Title: What Is World Class Maintenance ?
1What IsWorld Class Maintenance ?
2Konsep Menuju World Class Maintenance
- Paparan Konsep Menuju World Class Maintenance ini
kami sadur berdasarkan konsep dari Marshall
Institute dan Japan Institute of Plant
Maintenance (JIPM) mengenai alur kegiatannya,
sedangkan yang terkait dengan organisasi kami
sarikan dari tutorial tentang Learning
Organization oleh Doreen Warren.
3Konsep Menuju World Class Maintenance
- JALAN PANJANG MENUJU WORLD CLASS MAINTENANCE
- Ada dua bahasan yang akan dipaparkan di bawah ini
dalam rangka memotret sistem manajemen perawatan
industri, dalam upaya agar suatu sistem perawatan
industri dapat mencapai kategori World Class
Maintenance. Bahasan pertama bersifat filosofis
dan bahasan kedua adalah hal-hal praktis yaitu
tahapan, metode dan teknik perawatan yang harus
diterapkan secara konsisten untuk dapat mencapai
World Class Maintenance tersebut. Bahasan
pertama mengacu pada anjuran yang diberikan oleh
Marshall Institute, dengan sedikit tambahan
tentang Learning Organization yang perlu untuk
mempertahankan status World Class, dan bahasan
kedua mengacu pada salah satu anjuran dari
Tokutaro Suzuki pada bukunya TPM for Process
Industries.
4Konsep Menuju World Class Maintenance
- 1. Evolusi Perawatan Melalui Domain-domain
Perawatan Yang Stabil. - Kita tahu bahwa jenis perawatan yang paling
primitif adalah perawatan reaktif (reactive
maintenance) yang berprinsip bahwa kita hanya
akan melakukan penanganan tertentu apabila telah
terjadi kegagalan pada asset tersebut. Oleh
karena itu domain dari kegiatan ini disebut
sebagai reaktif. Domain ini adalah stabil dalam
arti bahwa kita akan selalu melakukan kegiatan
reaktif yang sama terus menerus selama kita tidak
mau berubah. Sifat pekerjaan ini atau sifat
penanganan ini disebut sebagai responsive work
. - Implikasi dari penanganan seperti ini adalah
sangat rendahnya reliability, availability, dan
kondisi serta kinerja dari asset yang didapat
yang pada gilirannya menjurus ke prestasi bisnis
yang paling rendah. Domain ini tetap akan
bertahan apabila pemilik asset tidak merasa
disaingi dalam bisnisnya. Lihat Gambar 1
(Marshall Institute).
5Konsep Menuju World Class Maintenance
6Konsep Menuju World Class Maintenance
- Begitu persaingan meningkat, maka pada saat itu
pula pemilik asset ingin agar kurva kinerjanya
meningkat, yang hanya bisa didapat hanya dengan
meninggalkan paradigma perawatan reaktif, menuju
ke domain perawatan terencana, yaitu dengan
meningkatkan efisiensi pekerjaan. Mereka yang
berpindah ke domain perawatan terencana akan
memiliki peluang untuk menang dalam persaingan
dengan cara antara lain mensistematiskan
manajemen sumber dayanya melalui perencanaan dan
penjadualan pekerjaannya, pengaturan suku cadang
dan penggudangan yang lebih baik, dan membangun
sistem-sistem pengendalian perintah pekerjaan
yang baik. - Dalam domain perawatan terencana maka
pelaksanaan perawatannya diupayakan dilakukan
sebelum terjadi kegagalan. Mengingat sulitnya
menetapkan pekerjaan yang betul-betul harus
dilakukan mengakibatkan kadangkala terdapat
pekerjaan yang sebetulnya tidak perlu dilakukan
tetapi tetap dilakukan dalam upaya mencegah
kegagalan sebelum kegagalan tersebut diperkirakan
terjadi. Dengan sendirinya efektifitas biaya
perawatannya masih belum teroptimasikan. Sehingga
sebetulnya penggunaan yang lebih produktif dari
tenaga kerja, material, dan kapital dapat lebih
ditingkatkan apabila kita dapat mengetahui dengan
pasti kegagalan apa yang sedang akan terjadi dan
kapan akan terjadi pada asset tersebut.
