ILMU NUTRISI UNGGAS - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

ILMU NUTRISI UNGGAS

Description:

ILMU NUTRISI UNGGAS ZAT-ZAT RACUN ALAMI PADA NUTRISI UNGGAS Oleh: DR. YOSE RIZAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Bermacam-macam zat antinutrisi ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1656
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 98
Provided by: PusatKo2
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: ILMU NUTRISI UNGGAS


1
ILMU NUTRISI UNGGAS
  • ZAT-ZAT RACUN ALAMI
  • PADA NUTRISI UNGGAS
  • Oleh DR. YOSE RIZAL
  • PROGRAM PASCASARJANA
  • UNIVERSITAS ANDALAS

2
PENDAHULUAN
  • Bermacam-macam zat antinutrisi dan/atau racun
    terdapat dalam bahan pakan unggas.
  • Zat-zat antinutrisi ini merupakan kandungan
    normal dari tanaman dalam bentuk protein,
    asam-asam lemak, glikosida, dan alkaloid.
  • Zat-zat racun dalam bahan pakan unggas dapat pula
    berasal dari kontaminasi dengan bahan lain yang
    mengandung racun.

3
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN,
  • DIPEPTIDA, DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 1. Protein
  • - Ada dua golongan protein yang merupakan
    racun yaitu
  • a. Protease Inhibitor
  • Contoh Anti Trypsin dan Anti Chymotrypsin
  • 1) Mempengaruhi fungsi normal dari sekresi
    pankreas.
  • 2) Terdapat pada kacang kedelai (Glycine max),
    lima bean (Phaseolus lunatus), kacang
    panjang (Vigna sinensis), kacang hijau
    (Pisum sativum), dan kacang- kacangan
    lainnya.
  • 3) Juga terdapat pada sereal seperti rye,
    barley, oat dan gandum.

4
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Protease inhibitor terbagi dua
  • a) Golongan dengan BM 20000 memiliki dua
    jembatan sulfida, yang bekerja
    terutama menghambat trypsin, disebut
    Kunitz Inhibitor.
  • b) Golongan dengan BM 8000
    memiliki banyak jembatan sulfida, yang bekerja
    menghambat trypsin dan chymotrypsin,
    disebut Bowman-Birk Inhibitor.
  • 5) Kunitz inhibitor mempunyai satu
    active site untuk tripsin.

5
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 6) Bowman-Birk inhibitor memiliki dua active
    site untuk tripsin
  • dan chimotripsin.
  • 7) Efek patofisiologi dari trypsin inhibitor
    yaitu sekresi
  • berlebihan dari kelenjer pankreas, misalnya
    produksi hormon
  • Cholecystokinin (CCK) berlebihan, sehingga
    menimbulkan
  • hypertrophy dan hyperplasia pankreas.
  • 8) Protease inhibitor tidak tahan terhadap
    panas, dan aktivitasnya
  • tergantung pada tingginya suhu, lama
    pemanasan, ukuran
  • partikel dan kandungan air dari bahan.

6
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • b. Lectin
  • Contoh Concanavalin-A, Ricin, Abrin
  • 1) Mempunyai banyak binding site
  • 2) Mematikan sel-sel epitel usus halus
    melalui penonaktifan ribosome,
    sehingga sintesis protein terhalang.
  • 3) Menggumpalkan sel darah merah.

7
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Banyak terdapat pada kidney bean
    (Phaseolus vulgaris), castor bean (Ricinus
    communis), jequirity bean (Abrus
    precatorius), dan lain-lain.
  • 5) Lectin terdiri atas dua sub-unit yaitu
    rantai A dan B yang dihubungkan oleh jembatan
    disulfida tunggal.

8
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 6) Rantai A merupakan bagian racunnya yang
    merusak ribosom sel dengan menghancurkan
    rRNA, sehingga menghambat sintesis protein.
  • 7) Rantai B merupakan lectin yang
    sesungguhnya (agglutinin) yang berikatan
    dengan reseptor permukaan sel yang mengandung
    galaktosa.

9
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 8) Keracunan lectin ditandai dengan diare
    hebat, diare berdarah, lemah, salivasi,
    menggigil, tidak koordinasi, depresi, bulu
    tidak normal, dehidrasi, tidak mau makan,
    dan kematian.
  • 9) Lectin pada kedelai disebut Soybean
    Agglutinin (SBA).

10
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 10) SBA menurunkan pertumbuhan,
    meningkatkan berat usus halus karena
    hyperplasia sel-sel crypt, menurunkan level
    insulin dalam darah, menghambat
    disaccharidase dan protease pada usus
    halus, penyusutan hati dan ginjal, dan
    menghalangi penyerapan Fe non-heme dan
    lipid.

11
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • - Kedua golongan protein tersebut (protease
    inhibitor
  • dan lectin) bisa didenaturasi oleh panas,
    walaupun
  • concanavalin-A agak sulit didenaturasi.
  • - Concanavalin-A terdapat pada Jack Bean.
  • Penelitian oleh Belmar et al. (1999), Jack
    Bean
  • yang telah diproses masih mengandung sisa
  • racun concanavalin-A, sehingga menurunkan
  • konsumsi ransum dan pbb unggas.

