Title: DRUG PRODUCT DEVELOPMENT
1 DRUG PRODUCT DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN SEDIAAN
FARMASI)
O L E H
ELFI SAHLAN BEN
PROGRAM FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS
ANDALAS PADANG
2 DAFTAR PUSTAKA
- 1. P. JOHNSON AND J.G. LLOYD-JONES, (1992),
DRUG DELIVERY SYSTEM, - FUNDAMENTALS AND TECHNIQUES.
- 2. E. TOMLINSON AND S.S. DAVIS, (1986),
SITE-SPECIFIC DRUG DELIVERY, - CELL BIOLOGY, MEDICAL AND PHARMACEUTICAL
ASPECTS. - YIE W. CHIN, (1992), NOVEL DRUG DELIVERY SYSTEM,
2nd Ed. - LEON SHARGEL AND ANDREW B.C. YU, (1993), APPLIED
BIOPHARMACEUTICS AND PHARMACOKINETICS, 3rd. Ed. - HOWARD C. ANSEL AND NICHOLAS G. POPOVICH, (1990),
PHARMACEUTICAL DOSAGE FORMS AND DRUG DELIVERY
SYSTEM, 5th.Ed. - BUNDGUARD, H., (1985), DESIGN OF PRODRUGS,
ELSEVIER, AMSTERDAM, NEW YORK, OXFORD. - PHILIP EVANS (C EDIT.), (2003), THE FAMILY
MEDICINAL REFERENCE BOOK, LONDON. - G. MOLEMA AND DIRK K. F. MEIJER, (2001), DRUG
TARGETING ORGAN SPECIFIC STRATEGIS, WEINHEIM,
NEW YORK, TORONTO. - DONALD L. WISE, (2000), HANDBOOK OF
PHARMACEUTICAL CONTROLLED RELEASE TECHNOLOGY, NEW
YORK, BASEL, - M. A. COWD, (1982, 1991), POLYMER CHEMISTRY,
LONDON, BANDUNG. - E. S. BEN, (1998, 2007), SISTEM PENGHANTARAN
OBAT, UNAND, PADANG - Di FEO, T. J., (2003), DRUG PRODUCT DEVELOPMENT,
DRUG DEV. AND IND PH. 29. 9, p. 934 958. - AGOES, G. (2008), PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI,
PENERBIT ITB, BANDUNG. - RANG, H. C., (2008), DRUG DISCOVERY AND
DEVELOPMENT, ELSIVIER
3 PENDAHULUAN
BIDANG DISIPLIN ILMU FARMASI ADALAH SUATU ILMU
YANG MERUPAKAN APPLIED SCIENCES YANG BERGERAK
DALAM BIDANG PEMBUATAN OBAT-OBATAN, BAIK BERUPA
PENCARIAN (ISOLASI, SINTESA) SENYAWA-SENYAWA BARU
YANG BERKHASIAT MAUPUN MENGOLAH BAHAN-BAHAN INI
MENJADI BENTUK YANG MENYENANGKAN UNTUK DIGUNAKAN
OLEH PASIEN. DISAMPING ITU PENYEDIAAN OBAT SANGAT
ERAT HUBUNGANNYA DENGAN PEMBAWA OBAT SAMPAI
KETUJUAN NYA DAN SISTEM YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENGHANTARKAN OBAT-OBAT TERSEBUT. PENYEDIAAN OBAT
TERUTAMA DALAM PENGEMBANGAN PRODUK ATAU SEDIAAN
OBAT MERUPAKAN FENOMENA, YANG SELALU DISELIDIKI
UNTUK PENGHANTARAN OBAT YANG TEPAT.
- DALAM PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI, PERLU
DIPERHATIKAN MASALAH - BAHAN BERKHASIAT / BAHAN AKTIF (BA)
- EKSIPIEN YANG DIGUNAKAN
- BENTUK SEDIAAN (KONVENSIONAL YANG DILEPAS CEPAT,
DAN SEDIAAN DENGAN - PELEPASAN YANG DIMODIFIKASI)
- BIOFARMASETIKA
- CARA PEMBERIAN ( MELALUI ORAL, PARENTERAL,
TOPIKAL DSB.) - STABILITAS FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI SEDIAAN
- KEMASAN DAN PENGEMASAN
- PENYIMPANAN
- KETENTUAN CARA MEMPRODUKSI OBAT YANG BAIK (cGMP)
DAN TURUNANNYA - SEPERTI PELATIHAN PERSONALIA, VALIDASI,
INSPEKSI, JAMINAN MUTU DAN - SERTIFIKASI.
4SISTEM PENGHANTARAN OBAT KONVENSIONAL DAN
NONKONVENSIONAL
BENTUK SEDIAAN FARMASI DIKEMBANGKAN SAAT INI,
DIDESAIN UNTUK MELEPAS BAHAN BERKHASIAT (BA)
SECARA CEPAT. DIRANCANG UNTUK DAPAT MECAPAI
KONSENTRASI SISTEMIK SECARA CEPAT, SESEGERA
MUNGKIN BEKERJA SECARA TERAPEUTIK.
KONSENTRASI SISTEMIK TIDAK DIPERTAHANKAN UNTUK
WAKTU YANG CUKUP LAMA (PANJANG) SEHINGGA OBAT
DENGAN CEPAT DIELIMINASI DARI SISTEM BIOLOGIK.
SETELAH PEMBERIAAN OBAT, EFEK TERAPEUTIK TERJADI
DENGANCEPAT, AKAN TETAPI DURASI EFEK TIDAK
BEKERJA LAMA. INI DIKENAL DENGAN SISTEM
PENGHANTARAN OBAT KONVENSIONAL
DALAM DUA DEKADE TERAKHIR DIKEMBANGKAN BENTUK
SEDIAAN YANG MENUNJUKKAN EFEK TERAPEUTIK CEPAT,
TETAPI DENGAN DURASI LAMA/PANJANG. BAHKAN DENGAN
INOVASI TEKNOLOGI DAPAT DIKEMBANGKAN SEDIAAN
PELEPASAN OBAT TERPROGRAM.
- BEBERAPA TERMINOLOGI SEDIAAN BARU DENGAN
PELEPASAN DIMODIFIKASI - PROLONGED RELEASE
- SUSTAINED RELEASE
- CONTROLLED RELEASE
- DELAYED RELEASE ATAU
- REPEAT ACTION PRODUCT
- YANG JUGA BERGANTUNG PADA DEFENISI YANG
DIBERIKAN PENEMUNYA. DAN INI TERMASUK SEMUA
MERUPAKAN SISTEM PENGHANTARAN NON KONVENSIONAL
PERLU DIPAHAMI BAHWA SEDIAAN OBAT UNTUK
KONVENSIONAL ATAU NON KONVENSIONAL PERLU
PERTIMBANGAN BAHAN AKTIF BERKAITAN DENGAN FISIKO
KIMIA, BAHAN TAMBAHAN (EKSIPIEN), BIOFARMASETIKA,
FORMULASI, TEKNOLOGI, KEMASAN/BAHAN PENGEMAS,
PENGUJIAN STABILITAS DESKRIPSI/KOMPOSISI SEDIAAN,
SUHU PENYIMPANAN DAN CARA PEMBERIAAN (MELALUI
ORAL, PARENTERAL, TOPIKAL DSB), SAMPAI PADA CARA
PRODUKSI (cGMP) DAN TURUNANNYA, SEPERTI VALIDASI,
INSPEKSI DAN SERTIFIKASI/REGISTRASI.
5- PERTIMBANGAN FISIKO KIMIA BAHAN AKTIF
- BEBERAPA YANG TERLIBAT DALAM PELEPASAN OBAT DARI
SEDIAAN FARMASI, AKAN BERPENGARUH TERHADAP
ABSORPSI YANG BERARTI EFEK TERAPEUTIK. - PERTIMBANGAN EKSIPIEN
- EKSIPIEN PADA UMUMNYA MERUPAKAN BAGIAN TERBESAR
DALAM FORMULASI SEDIAAN FARMASI. OLEH SEBAB ITU,
PERLU DIPERHATIKAN ASPEK FUNGSIONAL EKSIPIEN
DALAM FORMULASI. - PERTIMBANGAN BIOFARMASETIKA
- BIOFARMASETIKA, SEPERTI KETERSEDIAAN DOSIS OBAT
YANG DIBERIKAN PADA TUBUH MANUSIA ATAU HEWAN
DALAM BENTUK SISTEM PENGHANTARAN OBAT, TERKAIT
DENGAN SIFAT FISIKO KIMIA BAHAN AKTIF, BENTUK
SEDIAAN, EFEKTIVITAS FISIOLOGI, DAN BIOLOGI
OBAT/SEDIAAN PADA SAAT DIBERIKAN KEPADA
PENDERITA. - HUBUNGAN ANTARA DOSIS OBAT DAN TINGKAT RESPONS
BERGANTUNG PADA JUMLAH OBAT YANG DIBERIKAN, EFEK
FARMAKOLOGI BAHAN AKTIF, DAN BANYAK FAKTOR LAIN
YANG TERLIBAT DALAM PROSES MASUKNYA OBAT KE DALAM
TUBUH. URUTAN YANG TERLIBAT DALAM PROSES INI
MELIPUTI LADME - LIBERATION,
- ABSORPTION,
- DISTRIBUTION,
- METABOLISM DAN
- EXCREATION .
6- PERTIMBANGAN FORMULASI
- PERTAMA YANG HARUS DITENTUKAN ADALAH
- RUTE PEMBERIAN SEDIAAN
- DOSIS OBAT (BERDASARKAN PELEPASAN CEPAT DAN
MODIFIKASI) - DAN PENELITIAN KOMPONEN FORMULASI YANG AKAN
DIGUNAKAN - TAHAP SELANJUTNYA ADALAH
- MENYUSUN FORMULASI SECARA TEORITIS
- MEMPELAJARI DARI PUSTAKA KEMUNGKINAN TERJADINYA
INTERAKSI ANTARA - KOMPONEN FORMULASI
- KALAU TIDAK TERSEDIA DALAM PUSTAKA, DAPAT
DILAKUKAN PENAPISAN - INTERAKSI DALAM FORMULASI DENGAN CARA STUDI
DIPERCEPAT. - SKALA FORMULASI DIAWALI DENGAN SKALA LABORATORIUM
(UNTUK TABLET, KAPSUL 5.000 10.000 UNIT UNTUK
CAIRAN 5 10 LITER). - SETELAH DITEMUKAN FORMULASI YANG TEPAT DILAKUKAN
PENINGKATAN SKALA MENJADI SKALA PILOT (MAKSIMUM
KELIPATAN 10 DARI SKALA LABORATORIUM, DIPERLUKAN
PENYESUAIAN FORMULASI), - SELANJUTNYA MENJADI SKALA INDUSTRI (PRODUKSI
MASIMUM KELIPATAN 10 DARI SKALA PILOT, DIPERLUKAN
PENYESUAIAN FORMULASI).
