Koefisien Distribusi (Hukum Partisi) - PowerPoint PPT Presentation

1 / 16
About This Presentation
Title:

Koefisien Distribusi (Hukum Partisi)

Description:

Koefisien Distribusi (Hukum Partisi) Hubungan zat terlarut yang terdistribusi di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur Walter Nernst : jika solut dilarutkan ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1489
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 17
Provided by: karofarmas
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Koefisien Distribusi (Hukum Partisi)


1
Koefisien Distribusi (Hukum Partisi)
  • Hubungan zat terlarut yang terdistribusi di
    antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
  • Walter Nernst jika solut dilarutkan sekaligus
    ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur,
    maka solut akan terdistribusi di antara kedua
    pelarut.
  • Pada keadan setimbang, perbandingan konsentrasi
    solut berharga tetap pada suhu tetap.

2
Zat Terlarut Pelarut Pelarut
Zat Terlarut Organik (O) Air (A)
Iodium Iodium Iodium Asam suksinat Brom CCl4 CS2 CHCl3 (C2H5)O CCl4 Air Air Air Air Air 85 414 131 0.125 30
3
  • Harga Kd tidak bergantung pada konsentrasi total
    solut pada kedua fase.
  • Kd bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut,
    jenis solut.
  • Hukum partisi hanya berlaku untuk larutan encer
    dan keadaan solut sama (tidak mengalami
    perubahan) dalam kedua pelarut.
  • Hukum partisi tidak berlaku jika solut yang
    terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi
    pada fase pelarut.
  • Jika keadaan ideal (zat terlarut tidak mengalami
    asosiasi, disosiasi atau polimerisasi) ? Kd D.

4
Ekstraksi Proses pemisahan zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai
  • Metoda paling baik dan populer
  • Dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun
    mikro
  • Tidak memerlukan alat khusus/ canggih
  • Proses pemisahan sederhana, cepat dan mudah
  • Digunakan dalam industri untuk menghilangkan
    zat-zat yang tidak diinginkan dalam produk
  • Contoh pemurnian minyak tanah, minyak goreng,
    pemurnian NaOH dalam proses elektrolisis.

5
Klasifikasi ekstraksiBerdasarkan bentuk campuran
yang diekstraksi
  • Ekstraksi Padat-cair
  • Zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran
    yang berbentuk padatan.
  • Ekstraksi ini banyak dilakukan dalam usaha
    mengisolasi zat yang berkhasiat yang terkandung
    dalam bahan alam steroid, hormon, antibiotika,
    lipid pada biji-bijian.
  • Ekstraksi Cair-cair (ekstraksi pelarut)
  • Zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran
    yang berbentuk cair.
  • contoh pemisahan iod atau logam-logam dalam
    air.

6
Klasifikasi ekstraksiBerdasarkan proses
pelaksanaannya
  • Ekstraksi kontinyu
  • Pelarut yang sama digunakan berulang kali sampai
    proses ekstraksi selesai
  • Alat soxhlet.
  • Ekstraksi bertahap
  • Pada ekstraksi ini, setiap kali ekstraksi selalu
    digunakan pelarut yang baru sampai proses
    ekstraksi selesai.
  • Alat corong pisah.

7
Teknik ekstraksi
  • Pada ekstraksi cair-cair, dapat dilakukan metode
    kontinyu maupun bertahap.
  • Untuk metode bertahap
  • - tekniknya dengan menambahkan pelarut
    pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut
    pertama melalui corong pisah
  • - dilakukan pengocokan sampai terjadi
    kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua
    pelarut.
  • - didiamkan beberapa saat ? terbentuk 2 lapisan.

8
Pemilihan pelarut
  • Kelarutannya rendah dalam fase air
  • Viskositasnya rendah ? untuk mencegah
    terbentuknya emulsi
  • Toksisitas rendah
  • Tidak mudah terbakar
  • Harga Kd besar untuk zat-zat terlarut
  • Harga Kd kecil untuk kontaminan
  • Mudah mengambil kembali zat terlarut dan pelarut
    (perhatikan titik didih).

9
KOEFISIEN DISTRIBUSI OBAT
  • Koefisien distribusi (koefisien partisi) suatu
    obat tetapan kesetimbangan kadar obat dalam
    kedua fase yang saling tidak bercampur.
  • Kd CA atau P obatlipid
  • CB obatair
  • Dalam sistem hidup ? Kd sulit diukur.
  • Kd ditentukan secara in vitro dengan menggunakan
    n-oktanol sebagai fase lipid dan buffer fosfat pH
    7,4 sebagai fase air.
  • Kd merupakan sifat aditif bagi molekul ? setiap
    gugus fungsi turut menetapkan kepolaran, sifat
    lipofil hidrofil molekul.