12
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 2. Dipeptida Bersifat Racun
  • - Ada dua golongan dipeptida bersifat racun
    yaitu
  • a. Gizzerosine 2-amino-9-(4-imidazolyl)-7-
    azononanoic acid
  • 1) Terjadi pada tepung ikan tertentu.
  • 2) Menyebabkan kerusakan pada gizzard dan
    proventriculus.
  • 3) Terbentuk dari reaksi grup e-amino lisin
    dengan grup imidazolylethyl histidine
    (histamine) selama pemanasan kering
    (dry heating) tepung ikan, terutama ikan
    yang dagingnya berwarna merah.

13
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Sangat racun bagi ayam broiler, harus lt 0.4
    ppm dalam ransum, jika gt 0.5 ppm
    menyebabkan erosi, ulserasi dan perforasi
    gizzard dan/atau duodenum.
  • 5) Tanda-tanda awal keracunan gizzerosine
    yaitu tidak mau makan (anorexia), bulu
    kusam, dan pertumbuhan menurun.

14
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 6) Mekanisme aksi racun yaitu gizzerosine
    merangsang reseptor H2 pada sel-sel
    oxynticopeptic proventriculus dan gizzard,
    sehingga meningkatkan HCl dan menurunkan pH
    yang bisa merusak lapisan koilin dan sub-
    mukosa pada gizzard yang menimbulkan erosi,
    ulserasi dan perforasi.

15
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 7) Treatment pemberian cimetidine, sodium
    bikarbonat, atau magnesium trisilikat,
    tetapi tidak berhasil. Pemberian
    omeprazole sangat potent menghambat
    H-K-ATPase pump pada sel-sel
    oxynticopeptic ayam.
  • 8) Terdapat interaksi antara mycotoxin
    dengan gizzerosine, dimana tingginya
    kadar aflatoxin B1 (3 ppm) mempercepat
    efek kematian akibat gizzerosine.

16
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • b. Linatine
  • 1) Terbentuk dari kondensasi 1-amino-D-
    proline dengan asam glutamat.
  • 2) Merupakan antagonis dari pyridoxal
    phosphate (vitamin B6).
  • 3) Terdapat pada biji tanaman Flax (Linum
    usitatissimum). Tanaman ini juga me-
    ngandung glikosida sianogenik seperti
    linustatin, neolinustatin, dan linamarin.

17
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Bagian racun dari linatine yaitu asam
    amino 1-amino-D-proline yang
    berkondensasi dengan pyridoxal atau
    pyridoxal phosphate membentuk hydrazone.
  • 5) Tanda-tanda keracunan pada ayam
    anorexia, pertumbuhan terganggu, perosis,
    dan konvulsi.
  • 6) Yang biasa diserang anak ayam.
  • 7) Pengobatan dengan pemberian vitamin
    B6.

18
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 3. Asam-asam Amino Bersifat Racun
  • - Ada empat golongan asam amino bersifat
    racun yaitu
  • a. Canavanine dan Indospicine
  • 1) Merupakan asam amino bukan protein yang
    mirip dengan arginine.
  • 2) Canavanine ditemukan pada Jack Bean
    (Canavalia ensiformis), dan juga dari
    genus Robinia dan Sesbania.
  • 3) Indospicine ditemukan pada tanaman
    Indigofera spicata yang juga mengandung
    canavanine.

19
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Efek jelek dari canavanine susah dibedakan
    dengan efek jelek concanavalin A.
  • 5) 0.35 canavanine dalam ransum broiler
    tidak berpengaruh, tetapi jika 1.0
    dapat menurunkan konsumsi dan
    pertumbuhan.
  • 6) Tingginya canavanine menyebabkan
    berkurangnya arginine dalam tubuh ayam
    karena ayam tidak punya siklus urea
    fungsional, sehingga tidak bisa
    mensintesis arginine, sementara aktivitas
    arginase untuk metabolisme canavanine
    meningkat.

20
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 7) Indospicine merupakan analog arginine yang
    menghambat aktivitas arginase. Pada
    unggas tidak masalah karena arginase kecil
    peranannya dalam membuang nitrogen dari
    tubuh unggas.
  • 8) Tanaman Indigofera spicata merupakan racun
    bagi unggas karena adanya zat
    3-nitropropanoic acid yang menghambat
    enzim suksinat dehidrogenase pada siklus
    Kreb.

21
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 9) Aksi racun dari canavanine dan
    indospicine mungkin berhubungan dengan
    penghambatan nitric oxide synthetase
    karena enzim ini menghasilkan nitric
    oxide dari arginine.
  • 10) Nitric oxide berfungsi sebagai relaksasi
    pembuluh darah, netralisasi superoxide,
    menghambat agregasi platelet, modulasi
    neurotransmitter and immune response, dan
    membunuh sel-sel tumor dan parasit.