7PERTIMBANGAN TEKNOLOGI TEKNOLOGI YANG
DIAPLIKASIKAN UNTUK FORMULASI SKALA LABORATORIUM,
PILOT DAN INDUSTRI SERING BERBEDA SEHINGGA HARUS
SELALU DILAKUKAN OPTIMALISASI. DALAM HAL INI
SALAH SATU FAKTOR PENTING ADALAH MELAKUKAN
VALIDASI, DAN VALIDASI MERUPAKAN SALAH SATU
PERSYARATAN UNTUK 3 BETS PRODUKSI PERTAMA. DI
INDUSTRI, SERING PULA HARUS DIGUNAKAN PERALATAN
YANG TIDAK MUDAH TERBAKAR/MELADAK (EXPLOSSION
PROOF). KARAKTERISTIK MESIN PRODUKSI TERUTAMA
YANG MEMILIKI KECEPATAN TINGGI, PERLU DIPAHAMI
DENGAN BAIK. AKAN SANGAT BERBEDA SEKALI KONSEP
PENCAMPURAN JIKA MENGGUNAKAN PENCAMPUR BENTU V
ATAU PENCAMPURAN DENGAN KECEPATAN TINGGI. BEGITU
JUGA MESIN PENGEMPA TABLET, ALAT PENGADUK ULTRA
TURAK DSB.
PERTIMBANGAN KEMASAN/BAHAN PENGEMAS DALAM
PEMILIHAN KEMASAN PERLU SEKALI DIPERHATIKAN ASPEK
FUNGSI-ONAL KEMASAN (UNTUK MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN), KOMPATIBILITAS KEMASAN-SEDIAAN
(SORPSI DAN DESORPSI), ASPEK ESTETIKA (BENTUK
PENU-LISAN ETIKET/LABEL PADA KEMASAN), ASPEK
EKONOMI, DAN KEAMANAN (MISAL UNTUK PASIEN
ANAK-ANAK, KONTAMINASI MIKROBA, dsb.). SELAIN
PEMBERIAN ETIKET DAN LABEL, KEMASAN PERLU PULA
DILENGKAPI DENGAN LEAFLET (PERHATIKAN PERSYARATAN
PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEMASAN, ETIKET/LABEL,
DAN LEAFLET).
8KEMASAN ADA YANG BERUPA KEMASAN PRIMER(KONTAK
LANGSUNG DENGAN SEDIAAN), KEMASAN SEKUNDER UNTUK
MELINDUNGI KEMASAN PRIMER , DAN KEMASAN TERSIER
BIASANYA BERUPA BOKS KARTON. SEMUA KEMASAN HARUS
DITETAPKAN SPEKNYA DAN MEMENUHI PERSYARATAN
SECARA FISIKA, KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
- PENGUJIAN STABILITAS
- STABILITAS AKAN MENENTUKAN USIA GUNA (SHELF
LIFE) DARI SEDIAAN. - DATA STABILITAS YANG DIGUNAKAN UNTUK MENETAPKAN
USIA GUNA SEDIAAN ADALAH DATA STABILITAS PADA
SUHU KAMAR. - PANDUAN ICH MEMBAGI DUNIA DALAM 4 ZONA IKLIM
- ZONA I, IKLIM SEDANG
- ZONA II, IKLIM SUBTROPIK DAN MEDITERAN
- ZONA III, IKLIM PANAS DAN KERING
- ZONA IV, IKLIM PANAS DAN BASAH (HUMID)
- UJI STABILITAS DIPERCEPAT MELIPUTI STRESS
TEMPERATUR, KELEMBABAN (1993), DAN PENCAHAYAAN
(ICH GUIDELINES 1996) - PENGELOMPOKAN ICH IKLIM DUNIA 4 ZONA sbb.
- ZONA I, SEDANG EROPA UTARA, INGGERIS, KANADA,
RUSIA - ZONA II, MEDITERAN/SUB TROPIK AMERIKA, JEPANG,
EROPA SELATAN - ZONA III, PANAS KERING ATAU PANAS RH SEDANG
IRAN, IRAK, SUDAN - ZONA IV, SANGAT PANAS/BASAH BRAZIL, INDONESIA,
NIKARAGUA, FILIPINA.
9- KONDISI PENGUJIAN STABILITAS YANG DIUSULKAN ASEAN
(INDONESIA)? - FREKUENSI PENGUJIAN? (DALAM BETS PERTAMA)?
- JUMLAH BETS YANG DIUJI UNTUK OBAT GENERIK DAN
OBAT GENERIK NAMA DAGANG? - SEDIAAN YANG AKAN DISIMPAN PADA LEMARI PENDINGIN?
- SEDIAAN YANG AKAN DISIMPAN PADA LEMARI BEKU
(FREEZER)?
DESKRIPSI DAN KOMPOSISI SEDIAAN KOMPONEN
FORMULASI SEDIAAN DIKATEGORIKAN BERDASARKAN
FUNGSINYA SEDIAAN DIKARAKTERISASI BERDASARKAN
RUTE PEMBERIAN/PENGGUNAAN DESKRIPSI KOMPOSISI
SEDIAAN SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF BERUPA
DAFTAR SEMUA KOMPONEN FORMULASI, TERMASUK PELARUT
YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES MANUFAKTUR SESUDAH
SEMUANYA DIBUAT SECARA RINCI DAN JELAS BARULAH
DISUSUN SPESI-FIKASI SEDIAAN (PRODUK) YANG
BERISI ASPEK ORGANOLEPTIS, KIMIA, FISIKA DAN
BIOLOGI (MIKROBIOLOGI), SERTA KRITERIA YANG HARUS
DIPENUHI OLEH SEDIAAN.
SUHU PENYIMPANAN SUHU PENYIMPANAN HARUS
DIJELASKAN KARENA MENYANGKUT ASPEK STABI-LITAS
DAN MASA KADALUARSA. SUHU PENYIMPANAN MENURUT
FARMAKOPE INDONESIA 1995 ?
10REGISTRASI OBAT DI SETIAP NEGARA, SETIAP OBAT
AKAN DIEDARKAN TERLEBIH DAHULU HARUS
DIREGISTRASI, BAIK SECARA NASIONAL, REGIONAL,
MISAL ASEAN DAN UNI EROPA, MAUPUN INTERNASIONAL,
SEPERTI KESEPAKATAN 3 KELOMPOK NEGARA, JEPANG,
UNI EROPA, DAN AMERIKA SERIKAT. DOKUMEN
REGISTRASI DITELITI KELAYAKAN DAN KEPATUTANNYA,
DAN KALAU DIANGGAP RASIONAL DAN CUKUP BAIK AKAN
DIADAKAN INSPEKSI SEBELUM DISETUJUI (PRE APPROVAL
INSPECTION, TERUTAMA UNI EROPA, AMERIKA SERIKAT
DAN JEPANG) HAL YANG SAMA SANGAT MUNGKIN PULA
DILAKUKAN ANTARA SESAMA NEGARA ASEAN. SALAH SATU
YANG HARUS DIPERHATIKAN ADALAH DATA YANG
DIBERIKAN UNTUK REGISTRASI HARUSLAH DATA YANG
BENAR DAN TERUJI (SUDAH DIVALI-DASI). JADI,
SEBETULNYA PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI PERLU
DILAKUKAN SECARA BERTAHAP, DENGAN MENGIKUTI
KETENTUAN CPOB, VALIDASI, INSPEKSI, DAN
REGISTRASI. SEMUA INDUSTRI YANG MELAKUKAN
REGISTRASI OBAT HARUS DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA
DATA YANG DIPEROLEH SESUAI KETENTUAN DAN SECARA
ILMIAH DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN.
11PREFORMULASI OBAT
PREFORMULASI MELIBATKAN BERBAGAI INVESTIGASI
SUATU BAHAN OBAT UNTUK MENDAPAT INFORMASI YANG
BERGUNA, YANG SELANJUTNYA DIMANFAATKAN UNTUK
MEMBUAT FORMULASI SEDIAAN YANG SECARA FISIKOKIMIA
STABIL DAN SECARA BIOFARMASI SESUAI DENGAN TUJUAN
DAN BENTUK SEDIAAN
- PARAMETER FISIKOKIMIA DAN FISIKOMEKANIK MELIPUTI
- STABILITAS KIMIA 2. KELARUTAN/SOLUBILITAS
- KECEPATAN DISOLUSI 4. KONSTANTA DISOSIASI
- KOEFISIEN PARTISI 6. KRISTALINITAS
- POLIMORFISME 8. BENTUK SOLVAT
- 9. UKURAN PARTIKEL
- KOMPATIBILITAS INTERAKSI OBAT EKSIPIEN
- STUDI PENDAHULUAN IN VIVO PADA HEWAN MELIPUTI
- ABSORPSI OBAT
- METABOLISME
- IKATAN PROTEIN
- DISTRIBUSI DAN
- ELIMINASI
12- INFORMASI ESENSIAL DALAM MENDESAIN PREFORMULASI
OBAT ABARU - STRUKTUR KIMIA DAN KARAKTERISTIK
- BOBOT MOLEKUL
- RUAHAN (NOMOR LOT, OBSERVASI MIKROSKOPIK, PELARUT
KRISTALISASI, UKURAN PARTIKEL, SUHU LEBUR,
KOMPRESIBELITAS, DAN VALIDITAS. - METODE ANALITIK
- INFORMASI TERAPEUTIK (KEMUNGKINAN DOSIS MANUSIA,
BENTUK SEDIA-AN YANG DIBUTUHKAN, KETERSEDIAAN
HAYATI, PRODUK KOMPETITOR) - BAHAYA POTENSIAL DAN
- TOKSIKOLOGI
SALAH SATU CONTOH SIFAT FISIKOKIMIA YAITU
SOLUBILITAS/KELARUTAN KELARUTAN ZAT/OBAT BARU
DALAM AIR SANGAT PENTING DALAM STUDI
PREFORMULASI. OBAT YANG DIBERIKAN SECARA ORAL
HARUS LARUT DALAM CAIRAN SALUR CERNA (GI) SEBELUM
DIABSORPSI. KELARUTAN OBAT DALAM CAIRAN FISIOLOGI
DENGAN RENTANG pH 1 8 PENTING SEKALI DIKETAHUI.
13Rancangan Bentuk Sediaan
1. Pendekatan Fisikokimia
- PERANCANGAN BENTUK SEDIAAN FARMASI PERLU
PEMAHAMAN SIFAT FISIKO- - KIMIA DAN BIOFARMASETIK OBAT.
