jakarta
Rineka Cipta.
3Reduksionisme dalam IP Moderen
- Paradigma positivisme telah melahirkan bahwa
manusia sama dengan alam, manusia hanya merupakan
produk evolusi yang terjadi secara kebetulan
(Charles Darwin).Rene Descartes (1596-1650)
mewariskan cara pandang bhw manusia sebagai tubuh
yang mekanis. - Thomas Hobbes dan Le Matrie menyamakan manusia
dengan mesin yang bergerak secara mekanis
sehingga manusia sepenuhnya bertingkah laku
berdasarkan gerak mekanis tersebut. - Dalam psikologi, Freud menitikbertakan pada aspek
determinisme dan pandangan mekanis dalam teori
psikoanalisa dan stimulus respon pada
behaviorisme.
4- Pandangan yg menyamakan manusia dengan alam yang
melihat hanya dari satu aspek atau dimensi saja
adalah bentuk reduksionisme. - Bentuk reduksionisme dapat juga dilihat ketika
seseorang hanya melihat manusia dari
aspek/dimensi intelek , emosional atau aspek
spiritual saja. - Pandangan dlm IP moderen cenderung sangat
reduksionis dan selalu menekankan dimensi yang
teramati dan terukur. Hal ini disebabkan pengaruh
naturalisme dan materialisme ilmiah sbg aliran
pemikiran yang dominan setelah zaman pencerahan -
5- Pergeseran paradigma abad pertengahan yg
didasarkan pada filsafat Aristoteles dan teologi
kristen, berubah secara radikal melalui pemikir
Renaisans dan Pencerahan. - Pandangan alam semesta organik, hidup dan
spiritual digantikan pandangan alam semesta
sebagai sebuah mesin. - Perubahan ini didahului penemuan dalam bidang
fisika, astronomi dan matematika, dgn tokohnya
Galileo Galilei dan Newton yg membatasi IP pada
fenomena yg dapat diukur dan dikuantifikasi.
6- Ketika Galileo mengatakan bahwa alam adalah
sebuah buku yang ditulis dalam bahasa matematika,
maka yang dimaksudkan adalah bahasa ilmiah yang
reduksionis. - Misal Bahasa Matematika yg tidak hanya
berfungsi untuk keterukuran dan kepastian akan
tetapi juga berkemampuan untuk mempresentasikan
benda (objek apa adanya).Kosa kata hrs sesuai dgn
realitas. - Descartes menciptakan model berpikir analitik,
dengan memecah fenome (realitas) yg rumit ke
dalam kepingan-kepinga, untuk mengetahui
keseluruhan dari sifat bagian-bagiannya secara
pasti
7- Pemikir Renaisans dan Pencerahan menciptakan
gambaran alam sebagai mesin yang sempurna yang
diatur oleh hukum-hukum matematis, puncaknya pada
penemuan mekanika oleh Newton. - Freud dalam The Interpretation of Dream
menyatakan bahwa mahluk hidup (manusia) lahir dan
berkembang akibat daya-daya kosmik terhadap
benda-benda anorganik.
8- Daya kosmik mendorong proses evolusi dari
binatang paling sederhana menuju manusia. - Manusia memperoleh aneka dorongan dasar yang
lebih bersifat turunan dan naluriah dimana
dorongan seks yang paling dominan dalam
menentukan tingkah laku manusia. -
- Atas asumsi ini, Freud lalu berusaha mereduksi
tingkah laku manusia ke dalam ukuran
fisis-kimiawi belaka. Bahkan tingkah laku manusia
sepenuhnya ditentukan secara determinis oleh
dinamika (daya dorong dan penghambat) dari
id, ego, dan super ego -
9- Tokoh behavioris seperti Ivan Pavlov, John B.
Watson, B.F Skinner menerapkan paradigma
positivisme pada psikologi. - Watson dalam bukunya Behaviorism menyatakan,
bahwa manusia adalah binatang perbedaannya hanya
pada tingkah laku yang ditampilkannya. -
- Atas dasar asumsi dan demi alasan objektivisme
ilmiah, maka kaum behavioris melakukan percobaan
psikologisnya melalui tingkah laku binatang
(anjing, tikus, monyet) dan mengasumsikan hasil
penelitiannya dapat berlaku pada manusia karena
adanya persamaan ontologism -
10- Dominasi pandangan paradigma positivisme ilmiah
berlangsung sampai munculnya kritik-kritik tajam
terhadap asumsi-asumsi positivisme yangmunculnya
sekitar tahun 1960-an/70-an. - Tokohnya seperti Karl R. Popper, Thomas S. Kuhn,
Michael Polanyi, Paul Feyerabend dan tokoh
postmodernis Heidegger, Gadamer, Derrida, Michael
Foucault dan Richard Rorty. - Semua tokoh tersebut diberi predikat sebagai anti
fundasionalis dan memiliki andil besar bagi
perkembangan pluralisme paradigma ilmiah.