22
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • b. Mimosine, N-(3-hydroxy-4-oxo-pyridyl)-a-
    aminopropionic acid
  • 1) Terdapat pada tanaman petai cina
    (Leucaena leucocephala).
  • 2) Tanaman ini dapat diberikan 5-10 dalam
    ransum ternak non-ruminansia karena
    adanya mimosine.
  • 3) Kandungan mimosine Leucaena
    leucocephala 3-5 DM, dan juga
    mengandung zat racun lainnya seperti
    protease inhibitor, tannin, dan galactomannan.

23
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Ayam muda lebih sensitif terhadap
    mimosine dari pada ayam dewasa.
  • 5) 0.33 mimosine dalam ransum
    menekan konsumsi ransum dan laju
    pertumbuhan ayam.

24
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 6) Anak ayam yang diberi 1.0 mimosine
    dalam ransum selama 12 hari menekan
    pertumbuhan sampai 50, dan terjadi
    osteopathy yang ditandai dengan
    menurunnya kekuatan tulang dan densitas
    mineralnya.

25
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • c. Lathyric amino acid b-Aminopropionitrile
    (BAPN),
  • b-N-oxalylamino-L-alanine (BOAA), dan
    b-cyano-L-
  • alanine (BCA)
  • 1) BAPN terdapat pada biji tanaman sweet pea
    (Lathyrus odoratus), flat pea (L. sylvestris),
    singletary pea (L. pusillus), dan caley pea
    (L. hirsutus).
  • 2) Memakan biji tanaman ini dapat menimbulkan
    osteolathyrism atau abnormalitas pada tulang
    dan kerapuhan sistem pembuluh darah karena
    merusak kolagen dan elastin.

26
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 3) Tanda-tanda osteolathyrism pada anak
    ayam broiler yaitu bulu kasar,
    persendian tulang membengkak, jari kaki
    bengkok, ataxia, kelumpuhan kaki, dan
    kematian.

27
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 4) Pada ayam petelur BAPN menimbulkan
    kerusakan membran dan kulit telur.
  • 5) BCA terdapat pada tanaman common
    vetch (Vicia sativa), hairy vetch (V.
    villosa), narrow leaf vetch (V. angustifolia)

28
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 6) BCA lebih kuat racunnya dari pada BOAA
    untuk unggas.
  • 7) Pemakaian 20-40 biji V. sativa
    menimbulkan kematian pada anak ayam
    sampai 100.

29
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • 8) Pemakaian 22.5 biji V. sativa ini dalam
    ransum ayam petelur menurunkan produksi
    telur, pbb, dan konsumsi ransum. Jika
    biji ini diotoklaf, dapat dipakai sampai
    25 dalam ransum ayam petelur.
  • 9) V. villosa kurang toksik dibandingkan V.
    sativa.

30
  • A. ZAT RACUN DALAM BENTUK PROTEIN, DIPEPTIDA,
    DAN ASAM-ASAM AMINO
  • d. Selenoamino acid
  • 1) Asam amino yang dipengaruhi yaitu yang
    mengandung S, dan digantikan oleh selenium
    (Se-Met dan Se-Cys).
  • 2) Terdapat pada tanaman milk vetch
    (Astragalus spp) dalam bentuk
    Se-methylselenocysteine dan
    selenocystathione.
  • 3) Pada tanaman ini bisa menumpuk selenium
    yang berkisar antara 1000 s/d 10000 ppm (berat
    kering udara).

31
  • B. ZAT RACUN DALAM BENTUK ASAM-
  • ASAM LEMAK
  • 1. Cyclopropene fatty acid (CPFA)
  • 1) CPFA terdapat pada tanaman kapuk 1-2.
  • 2) Ada dua jenis CPFA Malvalic acid
    (2-octyl-1- cyclopropene-1-heptanoate) dan
    Sterculic acid (2- octyl-1-cyclopropene-1-oct
    anoate).
  • 3) Jumlah malvalic acid gt sterculic acid.
  • 4) Pada ayam petelur mempengaruhi warna
    kuning telur seperti pengaruh gossypol dan
    warna albumin menjadi merah muda.

32
  • B. ZAT RACUN DALAM BENTUK ASAM-ASAM LEMAK
  • 5) Jika pemberian biji kapuk cukup lama, maka
    jumlah asam lemak jenuh dalam telur (palmitat
    dan stearat) gt asam lemak tak jenuh
    (palmitoleat dan oleat). Kejadian ini
    disebabkan CPFA mempengaruhi aktivitas
    enzim desaturase.
  • 6) CPFA mempengaruhi permeabilitas membran
    vitelline, sehingga Fe dari kuning telur
    masuk ke albumin dan berikatan dengan
    ovotransferrin (conalbumin). Hal ini yang
    menyebabkan warna albumin jadi merah muda.
    Sebagian ovotransferrin juga masuk ke
    kuning telur, sehingga kuning telur
    menjadi kecoklatan.