- PERENCANAAN SEDIAAN ORAL BERMANFAAT
PEMAHAMAN ALUR FISIOLOGI - DISPOSISI OBAT (GAMBAR 2.1)
- SEDIAAN OBAT HARUS LARUT (DALAM PEMBERIAN
SEDIAAN PADAT) DALAM - CAIRAN LAMBUNG, MELEWATI LAPISAN MUKOSA
LAMBUNG, MEMASUKI - SIRKULASI DARAH LAMBUNG
- SELANJUTNYA MENUJU HATI SEBELUM
MENGIKUTI SIRKULASI SISTEMIK - AKHIRNYA MENUJU LOKASI KERJA
- OBAT MUNGKIN DIMETABOLISME CAIRAN LAMBUNG,
SEPERTI ENZIM DARI - DINDING USUS, ATAU METABOLISME HEPATIK SEBELUM
MENCAPAI SIRKULASI - SISTEMIK (GAMBAR 2.2)
- AKHIRNYA KETERSEDIAAN HAYATI OBAT TIDAK
SEMPURNA, KARENA ADA - METABOLISME LINTAS PERTAMA (INAKTIVASI) ATAU
METABOLISME MENGHA- - SILKAN PEMBENTUKAN SPESIES AKTIF SECARA
FARMAKOLOGI
DISOLUSI PERSYARATAN UTAMA UNTUK DAPAT MELEWATI
DINDING USUS PADA TAHAP PERTAMA. DISOLUSI TIDAK
SEMPURNA ATAU METABOLISME PADA LUMEN USUS ATAU
OLEH ENZIM PADA DINDING USUS SEHINGGA ABSORPSI
BURUK.
14(No Transcript)
15(No Transcript)
16SIFAT FISIKOKIMIA DAN BIOFARMASETIK OBAT DAPAT
MENIMBULKAN DAMPAK PADA KETERSEDIAAN HAYATI DAN
MANFAAT SERTA PROFIL TOKSISITAS. AGAR BENTUK
SEDIAAN OPTIMAL MAKA SELEKSI DAN FORMULASI
SEDIAAN DITEN-TUKAN OLEH
- KELARUTAN DAN KECEPATAN DISOLUSI
- KOEFISIEN PARTISI ANTARA BARIER LIPOID DAN MEDIA
FISIOLOGI AIR - STABILITAS DAN ATAU KECEPATAN PENGURAIAN DALAM
CAIRAN FISIOLOGIS - KEMUDAHAN TERHADAP IN AKTIVITAS METABOLIK
- MEKANISME TRANSPOR MELALUI MEMBRAN BIOLOGI.
KELARUTAN OBAT DALAM AIR PADA RENTANG pH 2 8
LANGSUNG BERPENGARUH PADA FORMULASI SEDIAAN ORAL
DAN PARENTERAL. OBAT DENGAN KELARUTAN BURUK
(lt1mg/ml) DALAM MEDIA ASAM AKAN MEMPERLIHATKAN
KETERSEDIAAN HAYATI YANG BURUK KARENA
KETERGANTUNGAN PROSES ABSORPSI PADA DISOLUSI
DALAM CAIRAN LAMBUNG. PADA PENYUNTIKAN SECARA
i.v., OBAT HARUS DIBERIKAN DALAM BENTUK LARUTAN.
- SOLUBILISASI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA
- PENGATURAN pH,
- PENAMBAHAN KOSOLVEN
- LIGAN UNTUK KOMPLEKSASI ATAU DENGAN CARA
PEMBENTUKAN EMULSI
SELAIN FISIKOKIMIA DAN BIOFARMASETIK OBAT SERTA
PROFIL KONSENTRASI PLASMA DIKETAHUI MAKA
PENDEKATAN LEBIH LANJUT UNTUK PENGEMBANGAN a.
PENDEKATAN FORMULASI b. PENDEKATAN PRODRUG c.
PENDEKATAN MELALUI ALAT d. MENCARI RUTE
PEMBERIAN OBAT ALTERNATIF.
172. PENDEKATAN FORMULASI
- TEKNIK FORMULASI DAPAT MENINGKATAN KETERSEDIAAN
HAYATI, - MEMINIMALKAN TOKSISITAS DAN EFEK SAMPING OBAT
- FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN YANG BERDAMPAK
PADA, - KELARUTAN, KECEPATAN DISOLUSI, STABILITAS KIMIA,
ENZIMATIK DAN KAPABILITAS ABSORPSI.
BEBERAPA PARAMETER MEMPENGARUHI KELARUTAN DAN
KECEPATAN DISOLUSI OBAT SEPERTI UKURAN PARTIKEL,
SIFAT KRISTAL DAN BENTUK GARAM. EFEK UKURAN
PARTIKEL PADA KECEPATAN DISOLUSI DARI SENYAWA
RELATIF TIDAK LARUT APABILA OBAT DALAM BENTUK
TIDAK DIKOMPRESI SEPERTI SUSPENSI ATAU KAPSUL,
DAN OBAT AKAN TERDISPERSI BAIK DALAM SALURAN
CERNA. PENGEMPAAN, MISALNYA MICRONIZED JADI
SEDIAAN TABLET AGLOMERASI PARTIKEL TERBENTUK
SEHINGGA MENINGKATKAN UKURAN PARTIKEL DAN
MENURUNKAN KECEPATAN DISOLUSI (MAKNA MIKNISASI
JADI HILANG).
3. PENDEKATAN PRODRUG
PRODRUG OBAT YANG DIBUAT MEMODIFIKASI SECARA
KIMIA SUATU SPESIES, YG AKTIF SECARA FARMAKOLOGI
MEMBENTUK SUATU ENTITAS KIMIA BARU DI DALAM TUBUH
ITRANSFORMASIKAN MENJADI SPESIES AKTIF MODIFIKASI
MENGGANGGU SIFAT FISIKOKIMIA DAN BIOFARMASETIK
OBAT DALAM PENGERTIAN LEBIH MENGUNTUNGKAN
18- SUATU PRODRUG IDEAL APABILA
- TIDAK MENUNJUKKAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI
- DIELEMINASI LEBIH LAMBAT DARI OBAT ASAL
- NONTOKSIK
- BIAYA PEMBUATAN TIDAK MAHAL
- PRODRUG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENINGKATKAN ATAU
MENURUNKAN - KELARUTAN DALAM AIR
- MENUTUP RASA PAHIT
- MENINGKATKAN LIPOFILISITAS
- MENINGKATKAN ABSORPSI
- MENURUNKAN EFEK SAMPING LOKAL
- DAN MENGGANGGU DISTRIBUSI JARINGAN DARI OBAT
ASAL(PARENT COMPOUND)
CONTOH KHLORAMFENIKOL DENGAN KELARUTAN AIR 2,5
mg/ml, KHLORAMFENIKOL Na
SUKSINAT 100 mg/ml, DAN KHLORAMFENIKOL
STEARAT ATAU PALMITAT TIDAK LARUT,
DALAM SEDIAAN FARMASI DI-
BERIKAN DALAM BENTUK SUSPENSI
4. PENDEKATAN MELALUI ALAT
- PENGONTROLAN PELEPASAN OBAT PADA LOKASI KERJA
SERING DIPERLUKAN - TERUTAMA UNTUK OBAT YANG DIABSORPSI SECARA CEPAT
MELALUI MEMBRAN - MUKOSA
- ATAU SECARA CEPAT DIHILANGKAN DARI LOKASI KERJA
- PENDEKATAN BIASANYA MENGURANGI EFEK SAMPING OBAT
- PENDEKATAN DIILUSTRASIKAN DENGAN PROGESTASERT
DAN PILOCRPINE - OCUSERT
19- UNIT PENGONTROLAN DIFUSI DIRANCANG UNTUK
PELEPASAN SECARA KONTINU - BIASANYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATRIK ATAU
RESERVOIR. - PADA SISTEM MATRIK, OBAT DIDISPERSIKAN SECARA
ACAK PADA MATRIK - POLIMER
- SEDANGKAN PADA RESERVOIR, OBAT DIKELILINGI OLEH
SUATU MEMBRAN - (DISALUT) YANG AKAN MENGONTROL KECEPATAN
PELEPASAN. - SISTEM YANG DIRANCANG HARUSLAH AMAN DAN
BIOKOMPATIBEL.
4. RUTE PEMBERIAN OBAT ALTERNATIF
- PEMBERIAN OBAT MELALUI RUTE ALTERNATIF MENCEGAH
ABSORPSI DAN - HALANGAN METABOLIK YANG ADA PADA SALURAN CERNA
- RUTE DAPAT JUGA MENUNJUKKAN EFEK SISTEMIK JIKA
PEMBERIAN SECARA - ORAL KONTRA INDIKASI AKIBAT KONDISI FISIOLOGI
- ATAU RUTE DAPAT MELEPAS OBAT SECARA KONTINU
SEPERTI HALNYA PROFIL - PEMBERIAN OBAT SECARA KONTINU (MISAL
TRANSDERMAL) - ALTERNATIF RUTE PEMBERIAN INI MELIPUTI RUTE
OFTALMIK, NASAL, BUKAL, - TRANSDERMAL, PULMONAL, DAN REKTAL.
20 SISTEM PENGHANTARAN OBAT KOLOIDAL
EFIKASI DARI BERMACAM OBAT SERING DIBATASI OLEH
POTENSIAL OBAT MENCAPAI LOKASI AKSI TERAPEUTIK.
DALAM KEBANYAKAN KASUS, HANYA SEBAGIAN KECIL SAJA
DARI DOSIS OBAT YANG DIBERIKAN MENCAPAI LOKASI
KERJA, SEDANGKAN SISANYA SEBAGIAN BESAR DI
DISTRIBUSI PADA BAGIAN LAIN TUBUH TERGANTUNG PADA
SIFAT FISIKA KIMIA DAN BIOKIMIA OBAT.
SEBALIKNYA SISTEM PENGHANTARAN OBAT SPESIFIK
LOKASI TIDAK HANYA AKAN MENING- KATKAN JUMLAH
OBAT MENCAPAI LOKASI, TAPI JUGA SECARA SIMULTAN
AKAN MENURUNKAN JUMLAH OBAT TERDISTRIBUSI PADA
BAGIAN TUBUH LAIN, YANG BERARTI AKAN MENGURANGI
KERJA SAMPING DARI OBAT.
KECENDRUNGAN PENEMUAN OBAT BARU SEKARANG ADALAH
OBAT YANG SEMAKIN POTEN, YANG BERARTI DOSIS OBAT
SEMAKIN RENDAH/KECIL. SISTEM PENGHANTARAN OBAT
SPESIFIK LOKASI, TIDAK HANYA AKAN MENINGKATKAN
JUMLAH OBAT MENCAPAI LOKASI, TAPI JUGA SE-CARA
SIMULTAN AKAN MENURUNKAN JUMLAH OBAT YANG
DIDISTRIBUSI KE BAGIAN LAIN TUBUH, HAL INI
BERARTI JUGA AKAN MENGURANGI EFEK SAMPING KERJA
OBAT YANG TIDAK DIINGINI.
SISTEM PENGHANTARAN SPESIFIK LOKASI ATAU SISTEM
PENGHANTARAN OBAT BERSASARAN (TARGETED), JUGA
AKAN MENURUNKAN DOSIS OBAT YANG DIBERIKAN. DENGAN
PENGURANGAN EFEK SAMPING, HAL INI JUGA AKAN
MENINGKATKAN INDEK TERAPI OBAT.