11- Karl R. Popper dlm bukunya The Poverty of
Hitoricism menjelaskan perbedaan yg menyolok
antara kelompok pronaturalis ( yg mendukung
penggunaan metode ilmu alam untuk ilmu sosial
humaniora) dgn pendukung anti naturalis.
Pertimbangannya adalah karena adanya perbedaan yg
sangat mendasar antara eksistensi manusi dengan
alam dan hewan. -
12Perbedaan Doktrin Pronaturalis dan antinaturalis
Problem Ilmu alam Sosial-Humaniora
Generalisasi Ya (uniformitas alam) Tidak (keunikan hterogenitas)
Eksperimen Ya terkontrol Tidak sulit dikontrol
Kebaruan Statis Dinamis
Kompelsitas Tidak rumit Kompleks
Prediksi Ya Sulit
Obyektifitas Ya Tidak
Holisme Tidak Ya
Intuisi Tidak Ya
Nominalis Nominalis Esensialis
Kuantitatif Ya Tidak
13- Pengelompokan ini didasarkan pada adanya
perbedaan ontologi sejalan dengan pemilahan
epistemologis antara IP alam dengan IP yang
berhubungan dengan ilmu Humaniora yg memiliki
Geist (jiwa) - Ilmu yang termasuk pada Geisteswissenschaften
adalah IP yang berhubungan dgn manusia, fenomena
manusia dipandang memiliki keunikan, kesadaran,
tingkah laku, makna dan tujuan hidup. - Tingkah laku manusia adalah tingkah laku yg
bertujuan dan bermakna jadi ada perbedaan yg
mendasar antara objek kajian (ontologi) antara
kedua bidang.
14Perbedaan antara ilmu-ilmu empiris dengan non
empiris
Kelompok Ilmu Subjek-Objek Metode Tujuan
Ilmu Formal Objeknya Dunia III Universal Deduktif-Axiomatis Kepastian Universalitas
Ilmu Alam Objek anorganis Jarak S-O Empiris Deduktif Induktif Explanasi klausal -mekanis Prediksi Retroduksi Nomotetis
Ilmu hayat Objek organik Empiris Deduktif Induktif Eksplanasi Fungsional
Ilmu Sosial Manusia dan masyarakat Empiris Deduktif Induktif Intuitif Fenomenologis Hermeneutis Eksplanasi Kualitatif Verstehen
Ilmu Budaya Manusia dan Budaya Empiris Fenomenologis Hermenutika Semiotika Framing Deskripsi Retrodiksi Verstehen Kualitatif
15- Kritik terhadap paradigma positivisme dapat
dimasukkan dalam 2(dua) sisi yaitu - 1. Kritik internal
- 2. Kritik eksternal
- Kritik internal bersifat dekonstruksi seperti
- 1. Penekanan pada generalisasi dan universalitas
teori - 2. Positivisme mengabaikan makna dan tujuan
penelitian, sementara penelitian tentang tingkah
laku manusia tidak dapat dipahami tanpa mengacu
pada makna, tujuan dan motivasi - 3. Positisme menekankan pada teori agung
sehingga mengabaikan konteks lokal. - 4. Paradigma positivisme menekankan pencarian
hukum alam - 5. Postivisme hanya menekankan konteks
pembenaran sehingga mengabaikan konteks penemuan
16- Kritik eskternal bukan hanya berkaitan dengan
kualifikasi pendekatan ilmiah akan tetapi berupa
penyesuaian asusmi-asumsi yang membimbing
penelitian bersama kelompok ilmuwan tertentu. - Kritik eksternal antara lain adalah
- 1. Ketergantungan fakta pada teori
- 2. Kritik terhadap metode induksi yang disebut
juga dengan the underdetermination of theory. - Popper menolak prinsip verifikasi sebagai
kriteria untuk menentukan antara ilmu dan
non-ilmu lalu menggantikannya dengan falsifikasi.
- Sebagai pengganti kebenaran obyektif teori,
Popper memasukkan konsep teori yang benar untuk
sementara (tentative theory) sebelum dibuktikan
salah. Pergantian teori dengan teori baru menurut
Popper adalah sebagai upaya ilmuwan untuk semakin
lama mendekati kebenaran
17- Kuhn berpendapat bahwa tidak ada standar
keilmiahan yang lebih tinggi selain konvensi
masyarakat ilmiah yang bersangkutan. - Kuhn juga berpendapat bahwa adanya kemungkinan
adanya paradigma yang bersaing dalam IP.