33
  • B. ZAT RACUN DALAM BENTUK ASAM-ASAM LEMAK
  • 2. Erucic acid (docosenoic acid C221, w-9)
  • 1) Terdapat pada biji Rape, Mustard, dll.
  • 2) Kandungannya berkisar antara 25-45.
  • 3) Canola merupakan salah satu golongan Rape
    yang memiliki kandungan erucic acid lt 2
    dari total asam lemak yang dikandungnya.
  • 4) Canola juga mengandung zat racun
    glucosinolate, sinapine, tannin dan phytate.

34
  • B. ZAT RACUN DALAM BENTUK ASAM-ASAM LEMAK
  • 5) Erucic acid merupakan racun jantung yang
    menyebabkan degenerasi lipid dan fibrosis
    pada sel-sel jantung.
  • 6) Pada ayam erucic acid menurunkan konsumsi
    ransum, pbb, kecernaan lipid total, kecernaan
    asam-asam lemak, lemak tubuh, dan efisiensi
    penggunaan energi.
  • 7) Pada ayam petelur, 10 -20 erucic acid
    dalam ransum menekan konsumsi, produksi
    telur, berat telur per butir, berat kuning
    telur, dan daya tetas telur.

35
  • C. ZAT RACUN DALAM BENTUK KARBOHIDRAT
  • 1. Non-Starch Polysaccharide (NSP)
  • 1) Merupakan karbohidrat kompleks seperti
    b- glucan dan arabinoxylan.
  • 2) Terdapat pada endosperm dinding sel dari
    sereal.
  • 3) 5 dalam ransum dapat mempengaruhi
    pertumbuhan broiler karena menurunkan
    penyerapan asam-asam lemak dan
    monogliserida.

36
  • C. ZAT RACUN DALAM BENTUK KARBOHIDRAT
  • 4) Tanda-tanda klinis pada unggas
    penurunan pertumbuhan, efisiensi
    penggunaan ransum menurun, kotoran lengket
    dan berair, dan unggas tidak responsif
    terhadap lingkungan.
  • 5) Pengaruh jelek pada unggas ini dapat
    dikurangi melalui penambahan enzim b-
    glukanase dan pentosanase dari luar.
  • 6) NSP lainnya yaitu pektin

37
  • C. ZAT RACUN DALAM BENTUK KARBOHIDRAT
  • 2. Oligosaccharide (Raffinose, Stachyose)
  • 1) Terdapat pada kacang kedelai dan kacang
    jenis lainnya.
  • 2) Merupakan gabungan antara galaktosa
    dan sukrosa yang dihubungkan oleh ikatan
    a-1,6 galaktosida yang tidak dapat dicerna
    hewan tingkat tinggi karena tidak memiliki
    enzim a-1,6-galaktosidase.
  • 3) Dapat menimbulkan pertumbuhan bakteri
    yang luar biasa dalam sekum dan usus besar.

38
  • D. CHELATE (SENYAWA PENGIKAT MINERAL)
  • 1. Phytic Acid
  • a. Merupakan senyawa penyimpan fosfat
    dan inositol pada biji-bijian.
  • b. Merupakan senyawa pengikat yang
    sangat kuat yang dapat mengikat ion metal
    bervalensi 2.
  • c. Menyebabkan mineral-mineral sulit
    diserap seperti Zn, Ca, Mg, dan Fe

39
  • D. CHELATE (SENYAWA PENGIKAT MINERAL)
  • 2. Oxalat
  • a. Terdapat pada banyak tanaman
    membentuk garam dengan alkali.
  • b. Garam oxalat dengan K dan Na dapat
    larut dan diserab dalam usus halus,
    sedangkan garam oxalat dengan Ca dan Mg
    tidak larut dan tidak dapat diserab.

40
  • D. CHELATE (SENYAWA PENGIKAT MINERAL)
  • c. Oxalat yang dapat diserab berbahaya bagi
    ternak karena mengikat Ca dalam plasma
    darah, sehingga tidak dapat larut. Hal ini
    menimbulkan vascular necrosis dan
    pendarahan.
  • d. Oxalat mudah larut merupakan racun bagi
    ayam.

41
  • D. CHELATE (SENYAWA PENGIKAT MINERAL)
  • e. Oxalat tidak larut juga berbahaya bagi
    ternak karena bisa merusak lidah dan farink
    waktu memakannya.
  • f. Biji-bijian dan rumput yang terinfeksi
    oleh fungi seperti oleh Aspergillus niger
    menghasilkan oxalat dalam jumlah besar.

42
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 1. Phenolic Acid
  • a. Terbagi dua benzoic acid dan cinnamic
    acid.
  • b. Yang termasuk benzoic acid p-
    hydroxybenzoic, protocatechuic,vanillic,
    gallic dan syringic.

43
  • E. SENYAWA PHENOL
  • c. Yang termasuk cinnamic acid p-coumaric
    acid, ferulic acid, sinapic acid dan caffeic
    acid.
  • d. Phenolic acid bebas bisa menghasilkan o-
    quinone yang mengikat lysine dan
    methionine.

44
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 2. Tannin
  • a. Merupakan senyawa polifenol larut air.
  • b. Bisa mengendapkan protein dalam
    larutan air.
  • c. Tannin terbagi dua hydrolizable tannin
    dan condensed tannin.