PENGHANTARAN OBAT MELALUI SISTEM PENGHANTARAN
YANG DIDESAIN SECARA KHUSUS ME- RUPAKAN PEMECAHAN
SANGAT BAIK UNTUK SISTEM PENGHANTARAN OBAT.
AREA YANG BERKONSTRIBUSI SECARA SIGNIFIKAN ADALAH
DENGAN SISTEM PENGHANTARAN OBAT DENGAN KARIER
KOLOIDAL SEPERTI BENTUK NANOPARTIKEL, LIPOSOM,
NIOSOM DAN MIKROEMULSI.
21LIPOSOM SUATU STRUKTUR DARI SATU ATAU LEBIH
SFER KONSENTRIK DARI LAPISAN BILAYER LIPID,
DIPISAHKAN OLEH KOMPARTEMEN AIR ATAU DAPAR AIR.
STRUKTUR SPESIFIK INI DAPAT DIBUAT DENGAN
RENTANG DIAMETER DARI 80 nm SAMPAI 100 µm.
NIOSOM ADALAH SUATU VESIKEL TERUTAMA TERDIRI
DARI SURFAKTAN NON IONIK. NIOSOM DITINJAU
DARI STABILITAS KIMIA, MENUNJUKKAN STABILITAS
YANG LEBIH BAIK DARI FOSFOLIPID
(LIPOSOME).
NANOPARTIKEL ADALAH PARTIKEL KOLOIDAL PADAT
DENGAN RENTANG UKURAN DARI 10 nm
SAMPAI SEKITAR 1000 nm (1 µm). TERDIRI DARI BAHAN
MAKROMOLEKULER PADA MANA BA
TER-LARUT, DIJERAT ATAU DI ENKAPSULASI, DAN ATAU
DIMANA BA DI ADSORBSI ATAU
TERIKAT.
TERMINOLOGI NANOPARTIKEL MELIPUTI NANOKAPSUL
DAN NANOSFER. NANOKAPSUL MEM-PUNYAISTRUKTUR INTI
CANGKANG (SISTEM RESERVOIR) SEDANGKAN NANOSFER
MERUPA-KAN SUATU SISTEM MATRIK.
MIKROEMULSI ADALAH SUATU SISTEM AIR, MINYAK DAN
AMPIFIL YANG MERUPAKAN SUATU
ISOTROPIK TUNGGAL SECARA OPTIK, DAN SECARA
TERMODINAMIKA MERUPAKAN SUATU
LA-RUTAN CAIR STABIL.
TEHNIK POLIMERISASI TELAH BANYAK DITULIS
BERSAMAAN DENGAN BERBAGAI PENGGUNA-AN SEDIAAN
FARMASI TERMASUK PENGGUNAAN POLIMER ESENSIAL
NON-BIODEGRADASI. PENGGUNAAN POLIMER DISINI
DIUTAMAKAN DALAM PENGEMBANGAN POLIMER
BIODEGRA-DASI, KARENA AKHIR-AKHIR INI MEMPUNYAI
KEUNTUNGAN DALAM PEMBERIAN KEPADA PASIEN,
TERUTAMA PEMBERIAN BENTUK SEDIAAN OBAT SECARA
PARENTERAL. MONOMER YANG DIGUNAKAN BIASANYA NON
TOKSIK DAN BIOINCOMPATIBLE, YANG DAPAT
DIGUNA-KAN SECARA AMAN DAN PENGEMBANGAN
CONTROLLED-RELEASE DAN BENTUK SEDIAAN.
22POLIMER DAN POLIMERISASI
POLIMER
POLIMER TINGGI, ADALAH MOLEKUL YANG MEMPUNYAI
MASSA MOLEKUL BESAR. POLIMER TINGGI TERDAPAT DI
ALAM (BENDA HIDUP, BAIK BINATANG MAUPUN
TUMBUH-TUMBUHAN, MENGANDUNG SEJUMLAH BESAR BAHAN
POLIMER), DAN DISINTESIS.
POLIMER ALAM, SEPERTI SELULOSA, PATI, DAN
PROTEIN, TELAH DIKENAL DAN DIGUNA-KAN MANUSIA
BERABAD-ABAD LAMANYA UNTUK KEPERLUAN PAKAIAN DAN
MAKANAN, SEDANGKAN INDUSTRI POLIMER MERUPAKAN HAL
YANG BARU.
- VULKANISASI KARET ALAM OLEH GOODYEAR 1839
- SELULOSA NITRAT, DIHASILKAN DARI REAKSI KERTAS
DENGAN ASAM NITRAT, 1870 - DAMAR FENOLIK 1907
- POLI(FENILETENA) ATAU POLISTIRENA, 1930
- POLI(ETENA), ATAU POLIETILENA ATAU POLITENA,
LAB. ICI WINNINGTON, CHESHIRE, - 1933
POLIMER TINGGI (KADANG-KADANG DISEBUT JUGA
MAKROMOLEKUL), ADALAH MOLE-KUL BESAR YANG
DIBANGUN OLEH PENGULANGAN KESATUAN KIMIA YANG
KECIL DAN SEDERHANA.
KESATUAN-KESATUAN BERULANG ITU SETARA ATAU HAMPIR
SETARA DENGAN MONOMER , YAITU BAHAN DASAR PEMBUAT
POLIMER (TABEL). AKIBATNYA, MOLEKUL-MOLEKUL
POLIMER UMUMNYA MEMPUNYAI MASSA MOLEKUL YANG
SANGAT BESAR. SEBAGAI CONTOH, POLIMER
POLI(FENILETENA) MEMPUNYAI HARGA RATA-RATA MASSA
MOLEKUL MENDEKATI 300.000. HAL INI MENJADI SEBAB
MENGAPA POLIMER TINGGI MEMPERLIHATKAN SIFAT
SANGAT BERBEDA DARI POLIMER BERMASSA MOLEKUL
REN-DAH, SEKALIPUN SUSUNAN KEDUA JENIS POLIMER
ITU SAMA.
23POLIMER POLI(ETENA) POLI(KLOROETENA) SELULOSA MONOMER CH2 CH2 CH2 CHCL C6 H12O6 KESATUAN BERULANG -(CH2 - CH2-) -(CH2 CHCL-) -(C6H10O5-)
JIKA PENGULANGAN KESATUAN BERULANG ITU LURUS
(SEPERTI RANTAI), MAKA MOLEKUL-MO LEKUL POLIMER
SERINGKALI DIGAMBARKAN SEBAGAI MOLEKUL RANTAI
ATAU RANTAI POLI-MER (GAMBAR 1a). PANJANG RANTAI
POLIMER DAPAT DINYATAKAN DALAM DERAJAT
POLIME-RISASI (DP) POLIMER YANG BERSANGKUTAN,
YAITU JUMLAH KESATUAN BERULANG DALAM RANTAI
POLIMER ITU. POLI(KLOROETENA) (POLIVINIL KLORIDA
ATAU PVC) MEMPUNYAI DP 1000 DAN MASSA MOLEKULNYA
62,5 X 000 62,500.
RANTAI POLIMER DAPAT JUGA BERCABANG (GAMBAR 1b).
BEBERAPA RANTAI LURUS ATAU BERCABANG DAPAT
BERGABUNG MELALUI SAMBUNGAN SILANG MEMBENTUK
POLIMER BER-SAMBUNG-SILANG.
JIKA SAMBUNGAN SILANG TERJADI KE BERBAGAI ARAH
MAKA TERBENTUK POLIMER SAM-BUNG-SILANG TIGA
DIMENSI YANG SERING DISEBUT POLIMER JARINGAN
(GAMBAR 1c)
24(No Transcript)
25POLIMERISASI
Dr. W. H. CROTHERS, SEORANGA AHLI KIMIA AMERIKA
SERIKAT, MENGELOMPOKKAN POLIME-RISASI (PROSES
PEMBENTUKAN POLIMER TINGGI) MENJADI DUA GOLONGAN,
YAKNI POLIMERISASI ADISI DAN POLIMERISASI
KONDENSASI
POLIMERISASI ADISI MELIBATKAN REAKSI RANTAI.
PENYEBAB REAKSI RANTAI DAPAT BERUPA RADIKAL BEBAS
(PARTIKEL REAKTIF YANG MENGANDUNG ELEKTRON TAK
BERPASANGAN) ATAU ION.
RADIKAL BEBAS BIASANYA TERBENTUK DARI PENGURAIAN
ZAT YANG NISBI TIDAK MANTAP, YANG DISEBUT PEMICU.
PEMICU INI MEMICU REAKSI RANTAI PADA PEMBENTUKAN
POLIMER, DAN POLIMERISASI INI BERLANGSUNG SANGAT
CEPAT, SERING DALAM WAKTU HANYA BEBERA-PA DETIK.
POLIMERISASI ADISI TERJADI KHUSUS PADA SENYAWA
YANG MEMPUNYAI IKATAN RANGKAP, SEPERTI MISALNYA
ETENA DAN TURUNAN-TURUNANNYA.
POLIMERISASI KONDENSASI DIPANDANG MEMPUNYAI
KESAMAAN DENGAN REAKSI KONDENSA-SI (ATAU
ADISI-PENYINGKIRAN) YANG TERJADI PADA ZAT
BERMASSA MOLEKUL RENDAH.
PADA POLIMERISASI KONDENSASI TERJADI REAKSI
ANTARA DUA MOLEKUL BERGUGUS FUNGSI BANYAK
(MOLEKUL YANG MENGANDUNG DUA GUGUS FUNGSI ATAU
LEBIH YANG DAPAT BERE-AKSI) DAN MEMBERIKAN SATU
MOLEKUL BESAR BERGUGUS FUNGSI BANYAK PULA, DAN
DIIKU-TI OLEH PENYINGKIRAN MOLEKUL KECIL, SEPERTI
MISALNYA AIR,
SEBAGAI CONTOH DITINJAU REAKSI ANTARA
ETENA-1,2-DIOL (ETILENA GLIKOL) DAN ASAM
BENZENA-1,4-DIKARBOKSILAT (ASAM TEREFTALAT), YANG
KEDUANYA MERUPAKAN MONOMER BERGUGUS FUNGSI DUA.
26HASIL REAKSI MASIH MEMPUNYAI DUA GUGUS FUNGSI,
SEHINGGA REAKSI DAPAT BERLANJUT MENGHASILKAN
POLIMER LURUS, SAMPAI SALAH SATU PEREAKSI HABIS.
PERLU DIKETAHUI BAHWA BAIK POLIMER BERCABANG
MAUPUN POLIMER SAMBUNG-SILANG DAPAT TERBENTUK
MELALUI POLIMERISASI ADISI ATAU KONDENSASI.
ISTILAH KOPOLIMER MENUNJUK PADA POLIMER YANG
DIBUAT DARI DUA ATAU LEBIH MONOMER YANG BERBEDA (
JADI MEMUNGKINKAN MERAGAMKAN STRUKTUR POLIMER).