7Konsep Menuju World Class Maintenance
- Selama tidak merasa disaingi dalam bisnisnya
maka domain perawatan terencana yang diterapkan
akan tetap stabil. Tetapi apabila persaingan
meningkat maka tidak bisa tidak kita harus
meninggalkan paradigma perawatan terencana (yang
stabil dalam domainnya) menuju apa yang kita
sebut sebagai improved precision domain. Ini
merupakan domain yang stabil pula di mana
kegagalan atau cacat tidak hanya sekadar
ditangani dengan lebih baik tetapi kegagalan atau
cacat itu dieliminasikan, sehingga kegagalan
tidak akan pernah terjadi lagi. - Di sinilah mulai berperannya RCM dan TPM. Motto
TPM adalah Zero Defect Maintenance atau
kadangkala disebut sebagai Zero Breakdown
Maintenance. RCM memiliki ide yang serupa
dengan TPM (similar), RCM menekankan pada
eliminasi kegagalan atau setidak-tidaknya
mengeliminasi dari konsekuensi-konsekuensi
kegagalan dengan sangat menekankan pada eliminasi
dari penyebab yang paling mendasar dari kegagalan
atau yang biasa disebut sebagai Root Cause
Analysis (RCA).
8Konsep Menuju World Class Maintenance
- Domain ini adalah apa yang biasa kita sebut
sebagai World Class Maintenance. Di sini peran
RCM dan TPM akan berlanjut, peningkatan prestasi
akan terjadi pula dengan penambahan lagi akan
pengertian tentang continuous improvement.
Walaupun demikian persyaratan untuk dapat
dicapainya domain prestasi World Class yang
terpercaya adalah apabila Organizational
Learning telah bisa diterapkan. - Perlu diingat bahwa domain-domain tersebut bukan
tujuan atau goal, tetapi merupakan suatu
perjalanan yang harus dilalui yang dalam
kenyataannya masing-masing domain bisa berperan
terus menerus sesuai dengan kebutuhan selama
berjalannya bisnis.
9Konsep Menuju World Class Maintenance
- 2. Tiga Langkah Menuju WORLD CLASS MAINTENANCE
(Marshall Institute) - i. Pembenahan Awal Terpadu
- Benahi Sistem-sistem Internal tempatkan pada
tempat yang benar sebagai pondasi untuk
peningkatan. Ciptakan praktek-praktek manajemen
yang baik demikian pula Sistem-sistem
Informasinya - ii. Melangkah Lebih Jauh Lagi
- Penerawangan dan penciptaan Visi, bersatu dalam
Missi, menciptakan kemitraan antara Perawatan dan
Produksi, membentuk Perawatan sebagai suatu
bagian integral dari Strategi Bisnis Pabrik. - iii. Penyelesaian Proses, bukan hanya Masalah
- Membangun "Mentalitas Zero Breakdown" melalui
RCM dan TPM, dalam rangka mengeliminasi
kemungkinan terputusnya proses melalui Learning
Organization. - Tiga langkah sederhana ini menggambarkan tentang
bagaimana perawatan dapat ditingkatkan,
diintegrasikan ke dalam missi menyeluruh
organisasi, yaitu perawatan dioptimasikan
kontribusinya (bukannya diminimasi biayanya), ini
semua merupakan kerangka kerja untuk membangun
visi dan untuk mengorganisasi penanganannya.
Lihat Gambar 2 (Marshall Institute).