45
  • E. SENYAWA PHENOL
  • d. Hydrolizable tannin mengandung inti
    karbohidrat (glukosa atau quinic acid) yang
    diesterifikasi menjadi phenolic
    carboxylic acid seperti gallic acid. Tannin
    jenis ini banyak terdapat pada legume di
    daerah tropis.

46
  • E. SENYAWA PHENOL
  • e. Condensed tannin merupakan polimer
    flavan-3-ols yang dihubungkan oleh ikatan
    C-C, banyak terdapat pada
    kacang-kacangan dan juga sereal seperti
    sorghum dan millet.

47
  • E. SENYAWA PHENOL
  • f. Tannin dapat menurunkan pertumbuhan
    dan efisiensi penggunaan makanan pada
    broiler, dan menurunkan produksi telur pada
    layer.
  • g. Senyawa-senyawa polyvinylpyrrolidone
    (PVP) dan polyethyleneglycol mampu mengikat
    tannin, sehingga dipakai untuk
    detoksifikasi tannin.

48
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 3. Gossypol
  • a. Terdapat pada bagian kelenjer pigmen
    dari biji kapuk berkisar antara 0.3 3.4.
  • b. Gossypol dapat menurunkan
    ketersediaan lisin.
  • c. Broiler bisa toleransi terhadap maksimum
    100 ppm gossypol.

49
  • E. SENYAWA PHENOL
  • d. Petelur seharusnya menerima lt 50 ppm
    gossypol.
  • e. Gossypol menyebabkan kuning telur jadi
    hijau, fertilitas dan hatchability telur turun.

50
  • E. SENYAWA PHENOL
  • f. Ferric sulfate bisa dipakai mengikat
    gossypol.
  • g. Protein juga bisa mengikat gossypol,
    terutama asam amino lisin dan arginin.

51
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 4. Sinapine
  • a. Terdapat pada tanaman rape (Brassica
    spp) 2.5-3.0
  • b. Dapat menimbulkan kuning telur berbau
    anyir seperti bau ikan.

52
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 4. Sinapine
  • c. Bau anyir ini berasal dari gugus
    trimethylamine dalam sinapine.
  • d. Pemberian rape/canola meal dalam
    ransum maksimum hanya 3 ( 0.1
    sinapine), jika lebih akan menimbulkan bau
    anyir.

53
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 5. Photodynamic Phenol
  • Terbagi dua macam yaitu hypericin dan
  • fagopyrin
  • a. Hypericin, terdapat pada daun, batang dan
    bunga tanaman Hypericum spp. Hypericum
    perforatum paling toksik.
  • b. Fagopyrin terdapat pada biji dan daun
    tanaman Buckwheat.

54
  • E. SENYAWA PHENOL
  • 5. Photodynamic Phenol
  • Terbagi dua macam yaitu hypericin dan
    fagopyrin
  • Kedua racun di atas menimbulkan
    photosensitifitas kulit terhadap sinar matahari
    karena adanya zat photodynamic dalam kulit. Zat
    fotodinamik ini menyerab sinar ultraviolet dari
    cahaya matahari dan menimbulkan reaksi pada
    molekul makro dalam kulit, sehingga terjadi
    inflamasi, erythema, edema, serum exudation,
    kulit melepuh dan mengalami nekrosis. Ini
    terjadi pada mamalia. Pada unggas zat yang
    menimbulkan fotosensitifitas yaitu furocoumarin
    yang terdapat pada tanaman Umbelliferae dan
    Rutaceae.

55
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 1. Cyanogenic Glycoside (Cyanogen)
  • a. Terdapat pada lebih dari 2000 tanaman
    dan Ubi Kayu (Manihot utilissima Pohl.)
    paling banyak mengandung cyanogen.
  • b. Cyanoglycoside bukan merupakan
    racun, tetapi enzim-enzim dapat
    mengubahnya menjadi HCN yang merupakan
    racun.

56
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • c. Cyanogen bermacam-macam a/l linamarin,
    lotaustralin, linustatin, neolinustatin, dhurrin
    dan vicianin.
  • d. Cyanogen terdapat pada sel-sel epitel,
    sedangkan enzim- enzim pemecahnya pada sel-sel
    mesofil. Dengan adanya kerusakan waktu panen
    tanaman, maka enzim-enzim dibebaskan dan
    bereaksi dengan cyanogen membentuk HCN.
  • Reaksinya
  • Linamarin -----------------? D-glukosa
    Acetone cyanohydrin
  • b-glukosidase
  • Acetone cyanohydrin ------------------------?
    Acetone HNC
  • Hydroxynitrile-lyase

57
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • e. HCN dapat diserab dengan cepat dalam
    usus halus.
  • f. Ion cyanide (CN-) menggangu rantai
    respirasi karena ia berikatan dengan Fe pada
    cytochrome oxidase, sehingga hemoglobine
    tidak bisa membebaskan oksigennya untuk
    keperluan sistem transpor elektron. Hal ini
    bisa menimbulkan kematian pada sel dan
    hewan.