TERDAPAT BEBERAPA JENIS KOPOLIMER, YAITU
KOPOLIMER ACAK, KOPOLIMER BERSELANG-SE-LING,
KOPOLIMER BALOK, DAN KOPOLIMER CANGKUK.
DALAM KOPOLIMER ACAK, SEJUMLAH KESATUAN BERULANG
YANG BERBEDA TERSUSUN SECA-RA ACAK DALAM RANTAI
POLIMER.
DALAM RANTAI KOPOLIMER BERSELANG-SELING, BEBERAPA
KESATUAN BERULANG YANG BER-BEDA BERSELANG-SELING
ADANYA DALAM RANTAI POLIMER.
DALAM KOPOLIMER CANGKUK, KELOMPOK SATU MACAM
KESATUAN BERULANG TERCANGKUK PADA POLIMER TULANG
PUNGGUNG LURUS YANG MENGANDUNG HANYA SATU MACAM
KESATU-AN BERULANG (LIHAT GAMBAR 2
SIFAT POLIMER, PROSES PERTUMBUHAN RANTAI SELAMA
POLIMERISASI BERSIFAT ACAK. OLEH KARENA ITU
RANTAI-RANTAI POLIMER YANG BERBEDA DALAM SUATU
CONTOH POLIMER AKAN MEMPUNYAI PANJANG YANG
BERBEDA-BEDA PULA, TENTU SAJA DENGAN AKIBAT MASSA
MOLE-KUL NISBI (Mr)NYA PUN BERBEDA-BEDA. DENGAN
DEMIKIAN PENENTUAN MASSA MOLEKUL SUA-TU CONTOH
POLIMER SECARA EKPERIMEN, HANYA AKAN MEMBERIKAN
HARGA RATA-RATA. RINCIAN HARGA RATA-RATA
TERSEBUT, DISTRIBUSI MASSA MOLEKUL NISBI.
27(No Transcript)
28POLIMERASASI DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI DUA
GOLONGAN SEPERTI YANG TELAH DIJE-LASKAN
SEBELUMNYA, YAKNI POLIMERISASI ADISI DAN
POLIMERISASI KONDENSASI. BERIKUT INI AKAN DICOBA
MENJELASKANNYA SATU PERSATU.
SATU ELEKTRON TAK BERPASANGAN BERUPA SPESI
REAKTIF YANG DISE- BUT RADIKAL BEBAS, ATAU
BEBERA- PA ION.
POLIMER PENTING YANG DIHASILKAN MELALUI
POLIMERISASI ADISI MELI- PUTI POLIMER YANG
DIHASILKAN DA- RI TURUNAN ETENA BERBENTUK CH2
CHX ATAU CH2 CXY
CIRI DASAR REAKSI BERANTAI REAKSI ANTARA HIDROGEN
DAN KLOR. BILAMANA ATOM-ATOM KLOR
(HASIL PENYINARAN MOLEKUL KLOR DG SINAR MATAHARI)
DITAMBAHKAN KE DLM CAMPURAN HIDROGEN DAN KLOR,
DUA REAKSI CEPAT TERJADI.
29POLIMERISASI ADISI DAPAT DIGOLONGKAN KE DALAM
DUA GOLONGAN YAKNI POLIMERISASI RADIKAL BEBAS DAN
POLIMERISASI ION (KATION ATAU ANION).
POLIMERISASI RADIKAL BEBAS MERUPAKAN MACAM
POLIMERISASI ADISI YANG PALING UMUM DAN
TERPENTING. BIASANYA RADIKAL BEBAS DIBENTUK
MELALUI PENGURAIAN ZAT NIRMAN-TAP DENGAN
MENGGUNAKAN BAHANG ATAU CAHAYA. RADIKAL BEBAS INI
SEBAGAI PEMICU PADA POLIMERISASI. CONTOH SENYAWA
PEROKSIDA, DI(BENZOIL)PEROKSIDA (BENZOIL PEROK
SIDA) DAN BEBERAPA SENYAWA AZO, AZDN
(AZODIISOBUTIRO-NITRIL).
PEMICUAN
PEMICUAN PENGURAI AN PEMICU DAN ADISI MOLEKUL
MONOMER PADA SALAH SATU RA- DIKAL BEBAS YG
TER- BENTUK. JIKA RADIKAL BEBAS SEBAGAI R.
(DARI PEMICU I), MOLE KUL MONOMER SEBAGAI CH2
CHX, TERJADI PRO SES PEMICUAN
REAKSI ADISI MOLE- KUL MONOMER PADA RADIKAL BEBAS
YANG TERBENTUK MERUPA- KAN TAHAP PERAM- BATAN.
PERAMBATAN
30PENGAWAIMBANGAN MELIBATKAN PENGALIHAN ATOM
HIDROGEN-ß DARI SATU RADIKAL KE RADIKAL LAINNYA,
MENGHASILKAN DUA MOLEKUL POLIMER TAK AKTIF. SATU
MEMPUNYAI IKATAN RANKAP DUA PADA UJUNG
MOLEKULNYA, SEDANGKAN YANG LAIN MENGANDUNG IKATAN
JENUH.
31WALAUPUN TAHAP PEMICUAN, PERAMBATAN, DAN
PENGAKHIRAN DIPERLUKAN DAN MEMADAI, PADA
POLIMERISASI DAPAT TERJADI PROSES ALIH RANTAI.
PADA PROSES INI SATU ATOM H ATAU ATOM HALOGEN
DIALIHKAN DARI SUATU MOLEKUL (DISEBUT PENGALIH)
KE RADIKAL. PENGALIH DAPAT BERUPA MOLEKUL
PELARUT, PEMICU (JARANG TERJADI KARENA KEPEKAT-AN
PEMICU UMUMNYA RENDAH), MONOMER, ATAU POLIMER.
SEBAGAI CONTOH, DITINJAU POLI MERRISASI CH2 CHX
DALAM PELARUT TETRAKLOROMETANA (KARBON
TETRAKLORIDA)
PADA REAKSI INI, ATOM KLOR DIALIHKAN PADA RADIKAL
YANG SEDANG TUMBUH MENGHASIL KAN MOLEKUL POLIMER
TAK AKTIF DAN RADIKAL .CCl3. RADIKAL .CCl3
SELANJUTNYA MEMICU PERTUMBUHAN RANTAI POLIMER
LAIN.
SEMAKIN SERING ALIH RANTAI TERJADI, SEMAKIN
PENDEK RANTAI TERBENTUK, KARENA PER-TUMBUHAN
RANTAI-RANTAI POLIMER TERGANGGU. DP AKAN
BERKURANG DST.
32PERLU DICATAT BAHWA PENGGABUNGAN DUA CABANG YANG
SEDANG TUMBUH PADA DUA RANTAI POLIMER YANG
BERBEDA AKAN MENGHASILKAN SAMBUNGAN SILANG.
LAJU DAN DERAJAT POLIMERISASI DAPAT DIKENDALIKAN
DENGAN MENGGUNAKAN ZAT YANG DIKENAL SEBAGAI
PELAMBAT DAN PENGHAMBAT (INHIBITOR). PENGHAMBAT
BEREAKSI DE-NGAN RADIKAL BEBAS, BEGITU RADIKAL
BEBAS ITU TERBENTUK. DENGAN DEMIKIAN POLIMERISASI
TIDAK DAPAT BERLANGSUNG SEBELUM SELURUH
PENGHAMBAT HABIS TERPA-KAI. SEGERA SETELAH
PENGHAMBAT HABIS, LAJU POLIMERISASI MENDEKATI
HARGA YANG SAMA DENGAN LAJU POLIMERISASI TAK
TERHAMBAT. KUINON DAPAT BERTINDAK SEBAGAI
PENGHAMBAT BAGI BANYAK SISTEM POLIMERISASI,
KA-RENA KUINON BEREAKSI DENGAN RADIKAL BEBAS YANG
TERBENTUK, MENGHASILKAN RADI-KAL YANG MANTAP
KARENA RESONANSI. RADIKAL BEBAS INI YANG MANTAP
INI TAK DAPAT MEMICU POLIMERISASI LEBIH LANJUT.
PENGGUNAAN PENGHAMBAT YANG PENTING IALAH UN TUK
PEMANTAP MONOMER. PENAMBAHAN PENGHAMBAT PADA
MONOMER AGAR TAK TERBEN TUK RADIKAL BEBAS,
SEBELUM MONOMER DIPAKAI PENGHAMBAT DIHILANGKAN.
JADI, POLIMERISASI YANG PEKA THDP OKSIGEN,
OKSIGEN HARUS DIHILANGKAN SEBELUM POLIMERISASI
33- Polimerisasi Ion.
- - Polimerisasi Kation
- - Polimerisasi Anion (Karbonion)
POLIMERISASI ADISI DAPAT BERLANGSUNG DENGAN
MEKANISME YANG TIDAK MELIBATKAN RA-DIKAL BEBAS.
MISALNYA, PEMBAWA RANTAI DAPAT BERUPA ION
KARBONIUM (POLIMERISASI KATION) ATAU KARBANION
(POLIMERISASI ANION).
POLIMERISASI KATION. DALAM POLIMERISASI KATION
MONOMER CH2 CHX, PEMBAWA RANTAI IALAH ION
KARBONIUM. KATALIS DALAM REAKSI POLIMERISASI INI
ADALAH ASAM LEWIS (PENE- RIMA PASANGAN ELEKTRON)
DAN KATALIS FRIEDEL-CRAFTS, MISALNYA AlCl3,,
AlBr3, TiCl4, SnCl4,, H2SO4, ASAM KUAT LAINNYA.
POLIMERISASI RADIKAL BEBAS SUHU TINGGI,
POLIMERISASI KATI-ON SUHU RENDAH.
2-METILPROPENA(ISOBUTILENA) PADA SUHU -100O C DG
KATALIS BF3 , AlCl3.. PELARUT PENTING PADA
POLIMERISASI KATION SEBAB MEKANISME ION
MELIBATKAN PARTIKE-PARTIKEL BERMUATAN, SEDANG
RADIKAL BEBAS NETRAL. POLIMERISASI KATION TERJADI
PADA MONOMER YANG MENGANDUNG GUGUS PELEPAS
ELEKTRON.
POLIMERISASI KATALIS ASAM, PEMI- CUANNYA SEPERTI
BERIKUT HA ADALAH MOLEKUL ASAM, KLORIDA, SULFAT
ATAU PERKLORAT.
Asam ke monomer, Jadi ion karbonium Kmd
perambatan spt Radikal bebas.