10Konsep Menuju World Class Maintenance
11Konsep Menuju World Class Maintenance
- Memulai
- Perlu penekanan bahwa mulai saat ini ke depan
perawatan (harus) bertindak sebagai kontributor
utama untuk mencapai tujuan bisnis. Perawatan
akan mengimplementasikan sistem, prosedur dan
kebijakan yang menjurus ke meningkatnya
manajemen, kontrol, dan eksekusi fungsi
perawatan. Haruslah diperjelas bahwa organisasi
perawatan akan mensupport pabrikasi dengan
kualitas yang tertinggi dengan biaya terendah
dengan bermitra dengan Produksi dan berkolaborasi
dengan departemen terkait lainnya untuk
mendapatkan - suatu organisasi pekerja keras, cukup staf, yang
dirancang dengan baik dari mereka-mereka yang
memiliki kompetensi, yang bekerja secara harmonis
satu sama lainnya dalam melayani pabrik - prosedur, metode, teknik perekaman yang
dikembangkan secara baik yang digunakan untuk
secara cerdas dan efektif mengontrol
kegiatan-kegiatan perawatan dan sumber daya - standar-standar kualitas dan prosedur yang tinggi
untuk medapatkan kegiatan-kegiatan perawatan
dengan prestasi tinggi - kemampuan memproduksi melalui optimasi
reliability peralatan dan utilisasi asset dengan
tetap memenuhi seluruh persyaratan-persyaratan
pemasaran, produksi dan compliance.
12Konsep Menuju World Class Maintenance
- LANGKAH 1
- Memulai Kegiatan
- (Reactive ke Terencana)
- Peningkatan perawatan harus dimulai dengan
proses-proses manajemen yang baik. Maka untuk
menciptakan sumberdaya perawatan yang lebih
produktif membutuhkan - implementasi dari metode perencanaan,
- struktur organisasi dan pengukuran dan
teknik-teknik kontrol yang baik untuk
melaksanakan dan mengendalikan proses perawatan
dari sisi arah, kualitas, kuantitas, standar
prestasi dan ekonomi serta efisiensinya. - Peter Drucker menyatakan bahwa tugas dari bisnis
adalah untuk membuat sumber daya -- tenaga kerja,
material, modal -- supaya produktif. Defisiensi
yang paling signifikan yang terkait dengan proses
perawatan di kebanyakan pabrik adalah sesuatu
yang "systemic". Ini bukan merupakan masalah
kompetensi manajemen, kemampuan atau kegagalan,
tetapi pada dasarnya merupakan kekurangan dalam
praktek dan sistem manajemen dengan mana
sumberdaya secara produktif dikendalikan. Jadi
pada dasarnya, adalah kurangnya pemahaman yang
jelas dan konsisten dari peran strategik
perawatan yang harus bermain dalam percaturan
produksi maupun bisnis (melalui reliability dan
availabilty, kualitas dan unit cost yang lebih
rendah).
13Konsep Menuju World Class Maintenance
- Ruang lingkup manajemen sumber daya perawatan
dalam rangka prestasi dan produktivitasnya
adalah - Maintenance Requests
- Maintenance Planning and Scheduling
- Work Management System Work Order System
- Information Management Systems (CMMS)
- Preventive Maintenance Systems
- Predictive Maintenance Systems
- Inventory Stores (Materials Control)
- Supervisory/Leadership Skills
- Training and Development
- Organizational Structures
- Maintenance and Reliability Engineering
14Konsep Menuju World Class Maintenance
- Ini merupakan suatu pola baku yang harus
dimiliki perawatan, inherent atau melekat pada
dirinya, yang merupakan job desc dari dirinya
yang akan menggulirkan teknik-teknik dalam rangka
pelaksanaannya yaitu - Menyiapkan tenaga kerja berketerampilan tinggi,
efisien dan bermotivasi - Menciptakan secara efektif dan efisien
perencanaan pekerjaan, komunikasi dan eksekusi
proses dan prosedur - Menyiapkan tools, supplies, fasilitas dan
dokumentasi teknis dan kepakaran yang dibutuhkan
untuk mengeksekusi secara efektif dan efisien - Untuk mampu membuat keputusan berbasis data,
didasarkan pada prioritas bisnis dan goal yang
telah disetujui - Untuk mampu membuat ukuran-ukuran prestasi yang
akurat dan berarti - Menggunakan sistem informasi yang mencerminkan
data histori yang akurat untuk penelusuran dan
analisis - Memiliki ekspektasi atau harapan yang bisa
dimengerti untuk continuous improvement - Kemampuan manajemen proyek yang praktis dan
efisien - Administrasi standar dan prosedur yang efektif
dan efisien dan - Melakukan yang dasar-dasar dengan baik
-
- Semua ini sudah ada metode pengembangannya yang
sangat memudahan penerapannya.