58
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • g. Unggas bisa mentolerir lt 100 ppm HCN
    dalam ransum.
  • h. HCN bisa diubah menjadi thiocyanate
    (SCN-) oleh enzim rhodanase yang terdapat
    dalam tubuh ternak, termasuk unggas.

59
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • i. Thiocyanate ini dapat pula menimbulkan
    Goiter (kelenjer gondok membesar).
  • j. Pemakaian S untuk menjadi thiocyanate
    dapat pula menimbulkan kekurangan S, sehingga
    konsumsi dan pbb menurun.

60
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 2. Thioglycoside (Glucosinolate)
  • a. Terdapat pada tanaman famili Cruciferae
    seperti mustard, horseradish, cabbage,
    brussel sprout, brocoli, cauliflower, kale,
    turnip dan rapeseed.
  • b. Rapeseed mengandung 110-150 mole
    alifatik glucosynolate per gram bahan
    kering bebas lemak.

61
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 2. Thioglycoside (Glucosinolate)
  • c. Level maksimum glucosynolate dalam
    ransum unggas lt2.5 mole per gram.
  • d. Glucosynolate sendiri bukan racun, tetapi
    ada enzim myrosinase yang memecah
    glucosynolate menjadi senyawa yang bersifat
    racun seperti isothiocyanate, thiocyanate dan
    oxazolidinethione yang dapat merusak thyroid.
    Oxazolidinethione disebut juga goitrin,
    merupakan senyawa goitrogenik yang potent.

62
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 2. Thioglycoside (Glucosinolate)
  • e. Produk glucosynolate dalam bentuk
    nitrile dapat merusak hati dan ginjal.
  • f. Petelur yang mengkonsumsi rapeseed
    yang mengandung glucosynolate dapat
    menimbulkan penurunan produksi telur,
    penurunan ukuran telur, dan bisa
    menimbulkan kematian.

63
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 2. Thioglycoside (Glucosinolate)
  • g. Rapeseed hanya bisa dipakai 5-10
    dalam ransum.
  • h. Pada broiler 3.1-4.5 mg/g glucosynolate
    dapat menurunkan pbb sampai 10.
  • i. Belum ditemukan pengolahan yang dapat
    menurunkan glucosynolate.

64
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 3. Saponin
  • a. Terdapat pada tanaman alfalfa, kedelai,
    kacang tanah, biji bunga matahari, dll.
  • b. Sifat-sifatnya seperti sabun/detergen,
    rasa pahit, menimbulkan iritasi pada
    jaringan mukosa, menimbulkan hemolisis, dan
    membentuk komplek dengan asam- asam empedu
    dan kolesterol.

65
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 3. Saponin
  • c. Merupakan triterpene glikosida dan
    steroidal glikosida. Yang banyak ditemukan
    pada biji-bijian dan hijauan yaitu triterpene
  • d. Unggas tidak mau mengkonsumsi ransum
    yang tinggi saponinnya karena rasanya yang
    pahit dan menimbulkan iritasi pada mukosa,
    sehingga pertumbuhan unggas menurun.

66
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 3. Saponin
  • e. Efek lain yaitu menghalangi penyerapan
    asam-asam lemak, kolesterol, dan
    vitamin larut lemak.

67
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 3. Saponin
  • f. 0.9 triterpene saponin menurunkan
    konsumsi ransum, pbb, kecernaan lemak dan
    penyerapan vitamin A dan E pada anak ayam,
    sedangkan steroid saponin tidak.

68
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 4. Hemolytic Glycoside (Vicine, Convicine)
  • a. Vicine dan convicine merupakan
    pyrimidine b-glucoside yang terdapat pada
    kacang faba (Vicia faba), Vicia sativa,
    dan Vicia spp lainnya.

69
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 4. Hemolytic Glycoside (Vicine, Convicine)
  • b. Vicine dan convicine ini bisa
    didegradasi oleh mikroba anaerob pada
    saluran cerna bagian belakang unggas
    menjadi divicine dan isouramil,
    masing-masingnya.

70
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 4. Hemolytic Glycoside (Vicine, Convicine)
  • c. Divicine dan isouramil dapat
    menimbulkan hemolisis sel darah merah,
    sehingga terjadi anemia yang disebut
    favism.

71
  • F. SENYAWA GLIKOSIDA
  • 4. Hemolytic Glycoside (Vicine, Convicine)
  • d. Faba bean dalam ransum dapat menurunkan
    pertumbuhan dan efisiensi penggunaan
    makanan pada unggas. Disamping itu juga
  • mengganggu reproduksi pada ayam
    petelur, yaitu menurunnya fertilitas dan
    daya tetas serta ukuran/berat telur.

72
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 1. Pyrrolizidine Alkaloid (Monocrotaline,
    Senecionine)
  • a. Terdapat pada biji Crotalaria
    spectabilis dan Crotalaria retusa sebanyak
    3.85 dan 2.69 masing-masingnya.
  • b. Merupakan racun untuk hati.
  • c. Terbagi atas 3 macam yaitu monoester
    (contoh Heliotrine), diester (contoh
    Lasiocarpine), dan cyclic diester (contoh
    monocrotaline, jacobine, senecionine).