Sementara Ritzer mengemukakan bahwa sosiologi
sebagai ilmu yang berparadigma ganda. - Karya Durkeheim, dalam The Role of Sosiological
Method dijadikan sebagai contoh penelitian dalam
paradigma positivisme dikarenakan buku itu
mengandung konsep-konsep dasar tentang metode
penelitian empiris dalam lapangan sosiologis
18- Sosiologi dalam pandangan Durkheim harus
didasarkan atas fakta material dan non material,
seperti egoisme, altruisme, dan opini. - Paradigma definisi sosial menyatakan bahwa
sosiologi membahas tindakan sosial antar hubungan
sosial, yaitu tindakan yang penuh arti atau
tindakan yang mengandung arti subyektif (problem
ontologi). - Bagi Weber sosiologi adalah ilmu yang berusaha
memahami dan menafsirkan tindakan sosial serta
hubungan sosial, namun tujuannya tetap penjelasan
kausal.
19- Ada tiga teori yang termasuk dalam payung
paradigma ini yaitu - 1. Teori Aksi
- 2. Teori Interaksionisme.
- 3. Teori Fenomenologi.
- Jika sosiologi intepretatif Weber masih
mengandaikan adanya kesatuan interpretasi dan
pencarian hukum-hukum sosial (masih terpengaruh
positivisme ilmiah) maka berbeda dengan Thomas
S.Swandt yang memasukkan metode hermeneutika,
fenomenologi bukan berada pada payung paradigma
positivisme akan tetapi dalam payung paradigma
kosntruktivisme. - Metode konstruktivisme ini mengandung metode
interpretasi, fenomenologi, interpretasi-hermeneut
ik, psostrukturalisme dan interaksionisme
simbolik.
20Perbedaan Asumsi Paradigma Lama (Positivisme) dan
Paradigma Baru
Paradima Lama Paradigma Baru
Pengukuran, perhitungan, prediksi, kontrol Pemahaman, deskripsi, prediksi
Kausalitas, frekuensi Makna
Reduksi pada angka (kuantitatif) Bahasa, wacana, simbol
Atomistik Holistik
Universal Partikular
Bebas Konteks Terkait Konteks Budaya
Obyektivitas Subjektivitas
21- Paradigma lama menggunakan metode kuantitatif
maka pengukuran perhitungan, analisa statistik,
penemuan hukum, tindakan kontrol menjadi faktor
yang sangat penting. Bahkan oleh lingkaran Wina
(Positivisme logis) metode empiris-kuantitatif
dijadikan sebagai satu-satunya metode yg valid
bagi IP. - Dalam pandangan ini IP bertujuan meneukan hukum
alam, ilmu sosial budaya mencoba menemukan hukum
stimulus respon pada psikologi behaviorisme.
Dalam paradigma ini alam dapat dianalisis dalam
bagian-bagian
22- Sementara hasil IP dianggap menggambarkan
keseluruhan objek yang diteliti, bebas dari bias
dan nilai-nilai subjek dan konteks
sosila-historis, maka IP dinyatakan objektif dan
bersifat Universal. - Bila alam diasumsikan sama dngan hewan dan
manusia maka metode untuk ilmu alam dan biologi
dapat pula diterapkan pada ilmu budaya dan
humaniorakarena adanya kesamaan asumsi kesamaan.
Bertolak dari asumsi-asumsi ontologis itu, maka
kaum positivisme mengajukan adanya kesatuan
metode ilmiah (kesatuan metodologis). - Pandangan bahwa ada satu metode dan kriteria yang
terpercaya bagi IP disebut fundasionalisme
epistemologis. Rene Descarte, Locke, Hume, dan
Comte dapat juga disebut sebagai tokoh
epistemologi fundasionalis.
23- Rene Descarte menempatkan ratio sebagai fondasi
IP, Locke dan Hume, meletakkan empiris sebagai
fondasi IP. Kaum rationalis disebut sebagai
kelompok fundasionalis karena percaya bahwa ratio
dapat menemukan kebenaran yang pasti , tidak
dapat diragukan dan tidak dapat dikoreksi.