15Konsep Menuju World Class Maintenance
- Untuk dapat menciptakan pondasi dalam rangka
mencapai tahapan berikutnya maka perlu dilakukan
pemotretan kondisi sistem perawatan untuk
kemudian dilakukan rekomendasi dalam rangka
implementasi perbaikannya. - Survai yang dilakukan pada awal pekerjaan ini
dapat menghasilkan temuan awal yang apabila dapat
dibenahi dengan benar hasilnya merupakan pondasi
yang sangat kuat dalam meniti tahap pertama
(milestone) dari jalan menuju ke world class
maintenance.
16Konsep Menuju World Class Maintenance
- LANGKAH 3
- Fix the Process, Not Just the Problems
- (Proactive ke Improved Precision. World Class.)
- Perawatan merupakan tools sebagaimana JIT, Six
Sigma, Lean Manufacturing, atau sebarang dari
metode dan teknik-teknik "world class" lainnya
yang tersedia untuk manajemen untuk meningkatkan
tingkat kompetitif perusahaan, memainkan suatu
peran utama dalam menurunkan quality defects,
peningkatan kapasitas dan throughput,
danpeningkatan produktifitas dan profitability
dari pabrik secara keseluruhan. - Dengan Langkah 3 ini, sudah tiba saatnya untuk
bergerak melampaui tingkatan melakukan pekerjaan
lebih effektif, atau melakukannya dengan bermitra
dengan fungsifungsilainnya dalam pabrik. Bagi
perawatan kini sudah saatnya kita berhenti
melakukan ini semua ! "Zero Breakdown
Maintenance" merupakan tujuan.
17Konsep Menuju World Class Maintenance
- Reliability-Centered Maintenance. RCM merupakan
suatu pendekatan yang sistematis, sangat
terstruktur dan berdisiplin tinggi untuk
memaksimumkan keselamatan dan fungsi dari asset
peralatan. RCM menggunakan suatu kerangka kerja
yang akurat untuk mengidentifikasi seluruh
potensial atau cara suatu asset bisa gagal. Ini
merupakan cara berpikir baru terhadap perawatan
daripada mencegah kegagalan pada seluruh kasus
dan seluruh jajaran, adalah lebih baik untuk
mencoba menghindarkan konsekuensi-konsekuensi
kegagalannya. - RCM mengkombinasikan seluruh teknik perawatan
reactive (breakdown atau run-tofailure),
perawatan pencegahan (PM berbasis frekuensi atau
berbasis siklus), perawatan prediktif (PdM
berbasis kondisi), dan failure finding, dan
mencoba untuk secara optimal menerapkan
strategi-strategi ini (sering-sering dalam
kombinasinya) dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat mengoptimasikan reliability
peralatan dengan cara yangpaling ekonomis.
18Konsep Menuju World Class Maintenance
- Studi Reliability-Centered Maintenance
menunjukkan bahwa - Reliability peralatan tidak tergantung pada jenis
peralatan, kekompleksan proses, kapasitas, dan
lokasi - Program perawatan pencegahan sendirian tidak
menjamin keandalan peralatan dan integritas
mekanikal - Reliability dan integritas mekanikal dapat
meningkat selagi biaya perawatan menurun - Program RCM yang komprehensif dan workable dapat
dikembangkan untuk fasilitas, berapapun usianya,
ukurannya atau kekompleksannya. - RCM klasik menekankan pada mode-mode kegagalan
aktual atapun yang mungkin terjadi dan efek atau
konsekuensi-konsekuensi dari mode-mode ini. RCM
mencoba menggunakan history, analisis risiko,
fungsi probabilistik (metode statistik), dan
pertimbangan ekonomi untuk mengidentifikasi
metode-metode atau strategi-strategi yang paling
cost effective untuk menghindarkan atau
menurunkan konsekuensi kegagalan. RCM klasik
mengambil pengalaman dan pengetahuan dari pakar
operasi dan perawatan, yang bisa sangat teknis.