73
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 1. Pyrrolizidine Alkaloid (Monocrotaline,
    Senecionine)
  • d. Yang paling potent racunnya cyclic
    diester.
  • e. Pyrrolizidine alkaloid sendiri bukanlah
    racun, tetapi diaktifkan oleh enzim
    cytochrome P450 terutama di hati, tetapi
    juga ada di paru-paru, ginjal, saluran
    cerna, dan jantung menjadi pyrrole yang
    merupakan molekul yang sangat reaktif dan
    dapat menghambat replikasi sel.

74
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 1. Pyrrolizidine Alkaloid (Monocrotaline,
    Senecionine)
  • f. Ayam yang memakan biji Crotalaria
    spectabilis 0.3 dalam ransum dapat
    menimbulkan 100 kematian. Sewaktu dibedah
    ditemukan pendarahan pada hati, paru-paru
    dan pericardium. Itik lebih sensitif dari
    pada ayam.
  • g. Tanda-tanda klinis pada unggas yang kena
    racun yaitu depresi, anorexia, dan
    pertumbuhan terganggu.

75
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 2. Piperidine Alkaloid (Coniine, c-coniceine)
  • a. Terdapat pada biji Conium maculatum.
  • b. Ada 8 macam piperidine alkaloid, tetapi yang
    terkenal hanya 2 coniine dan c-coniceine
  • c. Coniine merupakan alkaloid pertama
    ditemukan, yaitu tahun 1827.

76
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 2. Piperidine Alkaloid (Coniine, c-coniceine)
  • d. Biasa terjadi pada kalkun.
  • e. Tanda-tanda keracunan tremor, lumpuh,
    depresi, seizure dan menimbulkan kematian.
  • f. Unggas yang sensitif yaitu puyuh gt ayam gt
    kalkun
  • g. Bisa meracuni manusia yang mengkonsumsi
    unggas tersebut

77
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 3. Datura Alkaloid (atropine, scopolamine)
  • a. Datura merupakan genus tanaman yang
  • termasuk dalam famili Solanaceae dengan
  • jumlah spesies mencapai 1600.
  • b. Tanaman ini menghasilkan alkaloid dengan
  • struktur cincin tropane yang
    mempunyai efek
  • toksik dan farmakologi.

78
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 3. Datura Alkaloid (atropine, scopolamine)
  • c. Alkaloid utama pada tanaman Datura ini
    yaitu
  • atropine dan scopolamine.
  • d. Biji tanaman Datura sering mengkontaminasi
  • kedelai, jagung, gandum dan sorghum.

79
  • G. SENYAWA ALKALOID
  • 3. Datura Alkaloid (atropine, scopolamine)
  • e. Pada broiler alkaloid ini menurunkan
  • pertumbuhan sampai 33 jika diberikan 3
    biji
  • Datura dalam ransum.
  • f. Pada petelur 150 ppm alkaloid dalam ransum
  • menurunkan produksi telur, 75 ppm alkaloid
  • tidak mempengaruhi produksi.

80
  • H. MYCOTOXIN
  • 1. Merupakan metabolit sekunder yang
  • dihasilkan oleh fungi spesies tertentu.
  • 2. Fungi ini akan tumbuh dengan baik
  • pada sereal jika kandungan air dalam
  • penyimpanan melebihi dari 12.

81
  • H. MYCOTOXIN
  • 3. Ada dua tipe fungi dalam
  • menginfeksi tanaman
  • a. Saprophytic yang menginfeksi biji-
  • bijian yang disimpan. Contoh
  • Aspergillus dan Penicillium.
  • b. Phytopathogenic yang menginfeksi
  • tanaman di lapangan. Contoh
  • Fusarium spp.

82
  • H. MYCOTOXIN
  • 4. Mycotoxin mempunyai bermacam-macam efek
  • a. carcinogenic, contoh aflatoksin B1,
    ochratoksin
  • A, fumonisin B1.
  • b. estrogenic, contoh zearlenone dan
    zearalenol.
  • c. neurotoxic, contoh fumonisin B1.
  • d. nephrotoxic, contoh ochratoxin, citrinin,
  • oosporeine.
  • e. dermonecrotic, contoh trichothecene.
  • f. immunosuppressive, contoh T-2 toxin,
  • ochratoxin A, aflatoxin B1.

83
  • H. MYCOTOXIN
  • 5. Mycotoxin ditemukan pada jagung,
  • sorghum, gandum, barley, beras, biji
  • kapuk dan kacang tanah.
  • 6. Mycotoxin merupakan senyawa yang
  • relatif stabil karena tidak rusak dalam
  • pemrosesan bahan pakan.

84
  • H. MYCOTOXIN
  • 7. Unggas relatif tahan terhadap
  • aflatoxin dibandingkan hewan lainnya.
  • Pada unggas dibutuhkan dosis 2500
  • ppb untuk bisa mempengaruhi
  • pertumbuhan, sedangkan pada
  • hewan lain dosis 20 ppb sudah bisa
  • mempengaruhi pertumbuhan.