10
  • Koefisien distribusi sangat berpengaruh pada
  • Ciri pengangkutan obat
  • Cara obat mencapai sisi kerjanya dari sisi
    pemakaian
  • Cara obat menembus dan melintasi sejumlah sel
    untuk mencapai sisi kerja
  • Mis obat yang sangat larut dalam air, tidak
    sanggup dengan cepat melewati cairan lipid
    untuk mencapai organ kaya lipid (otak jaringan
    syaraf), tetapi melalui darah dengan cara difusi
    dari fase air ke fase yang lain akhirnya bisa
    sampai ke tempat tujuan.
  • Penentuan jaringan mana saja yang dapat dicapai
    oleh senyawa tertentu
  • Cara kerja obat depresan, anestetika, hipnotika,
    desinfektan

11
HIPOTESIS OVERTON - MEYER
  • Abad 19 ? Overton Meyer mengajukan hipotesis
    bahwa kerja narkotik dari obat adalah fungsi
    koefisien distribusi suatu senyawa antara medium
    lipid dan air.
  • Kesimpulan
  • Semua zat netral yang larut lipid mempunyai sifat
    depresi terhadap syaraf
  • Aktivitas tersebut sangat nyata pada sel kaya
    lipid
  • Efek naik dengan naiknya koefisien partisi tanpa
    menghiraukan struktur zat.
  • Berbagai variasi obat dengan tipe kimia berbeda
    ? menghasilkan kerja narkotik yang sama pada
    konsentrasi sama dalam sel lemak (membran sel).

12
HIPOTESIS MULLIN (1954)
  • Mullin memodifikasi hipotesis Overtone-Meyer
    bahwa di samping konsentrasi anestetika dalam
    membran, volume juga penting yang dinyatakan
    dalam fraksi volume.
  • Fraksi volume fraksi mol x volume molar
    parsial
  • Anestetika memuaikan membran sel
  • Anestesi terjadi pada saat nilai pemuaian kritis
    tercapai, sekitar 0,3 0,5 volume asalnya.
  • Daerah permukaan membran juga turut memuai.

13
KAIDAH FERGUSON (1939)
  • Fergusson memperluas hipotesis untuk anestetika
    yang diberikan sebagai fase gas dengan cara
    dihirup
  • Tanpa memperhatikan biofase (sisi kerja
    anestetika atau konsentrasi mutlak zat dalam fase
    gas/cair ? efek anestetika terjadi dalam rentang
    aktivitas termodinamik yang konstan
  • Aktivitas termodinamik a Pi(untuk gas)
  • Ps
  • Pi tekanan uap parsial dalam udara
  • Ps tekanan uap zat murni
  • Si konsentrasi molar obat terlarut
  • Ss kelarutan molar obat.

14
  • Ferguson menyatakan bahwa tingkat kerja narkotik
    yang sama akan terjadi pada keaktifan
    termodinamik obat yang sama dalam larutan
  • Harga tertinggi untuk keaktivan termodinamik 1
    ? merupakan titik jenuh
  • Aktivitas termodinamik berguna untuk membedakan
    obat berstruktur khas dan tidak khas.
  • Obat berstruktur tidak khas bekerja pada
    aktivitas termodinamik tinggi (0,01 1) ? hanya
    aktif pada dosis tinggi
  • Aktivitas hayatinya tidak berkaitan dengan
    struktur kimia.
  • Senyawa berlainan ? aktivitas hayati sama

15
  • Obat berstruktur khas ? sebagian besar senyawa
    yang digunakan untuk pengobatan.
  • Menunjukkan efek farmakologi yang berkaitan
    dengan aktivitas termodinamiknya.
  • Aktif pada konsentrasi yang sesuai dengan
    aktivitas termodinamik yang sangat rendah (lt
    0,001)
  • Struktur kimia mirip ? menghasilkan efek sama
    dengan mekanisme yang sama
  • Perubahan pada struktur kimia ? mengubah sifat
    fisikokimianya ? sifat farmakologi berubah

16
  • Senyawa berstruktur khas ? berantaraksi dengan
    reseptor obat yang khas dan sangat selektif
  • Umumnya struktur makromolekul bersifat
    lipoprotein atau glikoprotein
  • Kerapatan reseptor rendah untuk tiap satuan
    permukaan membran ( 10 10.000 reseptor/µm2.
  • Catatan kelompok obat tidak khas ? anestetika
    umum
  • strukturnya beragam mulai dari gas
    mulia(Ar, Xe) sampai pada steroid yang
    rumit.
  • Farmakologi anestesi ? rumit dan luas.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com