19Konsep Menuju World Class Maintenance
- Efektifitas RCM telah terbukti, dan hasilnya
berimbang dengan usahanya akan tetapi adanya
konsensus yang terus berkembang yang menyatakan
bahwa adanya tingkat kekompleksan dan keakurasian
metodologi, menyebabkan RCM bisa mahal dan padat
sumber daya konsekuensinya akan membutuhkan
support manajemen yang kuat dan "konsisten
terhadap tujuan" demi kesuksesannya. - Penerapan RCM yang sukses membutuhkan leadership
dan disiplin organisasi yang signifikan. Sebagai
akibatnya, sejak beberapa tahun yang lalu
terlihat berkembangnya sejumlah turunan
"streamlined" dari RCM metode-metode ini adalah
kontroversial terhadap para praktisi RCM klasik,
tetapi mulai diterima secara cepat sebagai
alternatif untuk situasi tertentu.
20Konsep Menuju World Class Maintenance
- Total Productive Maintenance. Konsep TPM dan RCM
memberi pelajaran kepada kita bahwa "zero
breakdown", memang secara aktual bisa dicapai,
dari sisi keinginan maupun kebutuhan. Ini memang
telah dibuktikan oleh pabrik-pabrik yang
beroperasi dengan downtime yang diukur dalam
fraksi jam / menit pertahunnya, oleh pesawat
terbang secara signifikan tidak gagal (secara
statistik). - TPM merupakan suatu tool yang sangat ampuh yang
telah terbukti mampu mengubah budaya di pabrik.
TPM menjalin seluruh organisasi (terutama
perawatan dan operasi) dalam mengeliminasi setiap
hal yang berpengaruh buruk pada overall equipment
effectiveness (OEE Availability x Production
Rate x Quality Rate). OEE merupakan ukuran
prestasi yang harus dicapai bersama-sama secara
maksimal oleh perawatan danproduksi.
21Konsep Menuju World Class Maintenance
- TPM merupakan suatu proses untuk meningkatkan
reliability dan efisiensi dengan mengikutsertakan
seluruh karyawan dalam memelihara, membeli dan
meningkatkan peralatan. Ini merupakan pendekatan
life cycle, yang menerapkan beberapa prinsip yang
sederhana dan memiliki common sense - Mempertahankan kondisi dasar mesin seperti
kebersihan, pelumasan, dan mempertahankan
alignment dan kekencangan yang tepat. - Mempertahankan prosedur-prosedur operasi yang
tepat - Bersama-sama (share) bertanggung jawab pada
perawatan peralatan - Mendeteksi defect yang imminent dan mencegah
deteriorasi - Melakukan koreksi terhadap rancangan sedini
mungkin - Meningkatkan tingkat-tingkat ketrampilan
personnel perawatan dan operator - Goal dari TPM adalah sama sederhananya
- Menurunkan breakdowns ke zero
- Menurunkan quality defects ke zero
- Menurunkan safety losses ke zero
- Menurunkan minor stoppages ke zero
- Menurunkan biaya operasi dan perawatan
- Memaximumkan Overall Equipment Efficiency
22Konsep Menuju World Class Maintenance
- EPILOG
-
- Penjabaran secara praktis dari ketiga langkah
menuju World Class Maintenance tersebut dapat
dikaji dalam paragraf-paragraf berikut mengacu
pada statement dari Tokutaro Suzuki dalam buku
TPM in Process Industries dan Doreen Warren dalam
tutorialnya Organizational Learning. -
- Statement dari Tokutaro Suzuki tersebut sangat
berperan dalam langkah 1 dan 2 menuju World Class
Maintenance yang menekankan akan mutlaknya
perencanaan pekerjaan dan disiplin organisasi
yang harus tetap berlaku sampai kapanpun walaupun
organisasi telah mencapai status World Class.
Sedangkan Organizational Learning yang menekankan
pada continuous improvement dan sustainability
dari kepakaran dalam organisasi menjadi ciri
untuk tetap mempertahankan status world class
tersebut.