24Anti Fundasionalisme dan Analisis Keterbatasan
keilmuan
- Tokoh filsafat IP pasca positivis dan posmodernis
tidak mempercayai sepenuhnya fundasionalisme
dengan alasan keterbatasan manusia. Terhadap
ratio, empiri, bahasa, latar belakang sosial
budaya yang bertujuan untuk mengetahui
keterbatasan manusia (subjek ilmuwan) dalam dunia
relaitas. - Nietzsche dianggap sebagai tokoh
antifundasionalisme yg mendukung analisis
keterbatasa manusia dalam menemukan kebenaran. - Ia mengungkapkan konsep perspektivisme yg membawa
pada pluralisme ilmiah dan budaya
25Anti Fundasionalisme dan Analisis Keterbatasan
keilmuan
- Perspektivisme adalah suatu pandangan yang
percaya bahwa pengetahuan dan penilaian atas IP
bersifat perspektivis artinya pengetahuan
senantiasa terjadi didalam kerangka (paradigma,
sudut pandang, konseptual) suatu realitas/fakta
dijelaskan. - Michel Foulcault pemikir konstruktivis menyatakan
bahwa untuk mengetahui kebenaran (objektif
universal) sangat tergantung pada kemampuan
manusia ,perangkat mental yang berevolusi dan
media penelitian yang memiliki keterbatasan.
Tidak benar jika pendapat dan kritik terhadap
keterbatasan manusia dan perangkat yg dimilikinya
dikataksn sebagai bentuk pesimisme, nihilisme
atau relativsme. - Secara umum aliran filsafat menerima bahwa semua
IP dan filsafat disusun menggunakan wacana
bahasa. Jadi ada ketergantungan IP pada bahasa.
Karena bahasa adalah alat untuk menjelaskan
realitas, sementara bahasa memiliki keterbatasan
dan sifatnya arbiter
26Asumsi Metafisik dan Pluralisme Paradigma Ilmiah
- Kaum eksistensialis menolak penerapan
epistemologi posivisme terhadap manusia karena
melihat manusia sebagai memiliki keunikan.
Manusia sebagai sebuah misteri. Tuntutan
penggunaan metode ilmu alam pada fenomena manusia
tidak lain karena ketidaktahuan yang mendasar
tentang perbedaan antara manusia dengan benda
fisis. - Gadamer menolak kesatuan kebenaran pada kaum
rasionalis dengan menyatakan pengetahuan yang
diinformasikan didasarkan atas tradisi dan
prasangka sehingga IP tidak bersifat
objektif-universal.
27 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang
mendasarinya
- Paradigma Pospositivisme memodifikasikan
asumsi-asumsi paradigma positivisme, memodifikasi
realisme naif dgn menolak bahwa IP dapat
menjelaskan relaitas apa adanya. - PP menolak anggapan bahwa ilmuwan sama sekali
tidak terlibat dalam mengkonstruksi ilmu atau
dalam melihat realitas. - Seperti halnya Kuhn melalui paradigma, kerangka
konseptual yang dipilih ilmuwan berperan
menentukan realitas - Epistemologi pospositivisme paradigma PP
memodifikasi asumsi dualisme dan objektivisme dgn
mengemukakan keterkaitan antara teori dan fakta,
keterkaitan antara fakta dan nilai dan
keterkaitan antara subyek dengan obyek. - Paradigma teori Kritis realitas diasumsikan sbg
sesuatu yg dapat dipahami dan bersifat plastis
dan dipengaruhi oleh faktor, sosial, kultural,
ekonomi, etnik dan gender. - Teori kritis melihat bahwa problem ontologi
dalam IP , khususnya ilmu budaya tidak dapat
disamakan dgn realitas ilmu alam yg bersifat
statis dan tidak tercampuri. - Epistemologi dialogis dan dialektis. Ada
saling pengaruh antara peneliti dgn obyek yag
diteliti. - Obyektifitas murni sulit dilakukan karena
nilai-nilai tanpa disadari berperan dalam
menentukan masalah, pemilihan paradgma/kerangka
teori.
28 4 Paradigma dalam IP dengan berbagai asumsi yang
mendasarinya
- Paradigma Konstruktivis relativis, Realitas
yang dipahami bersifat ganda (there are multiple
realities). Realitas tidak dapat dinyatakan
secara obyektif dan pasti dan merupakan
konstruksi mental yang didasari atas pengalaman
yang bersifat sosial-budaya, lokal dan spesifik. - Konstruksi manusia atas realitas itu tidak
tunggal, akan tetapi berganda, sementara relaitas
yang diterima umum adalah realitas keseharian
yang dianggap normal, obyektif dan wajar. - Espitemologi Transaksional dan Subyektivis.
Dalam penelitian diasumsikan bahwa antara
peneliti dengan obyek yang diteliti saling
terkait dan interaktif. - Realitas bersifat virtual, realitas sosial -
budaya adalah realitas yang dikonstruksi.