Title: Penatalaksanaan Varian Virus Baru Hendra yang mematikan
1Penatalaksanaan Varian Virus Baru Hendra yang
mematikan
Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji
ketika menjelaskan sarana laboratorium klinik
untuk pencegahan virus Hendra
Solo Setelah munculnya virus golongan terbaru
dari virus Covid-19 yaitu virus varian Omicron
dan setelah munculnya penyakit hepatitis akut
misterius pada anak, kini muncul kembali virus
yang mematikan yaitu dikenal dengan virus Hendra
(HeV). Virus Hendra ini adalah salah satu virus
golongan keluarga virus virus Paramyxoviridae
dari genus Henipavirus dan masih berkerabat
dekat dengan virus Nipah. Virus Nipah sendiri
adalah salah satu jenis virus yang dapat
menyerang hewan dan manusia. Virus ini pernah
mewabah di beberapa negara seperti Malaysia,
Singapura, Bangladesh dan India serta negara di
wilayah Asia. Sedangkan penularan virus Nipah
sendiri didapatkan dari penularan salah satu
peternakan hewan babi. Didalam agama islam
menggolongkan hewan Babi merupakan salah satu
hewan yang haram dimakan dikarenakan efek
kesehatan yang didapatkan yang bisa menularkan
virus kuman ke dalam tubuh manusia dan salah
satunya adalah penularan virus Nipah itu
sendiri. Tidak jauh dari penularan virus Nipah,
virus Hendra atau dikenal dengan HeV sendiri
penularan bisa terjadi pada perantara hewan
kepada manusia. Salah satu hewan yang bisa
menularkan virus Hendra kepada manusia adalah
Hewan Kuda, Hewan Kelelawar berwarna hitam, babi
dll. Virus Hendra (HeV) sendiri ditemukan pada
penyakit saraf dan pernafasan pada hewan kuda.
Inang pada virus hendra didapatkan dari kelelawar
berwarna hitam (flying fox), dari inang tersebut
bisa menularkan kepada hewan kuda dan manusia.
Cara penularannya sendiri adalah dari sekret
cairan dan jaringan tubuh atau kotoran kuda yang
terinfeksi oleh virus hendra tersebut.
2Salah satu spesimen yang sangat menularkan
peringkat tertinggi adalah spesimen pada urine
Flying fox. Flying fox merupakan golongan hewan
kelelawar yang berwarna hitam yang memiliki
banyak kuman penyakit yang tidak boleh dikonsumsi
dagingnya oleh manusia. Tanda dan gejala pada
manusia apabila terjangkit virus Hendra antara
lain demam, pembengkakan pada bagian muka,
bibir dan leher bengkak, depresi kesedihan
keputusasaan yang berkepanjangan, ataxia, syaraf
muka paralisis, disorientasi tidak mengenal
waktu dan tempat, hypersensitive saat didekati,
infeksi saluran pernafasan, ingusan yang dapat
disertai dengan darah, encephalitis akut, yang
berakhir terakhir dengan kematian. Salah satu
pencegahan yang bisa dilakukan untuk menekan
penyebaran virus hendra adalah dengan tidak
mengkonsumsi daging kelelawar oleh manusia
dikarenakan merupakan sarana yang mudah menjadi
inang penularan terbaik. Kemudian menghindari
hewan yang positif terjangkit virus hendra, hal
lain yang harus diperhatikan adalah dengan
menjaga kebersihan lingkungan, menjaga
kebersihan diri dan protokoler kesehatan yang
ketat dari cuci tangan dengan sabun hingga
memakai alat pelindung ketat apabila berdekatan
dengan hewan. Sedangkan salah satu penelitian
ilmuwan dari Australia Ilmuwan dari Griffith
University Australia menyampaikan dalam
penelitiannya bahwa beliau menemukan ancaman
baru dari virus Hendra. Varian dari virus
tersebut diklaim bisa menular ke kuda dan
manusia, juga terdeteksi di urine kelelawar
berkepala hitam dan abu-abu yang menyebar di
Australia New South Wales hingga Queensland.
Sedangkan penyebarannya bisa sangat cepat kepada
manusia apabila penularan tersebut tidak segera
dihentikan. Salah satu dosen Spesialis Medikal
bedah yaitu Prima Trisna Aji (2022) menyampaikan
bahwa virus Hendra (HeV) tidak bisa hidup dalam
temperatur yang tinggi yaitu diatas suhu diatas
37C dalam lingkungan sedangkan didalam jus buah
ataupun urine hewan diluar juga tidak bisa
bertahan lama dalam temperatur yang sama.
Sedangkan penatalaksanaan pada virus Hendra ini
adalah dengan pengobatan symptomatik yaitu
pengobatan terhadap tanda dan gejala yang dialami
pada pasien tersebut dikarenakan untuk vaksin
virus Hendra sendiri belum ditemukan. Meskipun
pada manusia belum ditemukan vaksin pada virus
Hendra tetapi pencegahan yang lain adalah dengan
pemberian vaksin pada hewan Kuda bisa memperkecil
resiko penularan virus Hendra baik pada manusia
ataupun pada hewan yang lainnya. Epidemiolog
Universitas Griffith Australia Dicky Budiman
menyebut total ada 7 kasus laporan infeksi virus
Hendra pada manusia sejak 2013 dari catatan
negara-negara maju. Menurutnya, virus Hendra
juga berkerabat dekat dengan Rabies.