23Konsep Menuju World Class Maintenance
- Dari kaitan ini maka statement Tokutaro Suzuki
tersebut perlu di pahami sebagai berikut - Implementing a periodic / preventive
maintenance system before establishing basic
conditions - when equipment is still dirty, nuts
and bolts are loose or missing, and lubrication
devices are not working properly - frequently
leads to failures before the next major service
is due. - To prevent these would require making the
service interval unreasonably short, and the
whole point of the preventive maintenance program
would be lost. - Rushing into predictive maintenance is equally
risky. Many companies purchase diagnostic
equipment and software that monitors conditions,
while neglecting basic maintenance activities. - It is impossible, however, to predict optimal
service intervals in an environment where
accelerated deterioration and operating errors
are unchecked. -
- Tokutarõ Suzuki dalam bukunya TPM for Process
Industries menempatkan predictive maintenance
pada tahap akhir dari 4 tahap kegiatan yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai kondisi zero
breakdown.
24Konsep Menuju World Class Maintenance
- Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
- Tahap 1. Stabilkan Interval Kegagalan
- Kembalikan mesin ke kondisi dasarnya dengan
membersihkan, melumas, dan mengencangkan, - Selidiki kejanggalan (abnormality) dan eliminasi
deteriorasi, - Klarifikasi, kaji dan perjelas tentang ada pada
kondisi apa pelaksanaan operasi saat ini dan
penuhi syarat penggunaannya (konteks operasi), - Eliminasi lingkungan penyebab percepatan
deteriorasi (eliminasi atau kendalikan sumber
pencemar atau sumber kontaminasi), - Bangun standar inspeksi harian dan pelumasan
rutin, - Tingkatkan kontrol visual yang ekstensif,
- Tahap 2. Perpanjang Jam Operasi Mesin
- Evaluasi peralatan untuk memilih bagian-bagian
yang akan dilakukan perawatan intensif (buat
prioritas tugas), - Gunakan Pareto untuk merinci peringkat kegagalan
yang paling serius, - Cegah kegagalan utama jangan sampai terulang
kembali, - Koreksi kelemahan rancangan mesin,
- Eliminasi kegagalan tak terduga dengan
menghindarkan kesalahan operasi dan reparasi, - Tingkatkan ketrampilan mengeset dan mengadjust,
25Konsep Menuju World Class Maintenance
- Tahap 3. Secara Sistematis Menghilangkan
Deteriorasi - Bangun sistem perawatan periodik
- laksanakan service periodik
- laksanakan inspeksi periodik
- bangun standar kerja
- kendalikan suku cadang
- komputerisasikan informasi perawatan
- Kenali tanda-tanda kejanggalan yang terjadi pada
proses dan deteksi kejanggalan-kejanggalan
tersebut secara lebih dini - Tangani kejanggalan-kejanggalan dengan benar
- Tahap 4. Prediksi Umur Mesin
- Bangun sistem perawatan predictive
- Latih pelaku diagnostik peralatan
- Perkenalkan teknik-teknik diagnostik peralatan
- Konsolidasi peningkatan kegiatan
- Laksanakan analisis kegagalan yang canggih
menggunakan teknik-teknik engineering yang khas - Perpanjang umur mesin dengan menggunakan material
dengan kemampuan yang lebih lanjut dan terapkan
sebisa mungkin teknologi baru
26Konsep Menuju World Class Maintenance
- Jadi secara teknis praktis Langkah Pertama dan
Kedua untuk bisa mencapai Kondisi ProActive yang
sebenarnya yang ada pada langkah Ketiga harus
dapat diterapkan dengan baik. Ini semua dapat
berlangsung apabila organisasinya merupakan
Learning Organization yaitu suatu organisasi yang
akan selalu ada dalam proses - mencipta (creating),
- mengakuisisi (acquiring),
- mentransfer (transferring), dan
- mempertahankan (retaining) pengetahuan
(knowledge) dan - melakukan modifikasi (modifying) perilaku yang
ada saat ini (current behaviour) untuk
meningkatkan efisiensi (to increase efficiency). - Organizational Learning itu sendiri merupakan
suatu proses yang memungkinkan suatu organisasi
untuk dapat menggunakan dengan lebih baik
pengetahuan (knowledge) dari para anggautanya
dalam membuat keputusan bisnis. Pada organisasi
yang konvensional, keputusan-keputusan biasanya
didasarkan pada perspektif manajemen dengan tidak
memperhitungkan (mengikutsertakan)
anggauta-anggauta organisasi lainnya. Suatu
bisnis yang menggunakan Organizational Learning
mengakui nilai tambah dengan memasukkan seluruh
anggautanya dalam proses pengambilan keputusan.