FRIEDEL-CRAFTS, PAKAI KATALIS BANTU (KOKATALIS),
SPT AIR, DG SDK AIR POLIMERISASI BERLANGSUNG, DG
BF3 REAKSI SPT BERIKUT
34PENGAKHIRAN RANTAI DAPAT TERJADI MELALUI PROSES,
YANG PALING SEDERHANA DAN NYATA IALAH
PENGGABUNGAN ION KARBONIUM DAN ANION PASANGANNYA
(DISEBUT ION LAWAN), ATAU PENATAULANGAN PASANGAN
ION DENGAN MEMBERIKAN KETIDAKJENUHAN DALAM RANTAI
POLIMER SERTA ASAM ATAU KOMPLEKS. MISALNYA, PADA
POLIMERISASI 2-METIL PROPENA DENGAN BF SEBAGAI
KATALIS, TERJADI ALIH PROTON SBB
PENGAKHIRAN DAPAT JUGA TERJADI MELALUI ALIH
RANTAI PADA MONO- MER. DENGAN MENGGUNAKAN
POLI- MER 2-METIL PROPENA SBB SIFAT PELARUT
PELARUT TAK POLAR POLIMERISASI TIDAK TERJADI
35PADA POLIMERISASI ANION MONOMER CH2 CHX,
KARBANION BERTINDAK SEBAGAI PEMBAWA RANTAI.
MONOMER YANG MENGANDUNG SUBSTITUEN
ELEKTRONEGATIF, SEPERTI PROPENITRIL
(AKRILONITRIL), METIL 2-METIL PROPENOAT (METIL
METAKRILAT), DAN BAHKAN FENILETENA (STIRINA),
TERGOLONG DAPAT MENGALAMI POLIMERISASI INI.
SEPERTI POLIMERISASI KATION, REAKSI POLIMERISASI
ANION PALING BAIK BERLANGSUNG PADA SUHU RENDAH.
KATALIS YANG DAPAT DIPAKAI MELIPUTI LOGAM ALKALI,
ALKIL, ARIL DAN AMIDA LOGAM ALKALI. SALAH SATU
PENERAPAN PALING AWAL DARI POLIMERISASI INI DALAM
DUNIA INDUSTRI IALAH PADA PEMBUATAN KARET
SINTETIK, DI JERMAN DAN RUSIA, DARI
BUTA-1,3-DIENA (BUTADIENA) DENGAN KATALIS LOGAM
ALKALI.
CONTOH POLIMERISASI ANION, AMIDA LOGAM ALKALI,
KALIUM AMIDA KNH2, DALAM PELARUT AMONIA CAIR
MEM- PERCEPAT POLIMERISASI MONOMER CH2 CHX.
DALAM AMONI CAIR, KALI- UM AMIDA TERIONISASI KUAT
SEHING- GA PEMICUAN DAPAT DIGAMBARKAN ION LAWAN
(PENETRAL) BAGI KARBAN- ION IALAH ION K.
PERAMBATAN MERU- PAKAN ADISI MONOMER PADA
KARBAN- ION YANG DIHASILKAN TADI.
JIKA DIPAKAI PELARUT LEMBAM DAN PEREAKSI MURNI,
MAKA POLIMERISASI HANYA BERHENTI KETIKA SELURUH
MO NOMER PEREAKSI HABIS TERPAKAI. TE- TAPI
KARBANION TIDAK DIRUSAK, JIKA DITAMBAH MONOMER
LAGI POLIMERISA SI DAPAT DIPICU LAGI.
36(No Transcript)
37POLIMERISASI YANG MELIBATKAN PENGGABUNGAN MOLEKUL
KECIL-KECIL, MENGHASILKAN MOLEKUL BESAR-BESAR
MELALUI REAKSI KONDENSASI (ATAU
ADISI-PENYINGKIRAN) DALAM KIMIA ORGANIK.
MISALNYA, JIKA CAMPURAN ETANOL (ETIL ALKOHOL) DAN
ASAM ETANOAT (ASAM ASETAT) DIPANASI BERSAMA
SEDIKIT ASAM SULFAT PEKAT, ESTER ETIL ETANOAT
(ETIL ASETAT) DIHASILKAN, DISERTAI PENYINGKIRAN
AIR.
REAKSI BERHENTI SAMPAI DI SINI KARENA TIDAK
TERDAPAT GUGUS FUNGSI YANG DAPAT BERE-AKSI (GUGUS
COOH DAN GUGUS OH). AKAN TETAPI, JIKA TIAP
MOLEKUL PEREAKSI MENGAN-DUNG DUA ATAU TIGA GUGUS
FUNGSI, MAKA REAKSI BERIKUTNYA DAPAT TERJADI.
MISALNYA, REAKSI ANTARA DUA MONOMER ASAM
HEKSANADIOT (ASAM ADIPAT) DAN ETENA-1,2DIOL-
(ETILENA GLIKOL)
DAPAT DILIHAT BAHWA HASIL REAKSI MASIH MENGANDUNG
DUA GUGUS FUNGSI, SEHINGGA RE-AKSI BERIKUT DENGAN
MONOMER DAPAT BERLANJUT PADA KEDUA UJUNG MENJADI
MOLEKUL BESAR
POLIMERISASI INI BERTAHAP, TERBENTUK DIMER,
TRIMER, TETRAMER DST. JADI BERBEDA DE-NGAN
POLIMERISASI RANTAI ATAU ADISI, YANG MEMBENTUK
POLIMER BERMASSA BESAR SEGE-RA SEKALIGUS. REAKSI
DAPAT JUGA SBB ANTARA DUA MOLEKUL YANG SEDANG
TUMBUH
POLIMERISASI KONDENSASI PADA UMUMNYA MELIBAT- KAN
PENGHILANGAN MOLEKUL AIR ATAU MOLEKUL KE- CIL
LAINYA.
38- Kopolimerisasi
-
- Homopolimer X (A)n Y
- Kopolimer X (A)n B (m) C (l) ..
Y - X ) Gugus Ujung
- Y )
- A )
- B ) Kesatuan
berulang - C )
POLIMER YANG PALING SEDERHANA IALAH HO-MOPOLIMER
YANG KESATUAN BERULANGNYA MEMPUNYAI STRUKTUR
SAMA. HOMOPOLIMER DAPAT SEPERTI GAMBAR DIMANA X
DAN Y ADA-LAH GUGUS UJUNG, DAN A ADALAH KESATUAN
BERULANGNYA. JADI, POLIMER SEPERTI POLIE-TENA DAN
POLIKLOROETENA (POLIVINIL KLORI-DA ATAU PVC)
ADALAH CONTOH HOMOPOLIMER. AKAN TETAPI, JIKA DUA
MACAM ATAU LEBIH MO NOMER MEMPOLIMER BERSAMA DAN
MENGHA-SILKAN POLIMER YANG MENGANDUNG LEBIH DA RI
SATU MACAM KESATUAN STRUKTUR, MAKA DAPAT
TERBENTUK KOPOLIMER. DISINI A, B, C, DST. YANG
MENYATAKAN BERBAGAI KESATUAN STRUKTUR, BERGANTUNG
PADA MONOMER YANG DIPAKAI. HOMOPOLIMER DAPAT
DIGA-BUNGKAN ATAU DIPERTAHANKAN DALAM KO-POLIMER.
SATU KEUNTUNGAN KOPOLIMERISASI.
KOPOLIMER ACAK DIBUAT DENGAN MEMPOLIMERKAN
CAMPURAN MONOMER YANG SESUAI, MI-SALNYA KOPOLIMER
KLOROETENA-ETENILETANOAT (VINIL KLORIDA-VINIL
ASETAT) DAN KOPO LIMER FENILETENA-BUTA-1,3-DIENA.
KEBERADAAN ETENIL ETANOAT DALAM KOPOLIMER KLOR
ETENA-ETENILETANOAT MENINGKATKAN KELARUTAN DAN
MEMPERBAIKI SIFAT ALIR KOPOLI MER DIBANDINGKAN
TERHADAP HOMOPOLIMER KLORETENA, SEHINGGA
KOPOLIMER LEBIH MUDAH DICETAK. SIFAT KOPOLIMER
YANG DIBENTUK DARI MONOMER A DAN B BERGANTUNG
PADA PENYEBARAN KESATUAN A DAN B DALAM RANTAI
KOPOLIMER. PENYEBARAN TERSEBUT BELUM TENTU SAMA
DENGAN NISBAH KONSENTRASI A TERHADAP B DALAM
CAMPURAN MONO-MER AWAL. SECARA UMUM DAPAT
DIKATAKAN BAHWA JIKA DUA MONOMER A DAN B
MEMBEN-TUK KOPOLIMER, DAN A LEBIH REAKTIF, MAKA
KOPOLIMER HASILNYA PADA TAHAP AWAL ME-NGANDUNG A
LEBIH BANYAK DARIPADA B. PADA TAHAP LANJUT,
KETIKA KONSENTRASI MONO-MER A MENJADI RENDAH,
KOPOLIMER YANG TERBENTUK MENJADI LEBIH KAYA AKAN
B.
39CARA POLIMERISASI
- POLIMERISASI RUAH, SISTEM PADA DASARNYA TERDIRI
DARI MONOMER (BERWUJUD CAIR - ATAU GAS DAN PEMICU. POLIMERISASI MONOMER
CAIR, SEPERTI MISALNYA FENILETENA, MELAHIRKAN
BANYAK MASALAH. POLIMERISASI ADISI SANGAT
EKSOTERMIS DAN BIASA-NYA REAKSI DAPAT TAK
TERKENDALIKAN ATAU BAHKAN MELEDAK. OLEH KARENA
POLI-MER BIASANYA LARUT DALAM MONOMERNYA,
KEKENTALAN SISTEM MENINGKAT DAN ME-NIMBULKAN
KESUKARAN PADA PENGADUKAN.
2. POLIMERISASI LARUTAN, MONOMER DILARUTKAN
DALAM PELARUT YANG COCOK SEBELUM TERJADI
POLIMERISASI. DALAM SISTEM POLIMERISASI INI,
PELARUT DAPAT MEMBANTU ME LESAPKAN BAHANG REAKSI.
KELEMAHANNYA KEMUNGKINAN TERJADI PENGALIHAN
RAN-TAI KEPADA PELARUT DENGAN AKIBAT PEMBENTUKAN
POLIMER BERMASSA MOLEKUL LE-BIH RENDAH, DAN
PELARUT KEMUDIAN HARUS DIPISAHKAN DARI POLIMER
HASIL, DAPAT DI ATASI MENGGUNAKAN PELARUT YANG
MELARUTKAN MONOMER TETAPI TIDAK MELARUT-KAN
POLIMER, SEHINGGA POLIMER DAPAT DIPEROLEH
LANGSUNG SEBAGAI SUATU BUBUR.
- POLIMERISASI SUSPENSI, DALAM PEROSES INI MONOMER
(MENGANDUNG PEMICU YANG TER LARUT) DISEBARKAN
SEBAGAI TETESAN DALAM AIR. HAL INI DILAKUKAN
DENGAN PENGA-DUKAN CEPAT SELAMA REAKSI.
POLIMERISASI TERJADI DALAM TETESAN-TETESAN.
TETE-SAN DIJAGA TETAP TERPISAH DENGAN MENAMBAHKAN
SEJUMLAH KECIL PEMANTAP, SE-PERTI TALK ATAU
POLI(ETANOL) (POLIVINIL ALKOHOL). POLIMER HASIL
TERBENTUK BUTIRAN KECIL SEHINGGA MUDAH DISIMPAN
DAN NISBI TIDAK TERCEMAR.