3Menurut Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima
Trisna Aji (2022) menyampaikan bahwa Diantara
hewan yang bisa menularkan penyakit yang
berbahaya pada manusia banyak diantaranya
presentase terbesar adalah hewan yang haram dalam
ajaran islam untuk dikonsumsi. Seperti anjing,
babi, kelelawar, bangkai dan hewan yang
bertaring. Sedangkan cara pencegahan yang lain
supaya tidak tertular virus Hendra adalah dengan
peningkatan sistem imun pada tubuh manusia
sendiri, karena sistem antibodi yang pada
akhirnya akan melawan secara masif virus atau
kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia itu
sendiri. Sedangkan cara yang lain adalah apabila
ada luka terbuka sebaiknya segera dibersihkan
dengan prinsip aseptik dan segera tutup luka
terbuka dengan kasa supaya tidak terkontaminasi
dengan kuman diluar. Red Aditi, Shariff, M.
(2019). Nipah virus infection A review.
Epidemiology and Infection, 147, 16.
https//doi.org/10.1017/S0950268819000086 Al
Hakim, R. R., Satria, M. H., Arief, Y. Z.,
Pangestu, A., Jaenul, A. (2021). Penggunaan
Algoritma Dijkstra untuk Berbagai Masalah Mini Re
view. https//rinarxiv.lipi.go.id/lipi/preprint/v
iew/186 Chua, K. B., Bellini, W. J., Rota, P. A.,
Harcourt, B. H., Tamin, A., Lam, S. K., Ksiazek,
T. C., Rollin, P. E., Zaki, S. R., Shieh, W.-J.,
Coldsmith, C. S., Cubler, D. J., Roehrig, J. T.,
Eaton, B., Could, A. R., Olson, J., Field, H.,
Daniels, P., Ling, A. E., Mahy, B. W. J.
(2000). Nipah virus A recently emergent deadly
paramyxovirus. In Science (Vol. 288, Issue 5470).
https//doi.org/10.1126/science.288.5470.1432 Cl
ayton, B. A. (2017). Nipah virus transmission of
a zoonotic paramyxovirus. Current Opinion in
Virology, 22, 97104. https//doi.org/10.1016/j.co
viro.2016.12.003 Luby, S. P., Hossain, M. J.,
Gurley, E. S., Ahmed, B. N., Banu, S., Khan, S.
U., Homaira, N., Rota, P. A., Rollin, P. E.,
Comer, J. A., Kenah, E., Ksiazek, T. G.,
Rahman, M. (2009). Recurrent zoonotic
transmission of Nipah virus into humans,
Bangladesh, 2001-2007. Emerging Infectious
Diseases, 15(8), 12291235. https//doi.org/10.320
1/eid1508.081237 Mursalim, M. F., Hatta, M.,
Sjahril, R. (2015). DETEKSI VIRUS NIPAH PADA
FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE
TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI KABUPATEN MAROS
, INDONESIA.
4Prima Trisna Aji (2022). Penatalaksanaan Varian
Virus Baru Hendra yang mematikan. Jakarta
EGC. Román, R. G., Wang, L.-F., Lee, B., Halpin,
K., de Wit, E., Broder, C. C., Rahman, M.,
Kristiansen, P., Saville, M. (2020). Nipah_at_20
Lessons Learned from Another Virus with Pandemic
Potential. MSphere, 5(4), e00602-20.
https//doi.org/10.1128/mSphere.00602-20 Sendow,
I., Adjid, R. M. A. (2005). Penyakit nipah dan
situasinya di indonesia. Wartazoa, 15(2), 6671.
Sendow, I, Ratnawati, A., Adjid, R. M. A.,
Saepulloh, M. (2014). Real Time Polymerase
Chain Reaction Perangkat Diagnostic Alternatif
untuk Melacak Virus Nipah. Jurnal Veteriner,
15(1), 7986. Sendow, Indrawati, Field, H.,
Adjid, R., Syafriati, T., Darminto, D., Morrissy,
C., Daniels, P. (2008). Seroepidemiologi Nipah
Virus Pada Kalong Dan Ternak Babi Di Beberapa
Wilayah Di Indonesia. Indonesian Journal of
Biology, 5(1), 3544. Shuai, L., Ge, J., Wen, Z.,
Wang, J., Wang, X., Bu, Z. (2020). Immune
responses in mice and pigs after oral
vaccination with rabies virus vectored Nipah
disease vaccines. Veterinary Microbiology, 241(Oc
tober 2019), 108549. https//doi.org/10.1016/j.ve
tmic.2019.108549 Warrell, D. A. (2013). Chapter
140 Bats. In Poisonous and Toxic Plants and
Animals (pp. 1021 1029). WHO. (2021).
Prioritizing diseases for research and
development in emergency contexts.https//www.who
.int/activities/prioritizing-diseases-for-research
-and development-in-emergency-context