27Konsep Menuju World Class Maintenance
- Organizational Learning telah berkembang menuju
suatu metodologi dengan mana bisnis memfasilitasi
kolaborasi di dalam organisasi itu sendiri untuk
berkonsentrasi pada continuous improvement.
Organisasi yang menerapkan filosofi ini disebut
sebagai Learning Organization. Suatu Learning
Organization mengakui bahwa suatu bisnis terdiri
dari orang yang memiliki komitmen dari seluruh
yang ada di organisasi untuk mendapatkan
tujuan-tujuan organisasi yang terbaik. - Melalui Organizational Learning suatu organisasi
mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan
ketrampilan untuk memperkuat anggauta-anggautanya
untuk bekerja dalam suatu team yang kohesif
(solid). - Tabel berikut mengidentifikasikan beberapa dari
perbedaan-perbedaan yang mendasar antara
Organisasi Konvensional dan Learning Organization.
28Konsep Menuju World Class Maintenance
29Konsep Menuju World Class Maintenance
- Langkah pertama untuk menerapkan Organizational
Learning adalah memberi dorongan ke seluruh
anggauta organisasi untuk secara
berkesinambungkan belajar dengan memberi imbalan
bagi anggauta-anggauta yang meningkat
kompetensinya. Pemahaman akan bagaimana orang
belajar merupakan kunci untuk mengimplementasikan
suatu sistem yang efektif. Adaptive learning
merupakan proses belajar yang reaktif terhadap
perubahan dan didasarkan pada aturan dan
struktur. Sebaliknya, proactive learning berjalan
melampaui reaktif dan terjadi apabila selalu
bersedia untuk melakukan perubahan-perubahan.
Implementasi dari Organizational Learning
membutuhkan insentif untuk mendorong pelaksanaan
proactive learning. - Langkah kedua dalam mengimplementasikan
Organizational Learning adalah untuk menerapkan
Team Learning dimana orang-orang bersedia dan
mampu untuk bekerjasama untuk membangun mindsets
baru dan mentransfer pengetahuan melalui
organisasi tersebut. - Pada langkah ketiga, Organizational Learning
mensyaratkan agar organisasi menggunakan
pengetahuan yang makin meningkat untuk
menciptakan peluang-peluang pasar yang baru.
30 Konsep Menuju World Class Maintenance
- Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya,
pengembangan Organizational Learning membutuhkan
kemampuan untuk mencipta (creating),
mengakuisisi (acquiring), mentransfer
(transferring), dan mempertahankan (retaining)
pengetahuan (knowledge) dan melakukan modifikasi
(modifying) perilaku yang ada saat ini (current
behaviour) untuk meningkatkan efisiensi (to
increase efficiency). - Pengetahuan didapat dari berbagai sumber di dalam
maupun dari luar organisasi. Orang yang bekerja
dalam organisasi memahami kebutuhan sehari-hari
dan memiliki dasar-dasar pengetahuan yang
dibutuhkan untuk membantu manager sewaktu mencoba
menyelesaikan masalah-masalah. Memanfaatkan
sumber daya manusia bersama-sama dengan kemampuan
manajer untuk mengenal dan menginterpretasikan
pengetahuan adalah kritis. Juga sangat penting
terjadinya alih pengetahuan apabila seseorang
meninggalkan organisasi sehingga pengetahuan
tersebut tinggal dan tidak hilang.