- POLOMERISASI EMULSI, MENYERUPAI POLIMERISASI
SUSPENSI, BEDANYA ADALAH SABUN DI - TAMBAHKAN UNTUK MEMANTAPKAN TETESAN
MONOMER. SABUN JUGA MEMBENTUK AGRE- GAT MOLEKUL
SABUN ATAU MISEL. MISEL INI MELARUTKAN MONOMER
DENGAN CARA ME-NGAMBIL MONOMER KE DALAM BAGIAN
MISEL. PEMICU YANG LARUT DALAM FASE AIR BER
DIFUSI KE DALAM MISEL, SEHINGGA MEMICU
POLIMERISASI. MOLEKUL POLIMER TUMBUH DENGAN CARA
MENGAMBIL MONOMER BERIKUTNYA DARI FASE AIR.
DISINI POLIMER BER-MASSA TINGGI DAPAT TERBENTUK.
BAHANG REAKSI DISERAP OLEH FASE AIR-POLIMERISASI
40POLIMER UNTUK KEDOKTERAN DAN FARMASI
KEBUTUHAN POLIMER DALAM DUNIA KEDOKTERAN DAN
FARMASI SETIAP TAHUN SEMAKIN MENINGKAT. DARI
TABEL BERIKUT TERLIHAT APLIKASI POLIMER DALAM
BIDANG KEDOKTERAN DAN FARMASI.
A P L I K A S I C O N T O H
IMPLAN ATAU BAHAN PENUNJANG LAIN PENGOBATAN EKSTRA KORPAREAL ATAU BAHAN PENUNJANG LAIN PERALATAN BIOAKTIF MEDIKAL TERAPEUTIK PENENTUAN DIAGNOSTIK KLINIK (TERUTAMA SEBAGAI PEMBAWA) ORGAN ARTIFISIAL, LENSA INTRA OKULER, PENGHUBUNG (SENDI) ARTIFISIAL, PROTESE PAYUDARA, DAN BAHAN SUTUR HEMODIALISIS, HEMOPERFUSI, OKSIGENATOR DARAH, KATETER, TUBE, WADAH DAN DISPENSER DARAH, BAHAN PENUTUP LUKA BESAR, PEMBALUT(SPLINT) DAN LENSA KONTAK PETS SEDIAAN TRANDERMAL, MIKROSFER DAN MIKROENKAPSULASI UNTUK SISTEM PENGHANTARAN OBAT BERSASARAN POLIMER SEBAGAI OBAT, KONYUGAT OBAT POLIMER BIOSENSOR, PENENTUAN DALAM KLINIK DAN PENANDA JARINGAN DAN KOMPOSISI GAMBAR
41A P L I K A S I C O N T O H
BIO-PROSES BIO-SEPARASI IMOBILISASI ENZIM DAN SEL MEMBRAN, KOLOM, DAN LARUTAN POLIMER
POLIMER SERING SULIT DIKARAKTERISASI SECARA
TELITI KARENA VARIASI PANJANG RANTAI DAN
DISTRIBUSI BOBOT MOLEKULNYA (POLIMER SERING
MERUPAKAN CAMPURAN DARI BANYAK FRAKSI DENGAN
RENTANG BOBOT MOLEKUL BERBEDA).
HAL INI DAPAT DISEBABKAN PROSES MANUFAKTUR,
FABRIKASI, STERILISASI, ATAU PROSES POLIMERISASI
KOMPONEN. FAKTOR PEMBATAS INI DAPAT MENYEBABKAN
BERKURANGNYA KOMPATIBILITAS (TERMASUK TOKSISITAS)
DAN RESISTENSI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN
JARINGAN TUAN RUMAH (HOST).
TIPE POLIMER DAN SINTESIS
POLIMER DAPAT BERASAL DARI SUMBER ALAM, HASIL
SINTESIS, ATAU SEMI SINTESIS (ALAM DIMODIFIKASI
SECARA KIMIA). DI ANTARA POLIMER ALAM ADALAH ASAM
NUKLEAT, PROTEIN, POLISAKHARIDA, DAN KOMPLEK
PROTEIN DENGAN POLISAKHARIDA.
POLIMER HASIL SINTESIS, ANTARA LAIN, POLIESTER,
POLIURETAN, POLIAMIDA, POLIKAR-BONAT,
POLISILOKSAN, POLIOLEFIN, SENYAWA POLIVINIL,
AKRILAT, DAN LAIN SEBAGAINYA. SEMUANYA TERSUSUN
BERUPA RANTAI PANJANG DARI UNIT BERULANG
(MONOMER) YANG DAPAT MENCAPAI BOBOT MOLEKUL
RATUSAN ATAU RIBUAN DALTON.
42(No Transcript)
43PADA UMUMNYA POLIMER TERBENTUK MELALUI TIGA
TEKNIK POLIMERISASI
- POLIMERISASI ADISI DENGAN KEBERADAAN RADIKAL
BEBAS DAN KATALIS METALIK DIIKUTI PEMBUKAAN
RANTAI SIKLIK MONOMER, ATAU ADISI PADA IKATAN
RANGKAP MONOMER. DIPERSYARATAN MOLEKUL ASIMETRIK,
KECUALI PADA ETENA, TETRAFLUOROETILEN, DAN
BEBERAPA MONOMER SIKLIK. POLIMERISASI TERJADI
TANPA PELEPASAN PRODUK SAMPING, WALAUPUN
DIKETAHUI BAHWA RADIKAL BEBAS DAN ATAU KONTAMINAN
LAIN DIKETAHUI MENYEBABKAN KERUSAKAN SEL. - POLIMERISASI KONDENSASI DI MANA 2 UNIT MONOMER
BIFUNGSIONAL BEREAKSI DENGAN MELEPASKAN SUATU
PRODUK SAMPING SEDERHANA SECARA BERTAHAP. REAKSI
BERLANG SUNG LAMBAT DAN PRODUK DENGAN BM TINGGI
HANYA TERBENTUK PADA TAHAP AKHIR. REAKSI INI
TERJADI DENGAN KEBERADAAN MONOMER YANG MENGANDUNG
2 GUGUS FUNGSIONAL BERBEDA ATAU 2 MOLEKUL YANG
MASING-MASING MEMPUNYAI LEBIH SATU GUGUS
FUNGSIONAL. POLIMER YANG TERBENTUK, MENURUT
METODA INI, MENGHASILKAN AIR SEBAGAI PRODUK
SAMPING, DAN CENDERUNG MENGALAMI DEPOLIMERISASI
DALAM LINGKUNGAN AIR. SELAIN ITU, DAPAT TERJADI
REAKSI SAMPING DAN RESIDU KATALIS DA-PAT
DIINKORPORASIKAN KE DALAM POLIMER. OLEH KARENA
ITU, SETIAP DEGRADASI DA-PAT MELEPAS MONOMER
BEBAS, RESIDU, DAN LAIN SEBAGAINYA, YANG DAPAT
BERSIFAT TOKSIK ATAU TIDAK TERHADAP JARINGAN YANG
MENGELILINGINYA. - POLIMERISASI PENYUSUNAN KEMBALI (REARRANGEMENT),
DI MANA HANYA DITRANSFER SATU ATOM HIDROGEN,
SEPERTI DALAM PEMBENTUKAN POLIURATAN.
POLIMERISASI DA-PAT DICAPAI DENGAN INISIASI
MENGGUNAKAN PANAS ATAU FOTOKIMIA (FREE RADIKAL
PROPAGATION). POLIMERISASI KATIONIK MELIBATKAN
PROPAGASI KARBOKSI DAN AMONIAK SERTA PROPAGASI
KARBONIUM.
HOMOPOLIMER TERBENTUK MELALUI POLIMERISASI
MONOMER TUNGGAL, KOPOLIMER DARI 2 MONOMER
BERBEDA, DAN TERPOLIMER DARI TIGA. KOPOLIMERISASI
DAN TERPOLIMERISASI DIGUNAKAN UNTUK MENCAPAI
SIFAT POLIMER AKHIR YANG DIINGINKAN. KOPOLIMER
ACAK, BERGANTI-GANTI (ALTERNATIF), BLOK (BLOCK),
DAN ENTEN (GRAFT) BERSIFAT HIDROFILIK ATAU
HIDROFOBIK DAN ATAU BIODEGRADABLE ATAU BIOERDIBEL.
44POLIMER SINTETIK DAPAT BERUPA TIDAK SAMBUNG
SILANG (NON CROS LINKED) DAN TERMOPLASTIK
(MELUNAK SECARA CEPAT PADA PEMANASAN DAN MENGERAS
PADA PENDI-NGINAN, MISAL POLISTIREN), ATAU
SAMBUNG SILANG (CROS LINKED) TERMOSETING (MELUNAK
PADA PEMANASAN DAN MENJADI KAKU/RIGID) PADA
PEMANASAN LANJUTAN, MISAL RESIN EPOKSIDA.
SIFAT TERMAL POLIMER DITENTUKAN OLEH METODA
PEMBENTUKAN, PEMURNIAN, DAN STERILISASI. POLIMER
DAPAT ATAKTIK, ISOTATIK, ATAU SINDIOSTATIK.
S I F A T P O L I M E R
RENTANG SIFAT POLIMER SANGAT DITENTUKAN OLEH
SIFAT KIMIA DAN STRUKTUR DARI POLIMER. RANTAI
POLIMER DAPAT BERSIFAT LINIER, BERCABANG (PANJANG
DAN FREKUENSI BERVARIASI), ATAU SAMBUNG SILANG
(DENGAN FREKUENSI BERVARIASI) TERHADAP CABANG
YANG BERDEKATAN.
SELANJUTNYA, CABANG-CABANG INI DAPAT TIDAK
TERATUR (STRUKTUR AMORF), TERATUR (STRUKTUR
KRISTALIN), ATAU BERORIENTASI MENURUT SATU ARAH.
STRUKTUR INI BILA DIGABUNG DENGAN KOMPOSISI KIMIA
AKAN MENGHASILKAN SIFAT POLIMER YANG BERANE-KA
RAGAM SEPERTI PADA PENGGUNAANNYA.
FAKTOR INI JUGA AKAN MEMPENGARUHI SIFAT KELARUTAN
(PELARUT, pH) SERTA METODA PENGOLAHAN DAN
PENCETAKAN.
45 APLIKASI UMUM POLIMER DALAM FORMULASI
APLIKASI POLIMER DALAM FORMULASI TERUTAMA SEBAGAI
PENGENTAL (EMULSI, SUSPENSI) LARUTAN, SALUT LAPIS
TIPIS (TABLET, PELLET, GRANUL, DAN SEBAGAINYA)
DENGAN PELARUT AIR DAN ORGANIK (DI BANYAK NEGARA
PELARUT ORGANIK DILARANG), SEBAGAI PENGIKAT
(DALAM GRANUL, TABLET), MATRIK (PELEPASAN
TERKENDALI TABLET ATAU KAPSUL), SERTA SEDIAAN
TOPIKAL DAN TRANDERMAL.