85
  • H. MYCOTOXIN
  • 8. Ochratoxin A juga mempengaruhi
  • pertumbuhan ayam.
  • 9. Trichothecene (T-2 toxin, HT-2 toxin
  • dan diacetoxyscirpenol DAS)
  • sebanyak 2 ppm dapat menurunkan
  • produksi telur pada ayam.

86
  • H. MYCOTOXIN
  • 10. Fungi juga merusak kandungan
  • nutrisi bahan pakan yaitu
  • menurunkan kandungan energi biji-
  • bijian dan mengubah kandungan
  • vitamin dan asam-asam aminonya.
  • 11. Thiamin mudah dirusak oleh fungi
  • Fusarium proliferatum, F. moniliforme, dan
  • Aspergillus flavus.

87
  • H. MYCOTOXIN
  • 12. Cystine, lysine, histidine, arginine,
  • aspartic acid, dan glutamic acid
  • dirusak oleh Aspergillus flavus, tetapi
  • metionin meningkat pada gandum.
  • 13. Kandungan lemak juga menurun
  • pada jagung yang terinfeksi oleh
  • fungi.

88
  • I. SENYAWA LAIN
  • 1. Nitrate
  • a. Kandungan nitrate dari sereal dan legume
  • bervariasi sesuai dengan spesies, strain, dan
  • kondisi pertumbuhanyang berkisar antara 0.5
    18
  • ppm.
  • b. Nitrate bisa direduksi oleh mikroba pada
    saluran
  • cerna monogastrik menjadi ion nitrite yang
    sangat
  • racun. Hal ini juga terjadi pada tanaman
    melalui
  • metabolisme oleh bakteri.

89
  • I. SENYAWA LAIN
  • 1. Nitrate
  • c. Nitrite diserab dan masuk kedalam darah,
    lalu
  • mengoksidasi Fe menjadi Fe, sehingga
  • oxyhemoglobine berubah menjadi
    methemoglobine.
  • d. Methemoglobine tidak bisa membawa O2,
  • sehingga tubuh kekurangan O2.
  • e. Ayam lebih tahan terhadap nitrite dari
    pada kalkun.

90
  • I. SENYAWA LAIN
  • 2. Biogenic Amine
  • a. Animal by-product sering dikontaminasi
  • oleh mikroba sebelum dan setelah pemrosesan.
  • b. Zat gizi pada animal by-product ini
    terutama
  • asam-asam amino dipengaruhi oleh mikroba,
  • sehingga menghasilkan biogenic amine atau
  • ptomaine.

91
  • I. SENYAWA LAIN
  • 2. Biogenic Amine
  • c. Biogenic amine juga terjadi secara alami,
  • misalnya histamin dari histidine, dan
  • hormon-hormon catecholamine seperti
  • DOPA, dopamine, norepinephrine dan
  • epinephrine yang berasal dari
    phenylethylamine.

92
  • I. SENYAWA LAIN
  • 2. Biogenic Amine
  • d. Beberapa contoh senyawa biogenic amine
  • yaitu cadaverine terbuat dari lysine,
  • tryptamine dari tryptophan, agmatine dari
  • arginine, tyramine dari tyrosine,
  • phenylethylamine dari phenylalanine, dan
  • putrescine dari ornithine.

93
  • I. SENYAWA LAIN
  • 2. Biogenic Amine
  • e. Putrescine merupakan prekursor dari spermine
    dan
  • spermidine. Ketiga senyawa ini disebut juga
  • polyamine.
  • f. Polyamine penting sebagai promoter dari DNA,
  • RNA, sintesis protein, pembelahan sel dan
  • pertumbuhan jaringan.

94
  • I. SENYAWA LAIN
  • 2. Biogenic Amine
  • g. Pada polyamine ini tidak berbahaya pada
    unggas
  • sesuai dengan kandungan yang ada dalam
    ransum.
  • Akan tetapi, jika dosis tinggi spermine
    merupakan
  • racun bagi ayam.
  • h. Histamin bisa merusak gizzard seperti halnya
  • gizzerosine, tetapi level untuk
    menimbulkan kerusakan ini cukup
  • tinggi, yaitu 1000 10,000 ppm.

95
  • I. SENYAWA LAIN
  • 3. Toxic Myopathy
  • a. Banyak terdapat pada biji tanaman Senna spp.
  • b. Biji senna ini dapat mengkontaminasi jagung,
    sorghum dan
  • kedelai.
  • c. Dapat menurunkan pbb dan konsumsi pada ayam
    jika
  • terdapat sampai 4 dalam ransum. Jumlah
    yang lebih
  • tinggi dapat mematikan.

96
  • I. SENYAWA LAIN
  • 3. Toxic Myopathy
  • d. Tanda-tanda keracunan yaitu lumpuh,
  • pembengkakan otot dan kerusakan otot.
  • e. Pada yam petelur menurunkan konsumsi,
    produksi
  • telur, ukuran telur, dan warna kuning telur
    berubah
  • menjadi seperti warna platina.

97
Terima Kasih
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com