TERLALU LUAS UNTUK MEMBAHAS SIFAT, APLIKASI, DAN
SPESIFIKASI DARI BEGITU BANYAK EKSIPIEN
FARMASETIK YANG TERMASUK KELOMPOK POLIMER INI.
OLEH SEBAB ITU, UNTUK MENGETAHUI HAL TERSEBUT
DISARANKAN MENGACU PADA
- USP-NF (TERUTAMA MEMBAHAS EKSIPIEN)
- HANDBOOK OF PHARMACETICAL EXCIPIENTS YANG
MEMBAHAS SEJUMLAH MONOGRAFI POLIMER - INFORMASI DARI PRODUSEN POLIMER
SATU HAL YANG SELALU HARUS DIINGAT ADALAH
PERATURAN DAN KETENTUAN EKSIPIEN YANG BOLEH/DAPAT
DIGUNAKAN SEBAGAI EKSIPIEN DALAM SEDIAAN FARMASI.
SURFAKTAN DAN POLIMER SANGAT BERPERAN DALAM
PENGEMBANGAN SEDIAAN LIPOSOM, MIKROEMULSI,
EMULSI, EROSOL, BUSA, GEL, PARTIKEL, DAN
PARTIKULAT. HAL INILAH YANG MERUPAKAN ALASAN
MENGAPA MASALAH EKSIPIEN KHUSUS INI DIBAHAS
TERSENDIRI.
46(No Transcript)
47(No Transcript)
48(No Transcript)
49http//www.nano-indonesia.org
50(No Transcript)
51(No Transcript)
52(No Transcript)
53(No Transcript)
54(No Transcript)
55(No Transcript)
56(No Transcript)
57(No Transcript)
58(No Transcript)
59(No Transcript)
60(No Transcript)
61(No Transcript)
62(No Transcript)
63(No Transcript)
64(No Transcript)
65(No Transcript)
66(No Transcript)
67(No Transcript)
68(No Transcript)
69(No Transcript)
70(No Transcript)
71(No Transcript)
72(No Transcript)
73(No Transcript)
74(No Transcript)
75(No Transcript)
76(No Transcript)
77(No Transcript)
78(No Transcript)
79(No Transcript)
80(No Transcript)
81(No Transcript)
82(No Transcript)
83(No Transcript)
84(No Transcript)
85(No Transcript)
86(No Transcript)
87(No Transcript)
88(No Transcript)
89(No Transcript)
90(No Transcript)
91(No Transcript)
92(No Transcript)
93(No Transcript)
94(No Transcript)
95(No Transcript)
96(No Transcript)
97(No Transcript)
98(No Transcript)
99(No Transcript)
100(No Transcript)
101(No Transcript)
102(No Transcript)
103(No Transcript)
104(No Transcript)
105(No Transcript)
106(No Transcript)
107(No Transcript)
108(No Transcript)
109(No Transcript)
110(No Transcript)
111(No Transcript)
112(No Transcript)
113(No Transcript)
114(No Transcript)
115(No Transcript)
116(No Transcript)
117(No Transcript)
118(No Transcript)
119(No Transcript)
120(No Transcript)
121(No Transcript)
122(No Transcript)
123(No Transcript)
124(No Transcript)
125(No Transcript)
126(No Transcript)
127(No Transcript)
128(No Transcript)
129(No Transcript)
130(No Transcript)
131(No Transcript)
132(No Transcript)
133(No Transcript)
134(No Transcript)
135(No Transcript)
136(No Transcript)
137(No Transcript)
138(No Transcript)
139(No Transcript)
140(No Transcript)
141(No Transcript)
142(No Transcript)
143(No Transcript)
144(No Transcript)
145(No Transcript)
146(No Transcript)
147(No Transcript)
148(No Transcript)
149(No Transcript)
150(No Transcript)
151(No Transcript)
152(No Transcript)
153(No Transcript)
154(No Transcript)
155(No Transcript)
156(No Transcript)
157PENSASARAN OBAT (DRUG TARGETING)
PENSASARAN KOLOID
- PENSASARAN PASIF
- PEMINDAHAN METODA PENDISTRIBUSIAN NATURAL SUATU
OBAT SECARA IN-VIVO - PEMERANGKAPAN MEKANIK MIKROSFERA KASAR SISTEM
KAPILER - MEMANFAATKANNYA UNTUK PEMBERIAAN INTRA-VENA ATAU
INTRA-ARTERI - PERANAN RETIKULOENDOTELIAL SISTEM SEPERTI UNTUK
PARASIT, FUNGI BAKTERI, DLL.
- PENSASARAN AKTIF
- PEMINDAHAN PERUBAHAN MODEL DISTRIBUSI SECARA
NATURAL - PARTIKEL PEMBAWA
- REFLEKSI MODIFIKASI UKURAN PARTIKEL, PERMUKAAN
PARTIKEL - PEMBAWA
- SECARA LANGSUNG SEL-SEL SPESIFIK, TISU ATAU ORGAN
- PENSASARAN FISIKA
- PENDEKATAN TERHADAP IKATAN KOMPLEKS OBAT DAN
PEMBAWA - PELEPASAN OBAT DIPENGARUHI OLEH
- PERUBAHAN pH
- TEMPERATUR
- EKSTERNAL PEMBAWA MAGNETIK
158 SISTEM PEMBAWA
PEMBAWA OBAT YANG SEMPURNA HARUS SELEKTIF, HANYA
MENGHANTARKAN OBAT KE BAHAGIAN KHAS SESUAI BAGI
BERBAGAI JENIS OBAT, DAYA MUAT YANG
BESAR, MELEPASKAN OBAT PADA KADAR YANG TERKENDALI
(CONTROL RELEASED)
159 PEMERANGKAPAN PARTIKEL OLEH MAKROFAGUS
- PENGAMBILAN PARTIKEL ASING DARI SALURAN DARAH
SANGAT PENTING UNTUK PENYE-LIDIKAN NANOPARTIKEL
SAMPAI KE SASARAN, PERAN INI TERUTAMA MAKROFAGUS
ME-RUPAKAN SALAH SATU ELEMEN DI DALAM SISTEM
RETIKULOENDOTELIAL (R.E.S) - MAKROFAGUS DIHASILKAN OLEH SEL-SEL BATANG
PLURIPOTEN (PLURIPOTENT STEM CELL) DALAM SUMSUM
TULANG. - SEL-SEL PROGENITOR OLEH MONOSIT DAN MASUK KE
SALURAN DARAH TISU - MAKROFAGUS PADA AWALNYA MERUPAKAN SEL YANG TIDAK
AKTIF - APABILA DIRANGSANG DIA AKAN AKTIF DAN DAPAT
BERGERAK MERAPATI DAN MEMFA-GOSITOSIS PARTIKEL
DENGAN BAIK - MAKROFAGUS AKTIF DAPAT MELEKAT, MENCERNAKAN DAN
MEMECAHKAN PARTIKEL-PARTIKEL ASING. - DI DALAM TISU MAKROFAGUS DIKENAL DENGAN NAMA-NAMA
- FAGOSIT ALVEOLAR (PARU-PARU)
- MIKROLIA (SISTEM SARAF PUSAT)
- RETIKULAR (SUMSUM TULANG DAN ORGAN LIMFOID)
- SEL-SEL KUPFFER (HATI)
- MAKROFAGUS JUGA DIDAPATI DI SEMUA
TISU YANG MENGALAMI INFLAMASI
160(No Transcript)
161(No Transcript)
162(No Transcript)
163(No Transcript)
164(No Transcript)
165(No Transcript)
166(No Transcript)
167(No Transcript)
168(No Transcript)
169(No Transcript)
170(No Transcript)
171(No Transcript)
172(No Transcript)
173(No Transcript)
174(No Transcript)
175(No Transcript)
176(No Transcript)
177 P R O - D R U G
- PEMECAHAN PROBLEMA PENGHANTARAN
- OBAT
- TERSEDIANYA BEBERAPA TURUNAN KIMIA YANG
- DISYARATKAN UNTUK PRO DRUG
- SECARA IN-VITRO PRO DRUG DAPAT KEMBALI
- PADA OBAT INDUK
178(No Transcript)
179(No Transcript)
180 PERUBAHAN KEMBALI PRO DRUG KE OBAT INDUK (ZAT
KHASIAT)
- TERGANTUNG TUJUAN PRO DRUG DIREKABENTUK/DIRENCANA
KAN - SEBELUM ABSORBSI
- SELAMA ABSORBSI
- SETELAH ABSORBSI
- SASARAN KHUSUS
PRO DRUG UNTUK OBAT SECEPATNYA SAMPAI PADA
TUJUAN HAKEKATNYA PRO DRUG SUATU JENIS YANG
IN-AKTIF KERJA SANGAT KOMPLEKS PRO DURG UTUH
BUKANLAH ZAT KHASIAT
181 PENGGERAK PERUBAHAN (KATALIS) PRO DRUG KE PADA
MOLEKUL OBAT DI DALAM TUBUH
- PROSES HIDROLISIS OLEH ENZIM,
-
- ZAT KHASIAT MENGANDUNG GUGUS ESTER HIDROKSI
ATAU - KARBOKSI DIUBAH OLEH PROSES ENZIM ESTERASE
- PROSES OKSIDASI ATAU REDUKSI,
-
- SEPERTI SULINDAC, DIREDUKSI DARI BENTUK
THIOESTER DARI IKATAN QUARTERNER - PYRIDINIUM PRO DRUG KE BENTUK OBAT INDUK
MELALUI PROSES OKSIDASI - ENZIMATIK
- SISTEM BUFFER,
- RELATIF KONSTAN DALAM pH FISIOLOGIS (pH 7,4),
UNTUK PEMICU PELEPASAN OBAT - DARI SUATU PRO DRUG.
- LABIL PADA pH 7,4 DAN STABIL DALAM pH 3-4.
182 KELOMPOK BEBERAPA ESTER HIDROKSI DAN
KARBOKSI UNTUK PRO DRUG
- ASAM SALISILAT KARBOKSILAT ESTER
KARONIL - PARACETAMOL ESTER KARBONAT FOSFAT
- KLORAMFENIKOL PALMITAT HEMI SUKSINAT
- LINKOMYCIN ESTER DIALKYL-KARBONAT
- L DOPA - ESTER METYL
- INDOMETACIN ESTER PHENYL
KEPOLPULERAN KELOMPOK INI BERDASARKAN KENYATAAN
BAHWA ORGANISME LEBIH SESUAI DI DALAM ENZIM
PENGHIDROLISIS ESTER, DISTRIBUSI ESTERASE ADA
DIMANA-MANA, DARAH HATI, ORGAN ATAU TISU LAIN.
183(No Transcript)
184(No Transcript)
185terima kasih
ESB